Kisah Kelam Ya’juj wa Ma’juj
Walau para ulama berbeda pandangan tentang sosok Ya’juj dan Ma’juj, namun mereka semua sepakat bahwa Ya’juj dan Ma’juj adalah sekelompok manusia seperti kita yang memiliki perangai tidak terpuji. Kemunculannya merupakan salah satu pertanda akan datangnya hari kiamat.
“Kiamat itu tidak akan terjadi hingga kalian melihat sepuluh tanda, yaitu: dukhan, Dajjal, daabbah, terbitnya matahari dari barat, turunnya Isa bin Maryam, Ya’juj dan Ma’juj, tiga khusuf (satu di timur, satu di barat, dan satu di Jazirah Arab), dan terakhir adalah api yang keluar dari ‘Aden (Yaman) yang menggiring manusia ke makhsyar.”(HR. Muslim)
Yang menjadi pertanyaan, apakah Ya’juj dan Ma’juj telah keluar? Jawabannya: Ya!, sebab sebagaimana telah disebutkan sebelumnya (dalam tulisan “Terungkapnya Sosok Zulkarnain Dalam Al-Qur’an”) bahwa Dinding Besi Darial Gorge tempat Ya’juj dan Ma’juj ditahan telah hancur lebur.
Hal ini sebenarnya juga sudah tersirat dalam hadits berikut:
Dari Zainab binti Jahsyin bahwa Nabi bangun dari tidurnya seraya berkata: “La ilaha illallah, celakalah orang-orang Arab, karena keburukan yang telah dekat. Telah terbuka pada hari ini dari dinding Ya`juj dan Ma`juj seperti ini.” – dan Sufyan (seorang perawi) melingkarkan tangannya dalam bentuk angka sepuluh – Kemudian saya (Zainab) berkata: “Ya Rasulullah, apakah kita akan binasa meskipun bersama kita ada orang-orang shalih?”. Beliau menjawab: “Ya, ketika al-khabats (kemaksiatan) semakin banyak jumlahnya”.
Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Imam Ahmad rahimahullahu dalam Musnad-nya no. 26145, 26148; Al-Imam Al-Bukhari rahimahullahu dalam Kitab Ahaditsul Anbiya` no. 3346; Kitabul Manaqib no. 3598; Kitab Ath-Thalaq secara mu’allaq; Kitabul Fitan no. 7059, 7135; Al-Imam Muslim rahimahullahu dalam Kitabul Fitan wa ‘Asyrathus Sa’ah no. 7164-7168; Al-Imam At-Tirmidzi rahimahullahu dalam Kitabul Fitan ‘an Rasulillah no. 2187; Al-Imam Ibnu Majah rahimahullahu dalam Kitabul Fitan no. 3953.
Hadits ini juga diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah radhiallahuanhu, seperti yang disebutkan Al-Imam Al-Bukhari dalam Kitabul Fitan no. 7059.
Nah, pertanyaan sekarang siapakah yang dimaksud dengan Ya’juj dan Ma’juj?
Terjadi perselisihan apakah kedua nama ini berasal dari bahasa Arab ataukah bukan. Yang berpendapat bahwa keduanya dari bahasa Arab, mereka mengatakan bahwa keduanya berasal dari kata ajja (أَجَّ), yang berarti berkobar. Atau dari kata ujaaj (أُجَاجٌ) yang berarti air yang sangat asin. Atau dari kata al-ajj (الْأَجُّ), yang berarti melangkah dengan cepat. Atau Ma`juj berasal dari kata maaja (مَاجَ) yang berarti goncang. (Asyrathus Sa’ah, Yusuf Al-Wabil hal. 365-366)
Dalam kamus Lisanul-’Arab dikatakan bahwa kata Ya’juj dan Ma’juj berasal dari kata ajja atau ajij dalam wazan Yaf’ul. Kata ajij artinya nyala api. Tetapi kata ajja berarti pula asra’a, maknanya berjalan cepat.
Sejumlah ahli bahasa meyakini bahwa Ya’juj dan Ma’juj adalah orang-orang Cina. Ya’juj dan Ma’juj, menurut ahli lughah, ada yang menyebut isim musytaq (memiliki akar kata dari bahasa Arab) berasal dari Ajaja an-Nar artinya jilatan api. Menurut Abu Hatim, Ma’juj berasal dari Maja, yaitu kekacauan. Ma’juj berasal dari Mu’juj, yaitu Malaja.
Namun, menurut pendapat yang sahih, Ya’juj dan Ma’juj bukan isim musytaq, melainkan isim ‘ajam dan laqab (julukan). Ada pula yang menyebutkan kata Ya’juj dan Ma’juj adalah dari bahasa Cina. Ya bermakna Asia, Jou atau Zhou adalah benua (tempat tinggal) dan Ma adalah kuda. Ya’juj adalah Benua Asia dan Ma’juj adalah bangsa berkuda.
Dari beberapa pengertian diatas, maka kita bisa menafsirkan bahwa Ya’juj Ma’juj adalah suatu bangsa yang berasal dari Asia yang berdiam di sekitar laut, yang mampu bergerak dengan sangat cepat dan mahir berkuda, serta suka menimbulkan kekacauan.
Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pernah menyebutkan tentang ciri-ciri Ya’juj Ma’juj. Disebutkan dalam riwayat Al-Imam Ahmad rahimahullahu, dari bibinya, Ibnu Harmalah, dia berkata:
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkhutbah dalam keadaan jarinya terbalut karena tersengat kalajengking. Beliau bersabda:
“Kalian mengatakan tidak ada musuh. Padahal sesungguhnya kalian akan terus memerangi musuh sampai datangnya Ya’juj dan Ma’juj, lebar mukanya, kecil matanya, dan menyala (terang) rambutnya. Mereka mengalir dari tempat-tempat yang tinggi, seakan-akan wajah-wajah mereka seperti perisai”.
Apa yang dikatakan oleh hadits Rasulullah tentang ciri-ciri Ya’juj Ma’juj diatas mirip dengan perkataan sejarawan Ammianus Marcellinus tentang ciri-ciri bangsa Alan. Berikut perkataan Wikipedia:
Ammianus Marcellinus considered the Alans to be the former Massagetae: “the Alani, who were formerly called the Massagetae“ and stated “Nearly all the Alani are men of great stature and beauty; their hair is somewhat yellow, their eyes are terribly fierce“.
Danau Thabariyah
Ada hal menarik dari asal kata Darial Gorge, tempat Ya’juj dan Ma’juj pernah dikurung yang berasal dari kata Dar-e alan yang berarti Gerbang Alans (Alani) di Persia. Berdasarkan materi arkeologi, Alans adalah salah satu suku nomaden dari Iran yang mulai memasuki era Sarmatian antara pertengahan abad ke-1 dan abad ke-2. Nama“Alani” muncul pada waktu yang hampir bersamaan di geografi Yunani-Romawi dan sejarah dinasti Cina.
Suku Alan pertama kali disebutkan dalam literatur Romawi pada abad ke-1 dan dijelaskan sebagai orang yang suka berperang. Mereka sering menyerang kerajaan Persia dan provinsi Kaukasia dari Kekaisaran Romawi. Bangsa Alan dikenal sangat pandai berkuda serta memiliki pergerakan yang sangat cepat dalam menyerang lawan-lawannya.
Di Persia, suku Alan disebut dengan nama Saka atau dalam dunia sejarah lebih dikenal dengan istilah suku Schytians/Scythia. Menurut saya, suku Alan atau Schytia inilah yang dimaksud sebagai Ya’juj wa Ma’juj.
Dalam bukunya yang berjudul Yas’aluunaka Min Zulkarnain, Abul Kalam Azad menyebut suku Scythia/Schytian dengan “Sitahin”. Ia mengatakan bahwa pada tahun700 SM, muncul suku Sitahin diatas panggung sejarah. Mereka menyerang daerah-daerah di Asia Barat, salah satunya adalah serangan yang terjadi pada 620 SM. Mereka melewati celah Darial di Pegunungan Kaukasus sebagai tanda bahwa barisan depan dari pasukan yang kejam itu sampai di Ninoi (Ninive), mereka memusnahkan Azerbaijan, Mazandran, Jailan, dan Kurdistan.
Apa yang dikatakan sejarawan timur, Abul Kalam Azad menunjukkan bahwa Alans/Schythians rupanya sudah muncul sebelum milenium ke-1, yakni pada tahun 700 SM. Pendapat ini diperkuat dalam sumber-sumber Assirian yang menyebut nama Scythian dengan istilah Ishkuza = Ish-Oguz pada 650 SM.
Sebelum berhasil keluar dari Dinding Besi dan menginvasi Media, dulunya pada awal abad ke-1 Alans memiliki tanah yang diduduki di sekitar Laut Azov, sepanjang Sungai Don.
Setelah berhasil keluar dari Dinding Besi, kekuasaan Alans/Schytians semakin meluas dengan pesatnya. Mula-mula, mereka menginvasi Media dan Armenia.
Sejarawan Yahudi kontemporer, Josephus, mengatakan dalam bukunya berjudul “Perang Yahudi” bagaimana Alans (yang ia sebut sebagai suku “Scythian“) yang tinggal dekat Laut Azov, menyeberangi Gerbang Besi untuk menjarah dan mengalahkan tentara Pacorus, raja Media, dan Tiridates, Raja Armenia, dua bersaudara dari Vologeses I.
Dari perkataan Josephus diatas jelas Gerbang Besi telah bobol (walau belum hancur total).
Disini ada sisi menarik yang dikatakan sejarawan bahwa serangan ke Media dan Armenia pada tahun 35 Masehi adalah atas dorongan Tiberius, penguasa Romawi di daerah Yahudi. Apa yang dikatakan sejarawan sinkron dengan apa yang dikatakan dalam hadits berikut:
“Kemudian Allah Subhanahu wa Ta'ala mengeluarkan Ya’juj dan Ma’juj, mereka turun dengan cepat dari bukit-bukit yang tinggi. Setelah itu gerombolan atau barisan pertama dari mereka melewati Danau Thabariyah dan meminum habis semua air dalam danau tersebut. (HR. Muslim, At-Tirmidzi, Abu Dawud, dan Ibnu Majah).
Danau Thabariyah mempunyai banyak nama, diantaranya adalah Danau Galilee dan Danau Kinneret. Nama Galilee dan Kinneret berasal dari Alkitab. Berikut perkataan Wikipedia:
“Nama modern, Kinneret, berasal dari Perjanjian Lama atau Ibrani Tanakh “Laut Kineret” dalam Bilangan 34:11 dan Yosua 13:27, dan dieja “Kinerot” di Joshua 11:02.Nama ini juga ditemukan dalam naskah Ugarit, di Epic Aqhat . Kineret telah terdaftar di antara “kota yang berkubu” di Yosua 19:35 . Nama Kinneret mungkin berasal dari kata Ibrani: kinnor (”harpa” atau “kecapi”), dalam pandangan bentuk danau.
Dalam Perjanjian Baru istilah “Laut Galilea” digunakan dalam Injil Matius 4:18; 15:29, dengan Injil Markus 1:16; 07:31, dan dalam Injil Yohanes 6:01 sebagai “Laut Galilea”, yang merupa-kan “Laut Tiberias”, nama akhir abad pertama. Laut Tiberias juga merupakan nama yang disebutkan dalam teks-teks Romawi dan dalam Talmud Yerusalem, dan diadopsi ke dalam bahasa Arab sebagai Buhairet Tabariyya (بحيرةطبريا).
Semua penulis Alkitab menggunakan istilah “laut” (Ibrani yam atau Yunani thalassa ) kecuali Injil Lukas, ditulis untuk Teofilus Makedonia, di mana hal itu disebut “Danau Genneseret” di Lukas 05:01 , dari bahasa Yunani λίμνην Γεννησαρέτ ( Limnen Genneseret ), “bentuk grecized dari Kineret” menurut Easton, yang mengatakanGenneseret berarti “taman kekayaan”. Talmud Babilonia, serta Josephus Flavius menyebutkan laut dengan nama “Laut Ginnosar”; nama setelah dataran subur kecil Gennesereth yang terletak di sisi barat.”
Dr Syauqi Abu Khalil dalam Athlas al-Hadits an-Nabawi mengatakan, dalam bahasa Arab, kata Thabar berarti melompat atau bersembunyi.
“Tiberia merupakan nama danau dan kota di utara Palestina,” ujar Dr Syauqi Abu Khalil. Tepatnya, terletak di dekat Dataran Tinggi Golan di sebelah utara Palestina, di Lembah Celah Besar Yordan yang memisahkan Afrika dan patahan Arab. Saat ini, wilayah tersebut termasuk daerah kekuasaan Israel.
Sebenarnya, sebagian wilayah Danau Tiberia masuk juga ke dalam wilayah Suriah. Namun Zionis memaksakan Sekutu (Inggris dan Prancis) memasukkan seluruh wilayah Danau Tiberia ke dalam wilayah Palestina sewaktu Palestina berada dalam kendali Inggris setelah mengalahkan Turki Ottoman tahun 1917.
Berikut perkataan Wikipedia:
“In 1917, the British defeated Ottoman Turkish forces and took control of Palestine, while France took control of Syria. In the carve-up of the Ottoman territories between Britain and France, it was agreed that Britain would retain control of Palestine, while France would control Syria. However, the allies had to fix the border between the British Mandate for Palestine and the French Mandate of Syria. The boundary was defined in broad terms by the Franco-British Boundary Agreement of December 1920, which drew it across the middle of the lake. However, the commission established by the 1920 treaty redrew the boundary. The Zionist movement pressured the French and British to assign as many water sources as possible to Palestine during the demarcating negotiations. The High Commissioner of Palestine, Herbert Samuel, had sought full control of the Sea of Galilee. The negotiations led to the inclusion into the Palestine territory of the whole Sea of Galilee, both sides of the River Jordan, Lake Hula, Dan spring, and part of theYarmouk. The final border approved in 1923 followed a 10-meter wide strip along the lake’s northeastern shore, cutting Syria off from the lake.”
Pada abad pertama sejarawan Flavius Josephus sangat terkesan dengan Danau Galilee sehingga ia mengatakan: “Orang bisa menyebut tempat ini ambisi Alam”.
Danau Tiberia mempunyai panjang sekitar 25,5 kilometer dan lebar 12 kilometer. Dengan luas total 166 meter persegi, danau ini menjadi danau air tawar terluas di Israel. Danau ini juga menjadi danau kedua terdalam setelah Laut Mati, yaitu dengan kedalaman 43 meter. Namun perkembangan terakhir menunjukkan bahwa kedalaman Danau Tiberia berada pada tingkat yang memprihatinkan, akibat banyaknya penggunaan air dan musim kemarau panjang.
Wikipedia mengatakan: “Increasing water demand and dry winters have resulted in stress on the lake and a decreasing water line to dangerously low levels at times. The Sea of Galilee is at risk of becoming irreversibly salinized by the salt water springs under the lake, which are held in check by the weight of the freshwater on top of them”.
Di dasar danau Tiberia terdapat mata air yang ikut mengisi danau, meskipun sumber utamanya berasal dari Sungai Yordan yang mengalir dari utara ke selatan. Di sekitar lokasi danau merupakan tempat yang rentan akan gempa bumi dan pada zaman dahulu aktivitas gunung api. Hal ini terbukti dari banyaknya batu basalt dan batuan beku lainnya yang menentukan kondisi geografis di daerah Galilee. Di bagian barat laut danau ini terdapat sebuah kota yang bernama sama dengan danau tersebut. Menurut sejarah, Kota Tiberia dibangun sejak 20 Masehi dan dinamakan Tiberia untuk menghormati Kaisar Tiberius yang berasal dari Romawi. Kota yang terletak di sepanjang Pantai Kinneret ini dibangun oleh Herodes Antipas, anak Herodes Agung. Kota ini merupakan satu dari empat kota yang dianggap suci oleh orang-orang Yahudi.
Menurut Alkitab, banyak dari pekerjaan Yesus Kristus terjadi di pantai Danau Galilea. Pada abad pertama tercatat ada perkembangan pemukiman yang terus menerus di sekitar danau dan banyak perdagangan serta perjalanan hilir mudik dengan perahu. Injil Markus (terutama Markus 1:14-20), Injil Matius (terutama Matius 4:18-22), dan Injil Lukas (terutama Lukas 5:1-11) mencatat bahwa Yesus memanggil empat dari 12 murid utama-Nya di antara para penangkap ikan yang tinggal di tepi pantai danau ini: Simon Petrus dan saudaranya Andreas, dan dua bersaudara putra Zebedeus, Yohanes dan Yakobus. Salah satu pengajaran Yesus yang terkenal, yaitu Khotbah di Bukit, diyakini diucapkan di atas bukit yang terletak di tepi danau. Banyak mujizat-Nya juga terjadi di danau Galilea, antara lain Yesus berjalan di atas air, menenangkan angin ribut, penangkapan ikan dalam jumlah besar, dan memberi makan 5000 orang (dipercayai terjadi di tempat yang sekarang bernama Tabgha).
Geografer Arab, Al-Muqaddasi, mengatakan bahwa dulunya Tiberia merupakan ibu kota Provinsi Yordania dan kota di Lembah Kanaan.
“Kotanya sempit, panas ketika musim panas, dan sangat tidak sehat. Di sana terdapat delapan sumber mata air panas dan tidak memerlukan bahan bakar, dan kolam dengan air mendidih tak terhitung banyaknya”, ujarnya. Menurut Al-Muqaddasi, ketika dikuasai peradaban Islam, di kota itu terdapat masjid yang luas dan indah yang berdiri di pusat perdagangan. Lantainya dari kerikil dan batu yang disusun rapat. Di zaman kekuasaan Islam, kata dia, orang-orang yang menderita kudis atau borok dapat datang ke Tiberia dan berendam di air panas selama tiga hari. “Setelah itu, lakukanlah pada musim semi ketika airnya dingin. Maka, mereka menjadi sembuh”.
Perjalanan Bangsa AlanPada tahun 150 M, para Alans bergabung dengan Yancai [yang terletak diantara Laut Hitam dan Kaspia]. Gabungan Alans dan Yancai ini pada akhirnya membentuk kerajaan yang dikenal dengan nama Alanliao. Ke barat, kerajaan mereka berbatasan dengan Da Qin [wilayah Kekaisaran Romawi], ke arah tenggara berbatasan dengan Kangju. Mereka mengendalikan semua jalan di sepanjang rute perdagangan melintasi Laut Hitam, Laut Kaspia dan Laut Aral.
Pada pertengahan abad ke-2, Alans dikalahkan oleh tentara Romawi di bawah kepemimpinan Marcus Aurelius. Namun justru disini kedudukan Alans semakin kuat. Mereka kawin-mengawin dengan suku-suku Sarmatian lainnya dan membentuk satu-kesatuan yang solid. Banyak dari Alans (sekitar 8000 orang) yang diambil sebagai pasukan Romawi untuk menginvasi Eropa. Karena kemahirannya dalam berkuda dan memanah, salah satu diantara para Alans dipercaya sebagai panglima di Legion VIVictrix yang bertugas di Inggris. Legiun ini sebagian besar juga diisi oleh para Alans. Nama panglimanya adalah Lucius Artorius Castus setelah berganti nama. Setelah pensiun dari tugas mereka di Inggris, banyak diantara mereka menetap di dekat desa Lancashire dari Ribchester, yang dikenal pada zaman Romawi sebagai Bremetennacum Veteranorum. Dan populasi mereka di Inggris semakin lama semakin banyak.
Pada tahun 210 M Dacia diduduki oleh Alans, sehingga sejak saat itu daerah di sekitar Sungai Danube menjadi derah yang sangat rawan dan berbahaya.
Pada tahun 225 M, Alans bergabung dengan Hun menjadi bagian dari Kangju, namun akhirnya keluar dan bersekutu dengan Raja Armenia Xosrov I melawan Persia. Keluarnya Alans dari Kangju menyebabkan bangsa Hun sakit hati.
Pada tahun 235-238 M, Pemerintahan Maximinus yang merupakan keturunan Alan memerintah Romawi. Pada 273 M perluasan wilayah pengaruh Sassanian Persia sejauh “Gerbang Alans” (Darial) di bawah Sabuhr I.
Pada tahun 274 M Alans merebut Palmyra dan Galia. Pada tahun 300 M, para Alans membentuk koloni yang kuat akibat kemenangan demi kemenangan yang mereka raih. Sejarawan mengatakan: “by 300, Ammianus, XXXI, 2, 12: Alans “by repeated victories incorporated under their own national name Geloni, Agathyrsi, Melanchlaeni, Anthropophagi, Amazons, and Seres”, showing a leadership of powerful state by Ammianus time”.
Pada tahun 330 M, Alans bersekutu dengan Sanesan, Raja Massagetae; untuk melawan Raja Xosrov II dari Armenia. Sepertinya disinilah (gabungan antara Alans dan Massagetae), nama Schythians semakin dikenal. Pada tahun 351 M, Alans bersekutu dengan Raja Arsak II melawan Persia.
Pada tahun 360 M bangsa barbar Cina, Hun melintasi Sungai Volga dan menyerang Alans. Sebagian dari Alans mundur ke Kaukasus, sebagian diserap dalam Hun, dan sebagian lagi mundur ke Donets. Pada penyerangan ini, Alans yang telah menjadi bagian dari Hun menaklukkan Bulgaria. Pada akhirnya, suku Alans dan Hun bergabung dan membentuk konfederasi Hunnic (Hunno-Alanic). Mereka mengontrol Pontic, Tanais, dan stepa Caspia. Sebenarnya dalam literatur China sejak abad ke-3 SM Alans terdaftar sebagai salah satu dari empat suku Hun, selain Xu-la, Hiu-bu, dan Siu-lin. Alans sendiri disebut sebagai Lan dalam literatur Cina. Jadi sebenarnya Alans termasuk Hun juga.
Pada tahun 376, Hunnic mengalahkan Vestgoths dan Ostrogoth dalam invasinya ke Eropa. Pada tahun ini, Alans-Hun (Hunnic) kawin-mengawin dengan bangsa-bangsa Eropa. Sejarawan mengatakan “With Ermanaric’s Ostrogoths, Hun’s Bülümar (Balamber) acquired not only Alans, but other Ostrogoth subjects. Jordanes: “thirteen peoples which the Amalung ruler Ermanaric conquered in north: Golthescytha (Goths Scyths), Thiudos (Germ. People), Inaunxis?, Vasinabroncae?, Merens (Merya,), Mordens (Mordvins), Imniscaris?, Rogas (Germ.), Tadzans?, Athaul (Türk. Atagul=Archers), Navego?, Bubegenes?, Coldas”, plus Heruli, Aesti and Venethi, numerous people Taifali who before 370 held Oltenia and western part of Muntenia. In Gaul Taifali, probably Türkic, and Sarmatians were settled together”.
Pada tahun 377-378 M, aliansi Hun dan Alans dikenal sebagai barbar di Moesia. Pada tahun 378 M, anak tertua dari Hun Bulyumar (Balamber) menyeberangi Danube dan dengan Visigoth, Ostrogoth dan Alans mengalahkan tentara Byzantium dekat Andrianopole, sehingga Valeria, provinsi paling timur Pannonia, dibanjiri oleh Goth, Hun, dan Alans. Pada akhirnya gabungan Goth, Hun, dan Alans menguasai Pannonia setelah menyerang Gratian dan membunuh Kaisar Valens di Konstantinopel. Namun pada tahun 379 M, Kaisar Theodosius mengalahkan mereka. Pada tahun 380 M, Kaisar Theodosius berhasil membujuk Goth menjadi bagian dari Romawi. Sementara sebagian Alans memilih untuk bergerak ke utara. Banyak dari Alan, Hun, dan Gothic menjadi bagian dari tentara Romawi di bawah Kaisar Theodosius.
Pada tahun 402 M, penguasa Western Empire, Stilihon bersekutu dengan Hun dan Alans, yang membantu Stilihon untuk melawan serangan suku Jerman. Pada tahun 406 M, Alans bergabung dengan Vandal dalam menginvasi Galia (Prancis). Dari tahun 360-398 M, nama Hun dan Alans selalu ditempatkan bersama oleh sejarawan. Namun mulai tahun 406 M, nama Hun mulai memudar, dan para sejarawan lebih sering menyebut kata Alans.
Pada tahun 407 M, para Alans yang berada di Inggris dan Prancis menikah dengan penduduk setempat. Sejarawan mengatakan “In 407 AD, Alans settled extensively north of Loire river, once called Armorica, now called Brittany. Alans arrived at about same time as Celtic Britons were fleeing to France after Saxon takeover of England. Alans and Celtic Britons intermarried extensively. Legacy of Alans includes French name “Alain” and its many variations, and cultural foundation of chivalric warfare (armored knights on horseback)”. Dari sinilah muncul istilah Anglo-Saxon. Jadi negara-negara yang disebut Anglo-Saxon memiliki nenek moyang yang berasal dari bangsa Alan.
Wikipedia mengatakan Anglo Saxon merupakan negara-negara berbudaya khas dan berbeda sejarah sosial budaya dengan negara-negara di daratan Eropa Barat lainnya yang disebut kontinental. Inggris, Irlandia, Amerika Serikat dan Australia adalah negara-negara yang disebut sebagai Anglo-Saxon. Sementara keturunan Alan di Prancis dapat ditandai dari nama mereka, Alain.
Pada tahun ini juga (407 M), gabungan Alans, Suebi, dan Vandals menginvasi Gaul. Pada tahun 409 M, Alans dan Vandal bergerak dari Gallia ke Spanyol. Mereka menerobos Semenanjung Pyrenean, dimana mereka membentuk Negara Alanian. Alanian ini rupanya tidak hanya dihuni oleh Alans, tapi juga oleh Vandal dan Sueves yang ikut andil dalam invasi. Pada akhirnya ketiga suku tsb saling kawin-mengawin.
Pada tahun 418 M, Westgoths mengalahkan Alans di Alanian. Raja Alanian di Spanyol, Addac tewas dan dibunuh oleh Vallia di Gibraltar. Pada tahun ini, banyak dari Alans lari dan bergabung dengan Kerajaan Vandal. Pada tahun 424-471, keluarga Alan Flavius yang keturunan Alans menunjukkan pengaruh besarnya di Byzantium.
Pada tahun 429 M, Raja Vandal dan Alans membentuk kerajaan bersama di Afrika Utara, termasuk Mesir. (hmm… bisa dibayangin deh kalau dua suku paling barbar di dunia bergabung menjadi satu. Alans dari timur, dan Vandal dari barat. Pernah dengar khan istilah vandalism yang merujuk pada tindakan barbar dan sadis. Istilah tsb diambil dari nama suku Vandal yang memang terkenal kejam)
Pada 454 M, terjadi pertarungan paling brutal dalam sejarah; dimana beberapa suku barbar terlibat di dalamnya, yaitu Goth, Gepids, Rug, Swev, Hun, Alan, dan Gerule. Sejarawan Jordanes mengatakan “You could see Goth with lances, Gepids with mad with sword, Rug breaking spears in his wounds, and Swev bravely acting with bat, and Hun with arrow, Alan with heavy, Gerule with light weapons”.
Pada tahun 455 M, para Alans yang ditundukkan anak-anak Attila (keturunan Hun dari Eropa) lari dan menetap di Scythia Minor dan Moesia yang dikuasai oleh suku Alans lainnya.
Pada tahun 456 M, pembelotan dari Alans yang bersekutu dengan Visigoth selama pengepungan Vasatae (Aquitaine).
Pada tahun 468-469 M pecah pertempuran di Danube antara Hun dan Byzantium. Byzantium yang terdiri dari tentara bayaran dari Slavia dan Alans diperintahkan oleh Aspar, yang ayahnya adalah seorang Alan. Sejarawan mengatakan “in some respect Danube war of 468 - 469 was a war of Alans and Ants against their former masters, Huns.” (G.V.Vernadsky). After Byzantian victory Huns left Dacia and Bessarabia. These provinces opened for Slavic colonization”. Disini Byzantium mengalahkan Hun, dan keturunan mereka dari Alans berhasil menguasai Slavia, dan kawin dengan suku Slavia.
Pada tahun 477-484 M, Huneric naik tahta sebagai Raja Vandal dan Alans. Pada tahun 530-533, Gelimer naik tahta sebagai Raja Vandal dan Alans. Pada tahun 534 M, Kerajaan Vandal di Afrika ditaklukkan oleh Belisarius. Pada tahun 561 M, antara Romawi (Justinian) dan Persia (Husrav Anosruvan) berdamai dengan tujuan untuk menjaga ketat Byzantium dan Darial Darband dari serangan bangsa Alans dan Hun.
Pada tahun 710 M, sebelum aksesi sebagai Leo III dari Byzantium, Leo Isaurian dikirim pada misi diplomatik untuk menyuap para Alans dalam memutuskan hubungan dengan kerajaan Abasgia yang pro Muslim. Misi tersebut terbukti sukses. Pada tahun 720-722 M, Alania diserang oleh pasukan Umayyah, Khalifah Umar II. Pada saat itu, para Khazar datang untuk membantu mereka di bawah seorang kepala suku yang disebut Barjik. Bersama-sama, kedua bangsa (Khazar dan Alans) mendorong keluar kaum muslimin, dan Khazar kemudian mendirikan benteng di beberapa daerah.
Pada tahun 728 M, pemimpin lain dari Dinasti Umayyah menembus benteng yang dikenal sebagai Gerbang Alans dan menghancurkan wilayah dari Kaukasus Utara. Pada tahun 736 M, sekali lagi, Kerajaan Islam mengirimkan kekuatan ke dalam tanah Alans yang berhasil menghancurkan benteng-benteng di sana. Pada tahun 758 M, serangan serius oleh Kerajaan Islam terhadap Alania terjadi. Dan Kerajaan Islam menguasai Gerbang Alans untuk beberapa lama. Disini para Alans banyak yang melarikan diri dan bergabung dengan Kerajaan Khazar.
Pada tahun 888 M, Alan I; keturunan suku Alans menjadi Raja Inggris. Pada tahun 900 M, para Alans dan Khazar bergabung bersama untuk mengalahkan Byzantium. Pada tahun 930 M, Khazars bersekutu dengan Alans, dan mengadopsi Yudaisme sebagai agama, serta mengatur pernikahan dinasti.
Pada tahun 920-960 M, setelah pemberontakan oleh Alans, raja Byzantium ditangkap. Mereka meninggalkan agama Kristen pada saat yang sama, dan mengusir misionaris Byzantium. Dominasi Khazar atas mereka diperbarui sampai runtuhnya kerajaan yang terakhir.
Pada tahun 943-956 M, Raja Alans dan Raja Avar beraliansi. Pada tahun 965 M, penghancuran kekaisaran Khazar dan kekalahan Alans dan Circassians oleh Rus, pangeran Svyatoslav Kyiv.
Pada tahun 1032-1033 serangan dan tipu muslihat dari Alans dan Avar terhadap daerah-daerah Muslim di Timur Transcaucasia, seperti Sarwan dan Darband mengalami kegagalan.
Pada tahun 1050-1055 Kaisar Constantine IX Monomachus dan putri raja Alania terlibat perselingkuhan, dan melahirkan anak-anak hasil perzinahan. Pada tahun 1062 M, terjadi pernikahan antara Raja Georgia Bagrat IV dengan Putri Alan, Borena.
Pada tahun 1062-1065 M para Alan melakukan serangan melalui Darial terhadap Saddadid, emirat Arran (Timur Transcaucasia).
Pada tahun 1066 M, di Bretons banyak keturunan Alanic bergabung dengan William Sang Penakluk dalam penaklukan Inggris, kontribusi taktik militer diwarisi dari leluhur mereka, dan kemudian menyebarkan pengaruh genetik mereka di seluruh Inggris ke Skotlandia dan di tempat lain. Salah satu frekuensi tertinggi haplotype R1b 35 di mana saja di database Y-STR adalah salah satu sampel dari Paris, Perancis, berdekatan dengan Normandia, dan bahkan lebih dari itu, diantara Amerika keturunan “Cajun”. ”Cajun” sebenarnya merupakan kontraksi sehari-hari dari kata “Acadian” (sekarang Nova Scotia dan New Brunswick, dan bagian utara Maine). Mayoritas dari pemukim awal Perancis-Kanada adalah dari Acadia dan Quebec adalah Norman atau asal Breton. Banyak keluarga Skotlandia yang menunjukkan penanda DYS393 = 12yang berarti merupakan keturunan dari Alans yang tiba dengan Normandia, sejak Sarmatians yang datang dengan Roma.
Pada tahun 1072 M, terjadi pernikahan antara Maria Alania (keturunan Alans) dengan kaisar Byzantium, Michael VII Duca Parapinaces. Begitu pula Raja Georgia, George III dengan putri Alania, Burduhan. Pada tahun 1116 M, terjadi pernikahan Yaropolk, putra Vladimir II Monomah Kyiv, dengan putri Alan.
Pada tahun 1160-1173 Benjamin dari Tudela melakukan perjalanan, dan menemukan bukti adanya komunitas Yahudi di Alania. Pada tahun 1175 M, seorang Alans bernama Küchük Anbal (yang berarti Turk kecil atau anak selir) membunuh Pangeran A. Bogolubsky. Pada tahun 1185 M, tentara bayaran Tesalonika dari Alan menaklukkan Normandia-Sisilia. Pada 1239 M, terjadi asimilasi Alania ke Ulus Juchi.
Pada tahun 1193 – 1223, David Soslan (Pangeran Alans) menikahi Ratu Tamar dari Georgia dan menjadi rekan-penguasa. Aturan dari Alans selanjutnya diteruskan ke Vladislav. Pada 1223, Georgia disubordinasikan oleh Mongol, tetapi keturunan Thamar dan David bertahan dan terus memasok Georgia dengan raja sampai abad kesembilan belas.
Pada tahun 1243-1269 pernikahan Raja Georgia Raja Davit VII Ulu (Turk. “David Uĝlu = Besar”) dengan putri Alan bernama Altun (Turk. “Emas”). Pada 1263-1264 dilaporkan adanya pemukiman Alan di Crimea. Pada tahun 1304 bentrokan terjadi antara tentara bayaran Alanian dengan Catalan Grand Company di tanah Kekaisaran Byzantium. Pada 1310-1323 tercatat tiga puluh ribu Alans dalam pelayanan Kaisar Mongol Yuan di China. Pada 1314-1346 kekalahan dan pengusiran Alans dari Georgia oleh raja Georgi V Mulia. Pada 1318, kehadiran Alans (Yasses/Jasses) di Hungaria terdeteksi untuk pertama kalinya. Pada 1322 Alans membantu Bulgaria dibawah Tsar George II Terter, dalam menahan gempuran Byzantium terhadap Philippopolis.
Pada 1329, kematian Saif al-Din Bahadur, membuat Alan Mamluk (seorang Alans) menjadi terkenal di Mesir. Pada 1336-1353 Kaisar Mongol Togon Temur mengirim delegasi lima Pangeran Alan di Cina untuk Paus Benediktus XII.
Pada tahun 1300-an, para Alans dikuasai oleh Tar-Tar dan bergabung bersama mereka dibawah kepemimpinan Toqtamish Khan. Namun pada tahun 1395, Persia dibawah Timurleng (Tamerlan) mendapatkan kontrol derah Kaukasus, dan membantai Alans dalam jumlah masif. Para korban terfragmentasi, didorong lebih jauh ke selatan Kaukasus, mulai mengintegrasikan diri dengan penduduk asli dan akhirnya kembali muncul sebagai proto-Ossetia. Mereka membentuk menjadi dua kelompok, Digor dan Iron (Besi).
Yang unik disini adalah perkataan iron (besi). Sepengetahuan saya, tak ada satupun sejarawan yang pernah mengungkapkan, mengapa sebagian orang Ossetia mengatakan dirinya sebagai “Bangsa Besi (Iron People)”, dimana bahasa mereka dikenal juga dengan sebutan “Bahasa Besi (Iron Dialect)”. Saya menduga istilah tsb muncul, karena mereka pernah dikurung dalam Dinding Besi Darial Gorge yang dibuat oleh Zulkarnain.
Pada tahun 1767, daerah Alans jatuh dibawah kekuasaan Kerajaan Rusia. Mereka umumnya dikonversi ke gereja Ortodoks Rusia, dan dalam hal identitas mereka membentuk Ossetia yang berbasis di Georgia saat ini dan berbatasan dengan Republik Rusia. Mereka adalah salah satu wakil yang tersisa dari Scythians kuno dan Sarmatians.
Beberapa kota dengan nama yang mungkin terkait dengan ‘Alan’, seperti: Allainville,Allaines, Yvelines, Alainville-en Beauce, Loiret, Eure-et-Loir , dan Les Allains, serta Eure mencermikan bukti keberadaan mereka di Eropa. Begitupun dengan nama hewan seperti Alaunt dan Alano, yang secara historis telah digunakan untuk sejumlah ras anjing di beberapa negara Eropa diperkirakan turun dari anjing asli dari Alans. Alaunt/Alano dikenal di Eropa sebagai jenis anjing yang sangat pandai berburu dan berkelahi.
Ya’juj Ma’juj Masa KiniDari rentetan mengenai sejarah bangsa Alan, maka ada beberapa sifat buruk dari mereka yang kita dapat; yaitu bahwa mereka gemar berperang, suka menipu, dan berusaha untuk kawin dengan orang berpengaruh.
Namun ada satu hal dari Alans yang membuat kita merasa was-was, yakni bahwa mereka telah banyak memiliki keturunan dimana-mana. Jadi rupanya jumlah mereka banyak dan telah menyebar hampir di berbagai penjuru bumi. Walau mungkin tidak semua dari mereka memiliki perangai buruk seperti nenek moyang mereka, namun hal ini tidak boleh membuat kita lengah dan tidak waspada.
Sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam:
Kalian mengatakan tidak ada musuh. Padahal sesungguhnya kalian akan terus memerangi musuh sampai datangnya Ya’juj dan Ma’juj, lebar mukanya, kecil matanya, dan menyala (pirang) rambutnya. Mereka mengalir dari tempat-tempat yang tinggi, seakan-akan wajah-wajah mereka seperti perisai”. (HR. Ahmad)“Sesungguhnya Ya`juj dan Ma`juj dari keturunan Adam. Sekiranya mereka dilepas niscaya mereka akan merusak kehidupan manusia. Dan tidak mati salah seorang dari mereka melainkan ia meninggalkan dari keturunannya seribu atau lebih.” (HR. Ath-Thabarani dalam Al-Kabir dan Al-Ausath)
Jika kita melihat hadits Nabi diatas, maka ciri-ciri Ya’juj Ma’juj yang bermata kecil dan berambut terang (pirang) tampaknya mengacu pada perpaduan antara orang Asia dan Eropa. Ciri-ciri ini pada masa kini sepertinya tidak pernah kita jumpai, terkecuali pada orang-orang Asia Timur yang sengaja mengecat rambutnya dengan warna blonde. Saat ini yang paling mendekati ciri-ciri itu hanyalah orang-orang Asia Tengah pecahan eks Uni Soviet, seperti Kazakhstan, Kyrgyzstan, Uzbekistan, Tajikistan, dan Turkmenistan. Sejarawan mengatakan bahwa ciri-ciri tsb hanya banyak dijumpai pada orang-orang Kaukasoid masa lalu, dimana wilayahnya memang dikenal dengan nama Eurasia (Eropa-Asia).
Walau demikian, ada petunjuk bagus mengenai ini. Pada tanggal 7 November 2007, di Sekolah Tinggi Jokela di Jokela-Tuusula, Finlandia, terjadi penembakan oleh mahasiswa berusia 18 tahun bernama Pekka Eric Auvinen, yang menewaskan 8 orang dan melukai 1 orang. Eric Auvinen sendiri bunuh diri dengan cara menembak dirinya di kepala. Menurut manifestonya, motivasinya adalah keterasingan dan penghinaan bagi umat manusia. Dalam videonya di youtube dengan akun bernama “Sturmgeist89”, ia mengatakan: “Saya, sebagai pemilih alami, akan menghilangkan semua yang saya lihat tidak layak, termasuk ras manusia yang merupakan kegagalan dari seleksi alam”. Ia juga sempat berkata: “I am the law, judge, and executioner. There is no higher authority than me. I’m a god-like atheist”. “Sturmgeist“ berarti semangat badai dalam bahasa Jerman. Semua video Eric Auvinen dihapus oleh youtube, namun sebagian diantaranya ada yang berhasil diupload ulang oleh orang lain.
Kurang dari satu tahun setelah pembantaian sekolah Jokela, tepatnya pada tanggal 23 September 2008; penembakan sekolah lain terjadi di Kauhajoki-Finlandia, di mana seorang pria bersenjata menembak dan menewaskan 10 orang sebelum membunuh dirinya sendiri. Kejadian tersebut berlangsung di Universitas Seinäjoki oleh seorang mahasiswa kampus tsb yang berusia 22 tahun bernama Matti Juhani Saari. Di asrama kampusnya, ia meninggalkan dua catatan, yang mengatakan: “Saya benci umat manusia”; “Solusinya adalah Walther 22” (jenis pistol yang digunakannya untuk membunuh). Seorang juru bicara polisi berkomentar: “Saari meninggalkan catatan dengan mengatakan bahwa ia memiliki kebencian bagi umat manusia, untuk seluruh umat manusia, dan bahwa ia telah memikirkan apa yang ia akan lakukan selama bertahun-tahun. Catatan tsb juga menunjukkan bahwa dia sangat gelisah dan membenci segala sesuatu”. Saari juga sempat memposting video pada situs jejaring sosial, di mana ia menunjuk pistol pada kamera dan berkata dalam bahasa Inggris: “Kamu akan mati berikutnya”, diikuti dengan menembakkan empat tembakan ke arah kamera.
Yang menarik, ciri-ciri dari Eric Auvinen dan Matti Juhani Saari ini persis seperti yang dikatakan oleh Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Berikut gambar wajah dari Eric Auvinen dan Matti Saari:
Yang tak kalah menarik, baik Eric Auvinen maupun Matti Saari berasal dari negara yang sama, yakni: Finlandia.
Dalam bukunya yang diterbitkan pada tahun 1976 oleh Random House, New York, berjudul: The thirteenth tribe - The Khazar Empire And Its Heritage (Suku Bangsa Ketiga Belas – Kekaisaran Bangsa Khazar dan Warisannya); Arthur Koestler mengatakan bahwa Bangsa Khazar terdiri dari campuran bangsa Mongol, Turki, dan Finlandia.
Bangsa Khazar dulunya dikenal sebagai bangsa barbar. Pada abad ke-5, bangsa Khazar berada diantara gerombolan perusak Attila, bangsa Hun. Sekitar tahun 550 M, bangsa Khazar yang nomadik mulai menetap di wilayah sebelah Utara Kaukasus antara Laut Hitam dan Laut Kaspia. Ibukota kerajaan Khazar adalah Itil dibangun dihulu Sungai Volga yang mengalir ke Laut Kaspia, dalam rangka mengontrol lalu lintas sungai. Bangsa Khazar kemudian memungut pajak dalam jumlah besar setiap muatan yang melintasi Itil di Sungai Volga . Mereka yang menolak, diserang dan dibantai.
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa pada tahun 930 M, Bangsa Khazar mengatur pernikahan dinasti dengan Bangsa Alan; yang berarti bahwa keturunan Bangsa Khazar pada masa kini juga merupakan keturunan dari Bangsa Alan (ya’juj ma’juj pada masa lalu).
Menarik untuk dicermati bahwa gabungan dari bangsa Alan dan Khazar memilih Yudaisme sebagai agama, padahal mereka merupakan penganut paganisme (menyembah berhala). Alasannya jelas karena agama Yahudi lebih dapat diterima di dunia internasional. Mereka tidak mungkin mengakui bahwa diri mereka adalah penyembah setan, karena jika ini mereka lakukan, maka mereka akan dimusuhi dan dikucilkan dari dunia internasional. Lantas, mengapa mereka memilih Yudaisme, bukan Kristen atau Islam?. Sebab mereka memang memiliki darah Yahudi. Baik kerajaan Alania maupun Khazaria tercatat dalam sejarah merupakan salah satu tempat bermukim bagi bangsa Yahudi selama masa diaspora. Bahkan kemungkinan besar para rahib Yahudi beserta keturunan dan pengikutnya lebih memilih berdiam di Alania dan Khazaria, sebab pada dasarnya mereka adalah pengikut iblis yang suka memutarbalik perkataan Taurat dan Injil sesuai kehendak mereka. Keyakinan mereka tentunya sepaham dengan suku Alan dan Khazar yang juga adalah pengikut setan. Oleh sebab itu, jangan heran jika mereka dapat mengetahui dengan jelas tentang Yudaisme dan sejarah bangsa Yahudi.
Pada akhirnya keturunan Alan-Khazar-Yahudi dikenal dengan nama Yahudi Ashkenazi, dimana sebelum-nya mereka juga dikenal dengan istilah ras Arya. Mereka inilah Ya’juj Ma’juj masa kini. Walau demikian, tak semua Yahudi Ashkenazi memiliki perangai yang buruk dan jahat. Ada juga sebagian kecil diantara mereka yang tetap melaksanakan ajaran Taurat dan Injil secara konsekwen. Maka dari itu, disini saya ingin mengistilahkan bahwa ada yang dinamakan dengan Yahudi Jahat dan Yahudi Baik.
Yahudi Jahat inilah yang bertindak sebagai provokator ‘kotor’ untuk menyulut berbagai perang yang timbul di muka bumi, seperti Perang Salib, Revolusi Inggris, Revolusi Amerika, Revolusi Prancis, Perang Dunia I, Perang Saudara di Rusia, Perang Dunia II, Perang Dingin, Perang Teluk, serta berbagai kekacauan yang saat ini terjadi di Timur Tengah.
Untuk menjalankan aksi bejatnya, mereka membuat kelompok-kelompok, agar apa yang telah mereka rencanakan dapat berjalan rapi dan terorganisir.
Mayer Amschel BauerDiantara semua Yahudi Jahat, yang paling terkenal dan berpengaruh secara turun-temurun adalah keturunan Rothschild (Dinasti Rothschild). Berikut kisah hidup mereka:
1744 : Pada 23 Februari 1744, Mayer Amschel Bauer, seorang Yahudi Ashkenazi lahir di Frankfurt, Jerman. Dia adalah anak dari Moses Amschel Bauer, seorang pedagang uang. Moses Amschel Bauer memasang sebuah tanda merah di pintu depan kantornya. Ini adalah sebuah heksagram merah (yang secara geometris dan numeris menunjuk ke angka 666) yang atas instruksi dari Rothschild akan menjadi bendera Israel dua abad kemudian.
1760 : Mayer Amschel Bauer bekerja di sebuah bank milik Oppenheimers di Hanover, Jerman. Dia sangat berhasil dan kemudian menjadi mitranya. Selama masa ini dia mulai berhubungan baik dengan Jenderal von Estorff. Setelah kematian ayahnya, Bauer kembali ke Frankfurt dan mengambil alih bisnisnya. Bauer mengetahui pentingnya heksagram merah ini dan kemudian mengganti namanya menjadi Rothschild (artinya “tanda merah”).
Mayer Amschel Rothschild, menemukan bahwa Jenderal von Estorff berhubungan baik dengan Pangeran William IX dari Hesse-Hanau, salah satu keluarga kerajaan terkaya di Eropa, yang mendapatkan kekayaan mereka lewat pengiriman tentara Hessian ke negara lain (sebuah praktek yang masih eksis sampai hari ini dalam bentuk pengiriman “pasukan penjaga perdamaian” di seluruh dunia).
Rothschild kemudian menjual koin-koin dan perhiasan berharga kepada Jenderal dengan harga murah, dan kemudian diperkenalkan dengan Pangeran William yang sangat senang mendapatkan koin langka dan perhiasan dengan harga diskon. Kemudian Rothschild menawarkan kepadanya berbagai bonus bila Pangeran bisa memberikan sejumlah bisnis kepadanya.
Rothschild akhirnya menjadi sangat dekat dengan Pangeran William, dan kemudian berbisnis dengannya dan juga anggota-anggota kerajaan lainnya. Dia kemudian menyadari bahwa meminjamkan uang ke pemerintah jauh lebih menguntungkan daripada meminjamkan kepada individual, karena pinjaman pemerintah jauh lebih besar dan dijamin oleh pajak dari negara tersebut.
1770 : Rothschild memulai rencana pendirian Illuminati dan mempercayakannya kepada seorang Yahudi Ashkenazi lainnya, Adam Weishaupt, untuk merancang organisasi dan perkembangannya. Illuminati akan dibentuk dengan ajaran dari Talmud, yang merupakan ajaran dari Rabi Yahudi. Kata Illuminati berasal dari kelompok Luciferian yang artinya “Sang Pembawa Cahaya.”
Mayer Amschel Rothschild menikah dengan seorang wanita Yahudi Ashkenazi yang bernama Gutle Schnaper, puteri dari Wolf Solomon Schnaper, seorang pedagang kenamaan. Dari pernikahannya ini, dia dikarunia 5 anak laki-laki dan 5 anak perempuan.
Yang menarik dari Dinasti Rothschild adalah penetapan 6 hukum keluarga, yang terdapat dalam surat wasiat Mayer Amschel Rothschild setelah dia meninggal, yaitu:
Jabatan kunci bisnis keluarga dipegang oleh anggota keluarga.
Anggota keluarga laki-laki yang boleh ikut dalam bisnis keluarga.
Keluarga Rothschild akan kawin dengan sepupu-sepupu pertama dan kedua untuk melestarikan kekayaan keluarga.
Inventaris publik mengenai tanahnya tidak boleh dipublikasikan.
Tidak ada tindakan hukum sehubungan dengan nilai warisan.
Putera tertua dari putera tertua menjadi kepala keluarga, dan hanya bisa diubah setelah sebagian besar anggota keluarga menyetujui hal lainnya.
1791: Keluarga Rothschild dapat “mengendalikan uang suatu negara” lewat Alexander Hamilton (utusan mereka di kabinet George Washington), ketika mereka mengatur sebuah bank sentral di Amerika Serikat yang disebut “First Bank of the United States”. Bank ini didirikan dengan sebuah piagam 20 tahun. Kondisi ini jelas berhubungan erat dengan pernyataan Mayer Amschel Rothschild pada tahun 1790:
“Cuma saya yang menerbitkan dan mengendalikan uang suatu negara dan saya tidak peduli siapa yang menulis hukumnya”.
1811: Setelah 20 tahun, piagam Bank of the United States milik Keluarga Rothschild kadaluwarsa dan suara yang dipungut di Kongres menentang pembaruannya. Hal tersebut membuat Nathan Mayer Rothschild (anak ke-4 Mayer Amschel Rothschild) mengeluarkan ancaman untuk memberi pelajaran kepada orang-orang Amerika dan membuat status mereka menjadi kolonial lagi.
1812: Dengan didukung oleh uang Rothschild dan perintah dari Nathan Mayer Rothschild, Inggris menyatakan perang terhadap Amerika Serikat. Tujuan penyerangan ini untuk membuat Amerika Serikat terlilit utang yang besar sehingga menyerah kepada Inggris dan piagam Bank of the United States kembali diperbarui. Namun karena Inggris masih sibuk melawan Napoleon, mereka tidak bisa mengalahkan Amerika, dan perang pun berakhir pada tahun 1814 dengan Amerika tidak terkalahkan.
1816: Kongres Amerika meluluskan sebuah rancangan undang-undang yang mengizinkan satu bank sentral yang dikuasai Rothschild, yang kemudian terkenal dengan sebutan “Second Bank of the United States“, dengan sebuah piagam yang berlaku selama 20 tahun.
Setelah 12 tahun kemudian, Second Bank of the United States membuat rakyat Amerika muak karena praktek manipulasi ekonomi dengan meraih keuntungan besar dan merugikan rakyat, sehingga musuh-musuh bank ini menominasi Senator Andrew Jackson dari Tennessee agar mencalonkan diri menjadi presiden.
Sialnya bagi Keluarga Rothschild, Jackson memenangkan pencalonan presiden dan mulai memecat 2.000 orang dari 11.000 pegawai Pemerintah Federal, sebagai aksi melawan bank Rothschild.
1832: Perlawanan Presiden Jackson semakin terlihat, Second Bank of the United States yang dikuasai Rothschild meminta Kongres meluluskan pembaruan piagam, 4 tahun lebih cepat. Kongres menyetujui usulan tersebut yang menyebabkan Presiden Jackson memveto rancangan undang-undang tersebut.
Pada bulan Juli tahun yang sama, Presiden Jackson maju untuk kedua kalinya pada pencalonan presiden Amerika. Di sisi lain, Keluarga Rothschild yang memusuhinya selama masa kampanye pemilihan presiden, menghabiskan lebih dari 3.000.000 Dollar untuk membantu Senator Henry Clay dari Partai Republik untuk mengalahkan Jackson. Namun, Presiden Jackson memenangkannya dengan selisih suara yang amat banyak pada November 1832.
Setelah terpilih, Presiden Jackson mulai memindahkan deposito pemerintah dari Second Bank of the United States ke bank-bank yang langsung dipimpin oleh bankir-bankir mandiri. Peristiwa ini menjadi sejarah penting bagi Amerika karena Presiden Jackson adalah satu-satunya Presiden yang pernah lunas membayar utang pemerintah, dengan menebus angsuran terakhir utang negara.
1835: Perseteruan antara Presiden Jackson dan Keluarga Rothschild, mengakibatkan aksi pembunuhan terhadap presiden. Tapi ajaib, kedua pistol si pembunuh meleset. Belakangan Presiden Jackson mengklaim tahu bahwa Keluarga Rothschild bertanggung jawab atas usaha pembunuhan tersebut.
Bahkan si pembunuh bayaran, Richard Lawrence, yang dianggap tidak bersalah dengan alasan gangguan jiwa, belakangan mengaku bahwa orang-orang kuat di Eropa yang telah menyewa dia dan berjanji akan melindunginya kalau dia tertangkap.
1836: Presiden Andrew Jackson berhasil melempar bank sentral Rothschild keluar dari Amerika, setelah berakhir dan tidak diperbarui kembali piagam bank tersebut.
Seiring perjalanan waktu, Dinasti Rothschild memiliki hasrat untuk menguasai kembali Amerika, ditandai dengan perkembangan bisnis katun antara kaum ningrat Amerika Selatan dan pabrik katun di Inggris. Katun itu diangkut dari Amerika ke Perancis dan Inggris dengan kapal-kapal milik Rothschild.
1860: Keluarga Rothschild juga secara hati-hati memanipulasi penduduk dengan berkonspirasi dengan politisi-politisi setempat yang mereka genggam. Hal ini menyebabkan pemisahan diri Carolina Selatan pada Desember 1860. Hanya beberapa minggu kemudian, 6 negara bagian lain bergabung dengan konspirasi melawan Serikat dan membentuk sebuah negara pecahan “Confederate States of Amerika (Amerika Sekutu)” dengan Jefferson Davis sebagai presidennya. Inilah awal dari perseteruan Selatan dan Utara Amerika, buah dari hasil propaganda Keluarga Rothschild.
1861: Propaganda Dinasti Rothschild terus berlanjut, bahkan setelah Presiden Abraham Lincoln dilantik. Mereka memberikan pinjaman kepada Napoleon III Perancis (sepupu Napoleon dari perang Waterloo) sebesar 210 juta franc untuk merampas Meksiko, lalu memangkalkan pasukan di sepanjang perbatasan Selatan Amerika Serikat, mengambil keuntungan dari perang saudara Amerika. Sementara itu, Inggris menyusul dengan menggerakkan 11.000 pasukan ke Kanada dan menempatkan pasukan mereka di sepanjang perbatasan utara Amerika. Presiden Lincoln tahu dia berada dalam masalah, bersama Sekretaris Bendahara, Salomon P. Chase, mereka berangkat ke New York untuk mengajukan pinjaman yang dibutuhkan untuk mendanai Departemen Pertahanan Amerika.
Keluarga Rothschild kemudian memberikan instruksi kepada bank-bank Amerika yang dibawah kontrol mereka, untuk menawarkan pinjaman dengan bunga 24 % sampai 26 %. Presiden Lincoln menolak dan kembali ke Washington.
1863: Tsar Rusia, Alexander II (1855-1881), yang juga memiliki masalah dengan Keluarga Rothschild karena menolak tawaran terus-menerus untuk mendirikan bank sentral di Rusia, memberikan bantuan tak terduga kepada Presiden Lincoln.
Sang Tsar membuat perintah, jika Inggris dan Perancis terlibat aktif dan campur tangan dalam perang saudara Amerika dengan membantu Selatan, Rusia akan memihak Presiden Lincoln. Lalu Sang Tsar mengirim sebagian dari Armada Pasifiknya untuk berlabuh di San Fransisco dan sebagian lainnya berlabuh di New York.
Dalam kurun waktu ini juga, Keluarga Rothschild menggunakan salah seorang dari keluarga mereka sendiri di Amerika, John D. Rockefeller (salah seorang Rothschild lewat garis darah perempuan), untuk membentuk bisnis minyak bernama “Standard Oil” yang pada akhirnya mengalahkan semua pesaingnya.
1865: Tepatnya pada tanggal 14 April, atau setelah 41 hari setelah pelantikannya yang kedua, Presiden Lincoln ditembak oleh John Wilkes Booth di Ford’s Theater. Dia meninggal akibat lukanya, kurang dari 2 bulan sebelum perang saudara Amerika berakhir.
Lebih dari 70 tahun kemudian, cucu perempuan Booth yang bernama Izola Forrester, memberikan bocoran di dalam bukunya tentang Booth, “This One Mad Act“, bahwa Booth dipesan melakukan pembunuhan ini oleh orang-orang kuat di Eropa (Keluarga Rothschild). Pernyataan ini dikuatkan oleh seorang Jaksa Kanada bernama Gerald G. Mcgeer yang mengatakan, bahwa pembunuhan Lincoln dilakukan oleh bankir-bankir internasional (sebutan untuk Keluarga Rothschild karena setengah kekayaan dunia mereka kuasai dari pusat-pusat perbankan yang mereka miliki di seluruh dunia).
Menyusul satu masa latihan singkat di Bank London, Keluarga Rothschild, Jacob Schiff (seorang Rothschild yang lahir di rumah mereka di Frankfurt) tiba di Amerika pada usia 18 tahun dengan instruksi dan uang yang diperlukan untuk membeli sebagian usaha rumah perbankan di sana. Tujuannya adalah:
- Mendapatkan kendali sistem uang Amerika dengan mendirikan sebuah bank sentral.
- Mencari orang-orang yang akan menjadi antek-antek “Illuminati” dan mempromosikan mereka ke posisi tinggi di Pemerintah Federal, Kongres, Mahkamah Agung dan semua badan Federal.
- Membuat kelompok minoritas cekcok di seluruh penjuru negeri, khususnya isu perseteruan kaum kulit putih dan hitam.
- Membuat gerakan untuk menghancurkan agama di Amerika Serikat dengan Kristen sebagai sasaran utama.
1869: Dalam kaitan persekongkolan ini, menarik untuk dicermati pernyataan Rabi Reichorn di pemakaman Rabi Besar Simeon Ben-Iudah:
“Berkat kekuatan dahsyat bank-bank internasional kita, kita telah memaksa orang Kristen berperang tanpa jumlah. Perang punya nilai istimewa bagi orang Yahudi, karena orang Kristen saling membantai sehingga ada ruang lebih luas bagi kita orang Yahudi. Perang adalah panen Yahudi, dan bank-bank Yahudi menjadi gemuk saat orang Kristen berperang. Lebih dari 100 juta orang Kristen telah tersapu dari muka bumi berkat perang, dan ini belum berakhir”.
1871: Seorang Jenderal Amerika bernama Albert Pike, yang telah terbujuk ikut “Illuminati” oleh Guiseppe Mazzini (seorang pemimpin revolusioner Italia, yang dipilih oleh “Illuminati” untuk memimpin program revolusioner mereka di seluruh dunia), menyelesaikan cetak biru militernya untuk 3 perang dunia dan berbagai macam revolusi di seluruh penjuru dunia. Perang Dunia Pertama, dipecahkan untuk menghancurkan Tsar di Rusia, sebagaimana dijanjikan oleh Nathan Mayer Rothschild pada 1815. Perang Dunia Kedua, digunakan untuk menyulut kontroversi antara Fasisme dan Zionisme politis dengan penindasan Yahudi di Jerman. Ini adalah unsur terpenting untuk membawa kebencian terhadap orang-orang Jerman. Dan Perang Dunia Ketiga, dimainkan dengan menggerakkan kebencian terhadap dunia Muslim agar seluruh non Muslim menjadi benci dan memerangi umat Muslim.
Albert Pike sendiri adalah Komandan Besar Kedaulatan untuk Yurisdiksi SelatanScottish Rite of Freemasonry pada tahun 1859, yang merupakan Freemason terkuat di Amerika. Sedangkan Giuseppe Mazzini dari Italia, adalah ketua Illuminati Eropa yang juga pendiri MAFIA (Mazzini Autorizza Furti, Incendi, Avvelenamenti - Mazzini Authorizes Thefts, Arson, Poisoning), pengganti Adam Weishaupt, pada tanggal 15 Agustus 1871.
1880: Utusan-utusan Rothschild mulai menyulut rangkaian pembasmian ras di Rusia, Polandia, Bulgaria dan Rumania. Pembasmian-pembasmian ini mengakibatkan dibantainya ribuan orang Yahudi, menyebabkan sekitar 2 juta orang melarikan diri ke New York, Chicago, Philadelphia, Boston dan Los Angeles. Namun, beberapa orang yang dibantu dengan uang Rothschild mulai bermukim di Palestina.
Alasan-alasan pembantaian-pembantaian ini adalah menciptakan sebuah basis Yahudi yang besar di Amerika. Lalu mereka dididik untuk memberikan suara Demokrat. Dan sekitar 20 tahun kemudian, orang-orang terdepan Rothschild seperti Woodrow Wilson terpilih ke kursi presiden untuk menjalankan perintah Keluarga Rothschild.
Di Amerika, kekuatan Dinasti Rothschild juga menembus dunia jurnalisme. Ini tergambar jelas dari pernyataan John Swinton, seorang jurnalis ulung, yang marah dalam sebuah jamuan makan karena seseorang mengajaknya bersulang untuk kebebasan pers:
“Saat ini dalam sejarah dunia, di Amerika tidak ada yang namanya kebebasan pers. Kalian tahu itu dan saya tahu itu. Tidak ada satu pun di antara kalian yang berani menulis pendapat kalian dengan jujur, dan kalau kalian melakukannya, kalian sudah tahu bahwa pendapat itu tidak akan pernah dicetak. Saya dibayar per minggu untuk menjauhkan pendapat jujur saya dari koran tempat saya bekerja. Kalian juga ada yang dibayar dengan harga serupa untuk hal-hal seperti itu, dan siapa pun di antara kalian yang dengan bodohnya menulis pendapat jujur akan terlantar di jalanan mencari pekerjaan baru. Kalau saya membiarkan pendapat jujur, saya muncul di salah satu terbitan koran saya, sebelum 24 jam pekerjaan saya sudah melayang. Tugas para jurnalis adalah menghancurkan kebenaran, berdusta sama sekali, menyesatkan, memfitnah, menjilat kaki dewa kekayaan dan menjual negara dan rasnya demi sesuap nasi sehari-hari. Kalian tahu itu dan saya tahu itu, dan kebodohan apa ini mengajak kita bersulang bagi kebebasan pers? Kita adalah alat-alat pengikut orang-orang kaya di balik panggung. Kita adalah dongkrak, mereka menarik benang lalu kita menari. Bakat kita, kemungkinan kita, dan hidup kita semua, adalah milik orang lain. Kita adalah pelacur intelektual”.
1907: Seorang Rothschild, Jacob Schiff, kepala Kuhn Loeb and Co., dalam sebuah pidato kepada Dewan Perniagaan New York, memperingatkan:
“Kalau kami tidak mendapatkan sebuah bank sentral dengan kendali yang cukup atas sumber kreditnya, negara ini akan mengalami kepanikan uang yang paling parah dan luas jangkauannya dalam sejarah”.
Mendadak Amerika terjebak di tengah-tengah krisis finansial yang dikenal sebagai “Panik 1907″. Krisis tersebut lalu melumatkan kehidupan jutaan orang Amerika.
1912: George R. Conroy, dalam majalah Truth terbitan Desember, menggambarkan Jacob Schiff sebagai ahli strategi keuangan. Dia bahu-membahu bersama Kelurga Harriman, Keluarga Gould dan Keluarga Rockefeller di semua perusahaan rel kereta api dan telah menjadi kekuatan dominan dalam bisnis rel kereta api dan kekuatan finansial Amerika.
Jacob Schiff juga mendirikan ADL atau Anti-Demafation League (Liga Anti-Penistaan) sebagai cabang B’nai n B’rith (didirikan oleh orang-orang Yahudi di New York City sebagai sebuah kelompok lokal Mason) di Amerika Serikat. Organisasi ini diciptakan untuk mengidentifikasi orang-orang yang menentang tindakan-tindakan ilegal orang-orang elit Yahudi atau konspirasi global Rothschild sebagai “Anti-Semit” dan menentang ras Yahudi secara keseluruhan.
1913: Tepatnya tanggal 31 Maret, J. P Morgan (penguasa Wall Street) meninggal. Dia dikira sebagai orang terkaya di Amerika, tapi wasiatnya mengungkapkan bahwa dia hanya memiliki 19 % perusahaan J. P Morgan. Sedangkan 81 % sisanya dimiliki oleh Keluarga Rothschild.
Pada tahun yang sama, orang-orang Yahudi Jahat mendirikan bank sentral terakhir di Amerika yang masih berdiri sampai sekarang ini, yaitu “Federal Reserve atau Bank Cadangan Negara”, yang dikenal sebagai bank sentral Amerika Serikat. Untuk mendapatkan dukungan dari publik, mereka berbohong dengan menyatakan bahwa sebuah bank sentral bisa mengekang inflasi dan depresi. Padahal, bank sentral didirikan untuk memanipulasi asupan uang untuk menyebabkan inflasi dan depresi.
Penting untuk dicatat, bahwa Federal Raserve atau Bank Cadangan Negara adalah perusahaan swasta, bukan Federal dan tidak punya cadangan apapun. Dan diperkirakan bahwa labanya melebihi 150 miliar Dollar per tahun, tapi Federal Reserve tidak pernah sekalipun dalam sejarah menerbitkan laporan keuangannya. Beberapa bukti telah tersingkap tentang siapa sebenarnya yang memiliki Federal Reserve, yaitu bank-bank berikut ini:
- Rothschild Bank of London
- Warburg Bank of Hamburg
- Rothschild Bank of Britain
- Lehman Brothers of New York
- Lazard Brothers of Paris
- Kuhn Loeb Bank of New York
- Israel Moses Seif Banks of Italy
- Goldman Sachs of New York
- Warburg Bank of Amsterdam
- Chase Manhattan Bank of New York
Semua ini adalah Bank Rothschild.
1919: Pada tanggal 30 Mei, sebuah pertemuan tambahan dari “Konferensi Perdamaian Versailles” diadakan di Hotel Majestic di Paris. Di sana diputuskan bahwa sebuah organisasi akan didirikan untuk memberikan nasihat (mengendalikan) apa yang dilakukan pemerintah. Lembaga ini disebut “Institute of International Affairs (Lembaga Urusan Internasional)”, yang akan bermetamorfosis menjadi 2 cabang:
- Royal Institute of International Affairs (RIIA) di Inggris pada tahun 1920, dan
- Council on Foreign Relations (CFR) di Amerika Serikat pada tahun 1921.
Menariknya, tuan rumah Konferensi Perdamaian Versailles dan ketua pertemuan tambahan dari konferensi ini adalah Baron Edmond de Rothschild. Baron Edmond de Rothschild adalah anak termuda dari Jacob (James) Mayer Rothschild (putera bungsu dari Mayer Amschel Rothschild), hasil dari pernikahannya dengan kopanakannya sendiri, Betty von Rothschild, anak perempuan Salomon Mayer Rothschild (Putera ke-3 dari Mayer Amschel Rothschild).
Di Amerika Serikat, CFR (Council of Foreign Relations atau Dewan Hubungan Luar Negeri) berada di bawah perintah Jacob Schiff. Organisasi ini didirikan oleh orang Yahudi Ashkenazi, yaitu Bernard Baruch dan Kolonel Edward Mandell House. Keanggotaan CFR pada awalnya sekitar 1.000 orang di Amerika Serikat. Keanggotaan ini termasuk bos-bos industri di Amerika, semua bankir internasional berbasis Amerika dan kepala semua yayasan mereka yang bebas pajak. Pada dasarnya mereka adalah semua orang yang memberikan modal yang diperlukan bagi siapa pun yang ingin mencalonkan diri untuk kursi Kongres, Senat, atau Presiden.
Tugas pertama CFR adalah mendapatkan kendali pers. Tugas ini diberikan kepada John D. Rockefeller yang mendirikan sejumlah majalah berita nasional seperti Life and Time. Rockefeller mendanai Samuel Newhouse (seorang Yahudi) untuk membeli dan mendirikan secara besar-besaran serentetan surat kabar di seluruh penjuru negeri. Dia juga mendanai orang Yahudi lainnya, Eugene Meyer, yang akan membeli banyak penerbitan seperti Washington Post, Newsweek, dan The Weekly Magazine.
Federal Reserve atau Bank Cadangan Negara mengklaim bahwa mereka akan melindungi negara terhadap inflasi dan depresi. Namun antara tahun 1929 dan 1933, mereka mengurangi asupan uang sampai 33%. Bahkan Milton Friedman, pakar ekonomi pemenang penghargaan nobel, menyatakan hal berikut ini dalam sebuah wawancara radio pada Januari 1996:
“Federal Reserve jelas menyebabkan depresi besar yang menyusutkan jumlah uang yang beredar sampai sepertiganya dari 1929 sampai 1933.”
Di saat depresi besar ini terjadi, jutaan Dollar Amerika dihabiskan untuk membangun ulang Jerman akibat kerusakan yang diderita selama Perang Dunia I, untuk persiapan Keluarga Rothschild berikutnya yaitu Perang Dunia II.
Menariknya, uang yang dipompakan ke Jerman untuk membangunnya sebagai persiapan Perang Dunia II masuk ke bank-bank German Thyssen yang berafiliasi dengan kelompok Harriman yang dikendalikan oleh Keluarga Rothschild di New York.
Antara tahun 1930 dan 1935, Elizabeth Donnan menerbitkan bukunya yang terdiri dari 4 jilid, “Document Illustrative of the History of the Slave Trade to America (Dokumen Bergambar tentang Sejarah Perdagangan Budak ke Amerika)”. Buku ini menunjukkan bahwa orang Yahudi mendominasi perdagangan budak Afrika ke Amerika dan setidaknya 15 kapal yang digunakan untuk mengangkut para budak dimiliki oleh Yahudi, beberapa diantaranya sangat erat berkaitan dengan Keluarga Rothschild. Untuk menipu pihak berwenang bahwa tidak ada orang Yahudi yang terlibat, mereka sering mengganti semua kru dan kapten dengan orang non-Yahudi.
1936: Pada 3 Oktober, seorang pejabat Kongres dari Partai Republik, Louis T. McFadden, Ketua House Banking and Currency Committee (Komite Rumah Perbankan dan Mata Uang) diracun sampai mati. Ini adalah usaha pembunuhan ketiga terhadap dirinya. Sebelumnya dia pernah selamat dari keracunan dan ditembak dengan senjata api. McFadden adalah pengkritik setia Federal Reserve dan kelompok kriminal Yahudi yang ada dibaliknya.
Di Bretton Woods, New Hampshire, IMF dan Bank Dunia (awalnya disebut International Bank for Reconstruction and Development atau IBRD – nama Bank Dunia baru diadopsi mulai 1975) disetujui dengan keikutsertaan penuh Amerika Serikat.
IMF diberikan kuasa untuk menerbitkan sebuah uang perintah dunia yang bernama “Special Drawing Rights (Hak Tarik Istimewa) atau SDR’s”. Negara-negara anggota pada akhirnya akan ditekan untuk membuat mata uang mereka sepenuhnya bisa ditukar dengan SDR’s.
IMF dikendalikan oleh Dewan Gubernurnya, yang juga merupakan kepala bank-bank sentral yang berbeda atau kepala departemen-departemen bendahara bermacam-macam negara yang dikuasai oleh bank-bank sentral mereka. Kekuatan pemungutan suara di IMF juga memberikan Amerika Serikat dan Inggris (Federal Reserve (Bank Sentral Amerika Serikat) dan Bank of England (Bank Sentral Inggris) – kedua-duanya dikuasai Keluarga Rothschild) kendali penuh atas dirinya.
1948: Pada musim semi tahun ini, Keluarga Rothschild menyogok Presiden Harry S. Truman (Presiden ke-33 Amerika Serikat, 1945-1953) untuk mengakui Israel sebagai negara berdaulat dengan 2 juta Dollar yang mereka berikan padanya untuk rangkaian kampanyenya.
Pada tengah malam 14 Mei 1948, negara Israel secara resmi diproklamirkan di Tel Aviv, sebelas menit kemudian Presiden Truman menyatakan Amerika Serikat sebagai negara asing pertama yang mengakuinya.
1963: Pada 22 November, Presiden John F. Kennedy dibunuh oleh Keluarga Rothschild. Salah satu alasan utama dibunuhnya Kennedy adalah fakta bahwa dia memastikan kepada Perdana Menteri Israel, David Ben-Gurion, bahwa dalam keadaan apapun dia tidak akan setuju Israel menjadi negara yang memiliki nuklir. Surat kabar Israel, Ha’aretz, pada tanggal 5 February 1999 dalam sebuah ulasan tentang sebuah buku Avner Cohen yang berjudul “Israel and the Bomb“, menyatakan:
“Pembunuhan Presiden Amerika Serikat, John F. Kennedy mendadak mengakhiri tekanan besar yang diterapkan oleh Pemerintah Amerika terhadap Pemerintah Israel untuk menghentikan program nuklir. Buku ini menyiratkan bahwa kalau Kennedy tetap hidup, diragukan apakah Israel dewasa ini bisa membuat nuklir”.
Selain itu, alasan mengejutkan lainnya Presiden Kennedy dibunuh adalah berkat adanya Perjanjian The Green Hilton Memorial Agreement Geneva. Perjanjian The Green Hilton Memorial Agreement Geneva dibuat dan ditandatangani pada 21 November 1963 di Hotel Hilton Geneva oleh Presiden Amerika Serikat, John F Kennedy (beberapa hari sebelum dia terbunuh) dan Presiden RI, Ir. Soekarno dengan saksi tokoh negara Swiss, William Vouker. Perjanjian ini menyusul MoU diantara Republik Indonesia dan Amerika Serikat tiga tahun sebelumnya. Point penting perjanjian itu; Pemerintahan Amerika Serikat (selaku pihak I) mengakui 50 persen keberadaan emas murni batangan milik Republik Indonesia, yaitu sebanyak 57.150 ton dalam kemasan 17 paket emas dan pemerintah Republik Indonesia (selaku pihak II) menerima batangan emas itu dalam bentuk biaya sewa penggunaan kolateral dolar yang diperuntukkan bagi pembangunan keuangan Amerika Serikat. Hal ini tentu saja membuat Rothschild sangat gundah, karena salah satu rencana jahatnya adalah menguasai emas batangan yang beredar di seluruh dunia, demi memuluskan misi bejatnya untuk mengendalikan dunia. Selain itu, adanya MoU tsb juga membuat Amerika Serikat dapat menghilangkan ketergantungannya terhadap utang yang diberikan oleh Federal Reserve.
Disamping itu, alasan utama pembunuhan John F. Kennedy adalah sikapnya yang tegas dalam menentang proyek kaum Illuminati untuk mewujudkan Tatanan Dunia Baru (The New World ) yang bertujuan untuk mengendalikan dunia dengan cara-cara yang licik, kotor, dan keji.
Berikut pidato Kennedy yang mengindikasikan penentangannya terhadap The New World Order:
“Di seluruh dunia, kita dihadapkan pada konspirasi monolitis dan kejam, yang bersandar terutama pada kedengkian demi memperluas cakupan pengaruhnya. Ini adalah sistem pengerahan manusia dan sumber daya materi besar-besaran untuk membangun mesin yang sangat kuat dan efisien yang menggabungkan operasi militer, intelijen, ekonomi, sains, dan politik. Persiapan pembangunan mesin itu sangat tertutup, dan tidak diketahui publik. Kesalahan-kesalahan yang muncul terkubur, tidak muncul ke permukaan. Siapapun yang mencoba lari, akan dibungkam, dan bukannya diberi penghargaan.”
1973: Pada 15 April, Senator Demokrat dari Arkansas, J. William Fulbright, menyatakan hal berikut ini di televisi CBS, sehubungan dengan kekuatan Yahudi di Amerika:
“Senat Amerika Serikat tunduk kepada Israel, Israel mengendalikan Senat. Ini sudah sangat sering ditunjukkan, dan inilah yang membuat pemerintah kesulitan.”
Pada tahun ini juga, George J. Laurer, seorang pegawai IBM yang dikendalikan oleh Keluarga Rothschild, menciptakan UPC (Universal Product Barcode) yang pada akhirnya akan dipasang pada setiap barang yang diperdagangkan di seluruh dunia dan membawa nomor 666 (Heksagram Merah Mayer Amschel Rothschild).
1993: Mantan penjabat Kongres Paul Findley, menerbitkan bukunya yang berjudul “Deliberate Deceptions: Facing the Fact About the U.S-Israeli Relationship (Muslihat yang Disengaja: Menghadapi Fakta tentang Hubungan AS-Israel)”. Di dalam buku ini dia menulis daftar 65 Resolusi Anggota PBB yang menentang Israel dari periode 1955 sampai 1992, dan Amerika Serikat memveto 30 Resolusi demi Israel. Kalau AS tidak membuat veto, ada 95 Resolusi yang menentang Israel. Namun, 65 Resolusi yang menentang Israel tersebut berjumlah lebih banyak dari semua Resolusi yang dilulus-kan untuk menentang negara-negara lain jika digabungkan sekaligus.
Israel tidak peduli dengan pandangan PBB. Jika Anda mau mempertimbangkan bukti yang pernah ada, bahwa kurang dari 2 minggu setelah serangan Israel terhadap USS Liberty (serangan yang dirancang untuk mengkambinghitamkan Mesir, sehingga Amerika Serikat terdorong untuk berperang melawan Mesir), Menteri Luar Negeri Israel, Abba Eban, membuat pernyataan tentang PBB, sebagaimana yang dilaporkan The New York Times pada 19 Juni 1967:
“Kalau pun General Assembly (Majelis Umum) memungut suara sampai 121 suara berbanding 1 mendukung Israel kembali ke garis gencatan senjata (perbatasan pra-Juni 1967), Israel akan menolak tunduk terhadap keputusan tersebut”.“Mereka adalah peminjam uang dan kontraktor utang besar di dunia. Konsekuensinya adalah negara-negara di dunia mengerang diinjak sistem-sistem pajak dan utang negara yang besar. Mereka adalah musuh terbesar bagi kebebasan”. (Lord Harrington)
1995: Pada 21 Oktober, mantan agen Mossad, Victor Ostrovsky, yang menerbitkan 2 buku yang memaparkan kegiatan-kegiatan Mossad, muncul di acara pagi televisi Kanada, Canada AM, bersama jurnalis Israel bernama Yosef Lapid, mantan Kepala Televisi Israel, via hubungan satelit. Yosef Lapid memanggil Mossad untuk mencari Ostrovsky di Kanada untuk membunuhnya, karena telah menulis 2 buku yang membocorkan kegiatan mereka ini. Karena Mossad Israel tidak bisa membunuh Ostrovsky di Kanada tanpa menyebabkan insiden diplomatis. Yosef Lapid mengatakan secara langsung di acara itu, bahwa:
“Saya harap ada seorang Yahudi yang baik di Kanada yang mau melakukan tugas itu untuk kita”.
Ostrovsky memutuskan untuk menuntut Yodef Lapid di Pengadilan Kanada karena menghasut publik untuk membunuhnya. Namun, Ostrovsky tidak bisa menemukan pengacara satu pun di Kanada yang mau mengambil kasus itu.
1996: Pada 12 Mei, Duta Besar PBB sekaligus seorang Yahudi Ashkenazi, Madeleine Albright, ketika muncul di program 60 minutes, ditanya oleh koresponden Lesley Stahl, sehubungan dengan tahun-tahun Amerika Serikat memimpin sanksi ekonomi terhadap Irak:
“Kami telah mendengar bahwa setengah juta anak meninggal. Maksudku, itu lebih banyak dari anak yang meninggal di Hiroshima. Lalu, anda tahu, bahwa harga itu sepadan?”Jawaban Duta Besar Madeleine Albright adalah:“Menurut saya itu pilihan yang sangat sulit, tapi harga itu sepadan”.
Komentarnya tersebut tidak menimbulkan protes dari publik. Sesungguhnya, Holocaust setengah juta rakyat Irak dipandang positif dan dikagumi oleh Pemerintah Amerika Serikat. Karena kurang dari 8 bulan kemudian, Presiden Bill Clinton menunjuk Madeleine Albright sebagai Menteri Luar Negeri.
Pada siaran Larry King Live pada bulan April 1996, aktor Marlon Brando membuat pernyataan:
“Hollywood dipimpin oleh orang-orang Yahudi. Hollywood dimiliki oleh orang-orang Yahudi, dan mereka harus punya sensitivitas tentang persoalan yang diderita oleh orang lain, akibat apa yang telah mereka eksploitasi kepada orang-orang itu”.
Akibat pernyataan ini, Jewish Defense League (Liga Pertahanan Yahudi) langsung meminta agar Marlon Brando dibuang dari Hollywood Walk of Fame. Tapi, karena takut diprotes publik, Hollywood Chamber of Commerce (Majelis Perdagangan Hollywood) menolak melakukannya.
Pada tahun yang sama, beberapa kejadian penting juga mewarnai kehidupan Amerika, diantaranya:
Washington Post melaporkan bahwa intelijen Amerika Serikat telah menyadap sebuah percakapan. Di dalam percakapan tersebut, dua Pejabat Israel membahas kemungkinan mendapatkan surat rahasia yang telah ditulis oleh Menteri Luar Negeri waktu itu, Warren Christopher, kepada Pemimpin Palestina, Yasser Arafat.
Duta Besar Amerika Serikat untuk Israel, Martin Indyk, mengeluh secara pribadi kepada Pemerintah Israel tentang pengawasan tidak bijaksana yang dilakukan oleh Badan Intelijen Israel.
Agen-agen Israel memasang penyadap pada telepon seorang Yahudi Ashkenazi sekaligus anak seorang Rabi, Monica Lewinsky, di Watergate dan mereka menyadap sesi seks telepon antara wanita itu dan Presiden Bill Clinton. Laporan Ken Starr menegaskan bahwa Clinton memperingatkan Lewinsky bahwa percakapan mereka direkam, dan kemudian Clinton mengakhiri perselingkuhan tersebut.
Pada tahun ini juga, Kofi Annan menjadi Sekretaris Jenderal PBB yang bermarkas di New York City. Isterinya adalah Nane Lagergren, seorang Rothschild dari Swedia, yang dinikahi pada tahun 1984. Menurut suatu sumber, bahwa naiknya Annan dapat semakin memuluskan rencana Amerika Serikat untuk menjalankan berbagai misi bejatnya.
Di Los Angeles, sebuah penyelidikan narkoba besar tingkat lokal, telah membuat daerah dan negara menjadi bermasalah. Tersangka dalam penyelidikan ini adalah jaringan kejahatan Israel yang beroperasi di New York, Miami, Las Vegas, Kanada, Israel dan Mesir. Jaringan kejahatan Israel ini terlibat dalam pengedaran narkoba dan ekstasi, begitu juga penipuan kartu kredit dan komputer yang rumit terhadap golongan pekerja kantoran. Yang mengagetkan para opsir penyelidikan, orang-orang Israel yang diselediki ternyata mengawasi pager/beeper, ponsel bahkan telepon rumah para penyelidik. Para penyelidik kemudian mencari tahu dari mana informasi ini mungkin berasal. Mereka segera mengetahui bahwa ini bersangkutan dengan Firma Israel AMDOCS yang hampir memonopoli jasa rekening telepon di Amerika Serikat. Dan ketika mereka memeriksa hasil telepon mereka sendiri tentang bagaimana mereka disadap, mereka menemukan bahwa kontraktor utama mereka adalah Converse Infoys, Firma Israel lainnya yang bekerja dekat dengan Pemerintah Israel.
1998: Pada 31 Oktober, berdasarkan instruksi dari kelompok PNAC (Project for a New American Century – Proyek untuk Abad Amerika Baru), Presiden Bill Clinton menandatangani Hukum H. R. 4655, yaitu “Iraq Liberation Act (Undang-Undang Pembebasan Irak)” yang mendukung usulan perubahan rezim di Irak. Tujuan sebenarnya dari proyek ini adalah menempatkan rezim boneka untuk Amerika Serikat, agar Amerika Serikat dapat menguasai ladang minyak di Irak.
Untuk memuluskan rencana ini, maka sebelumnya pada Februari 1990, seorang Sayan Mossad (agen rahasia Israel) di New York menjejalkan suatu cerita palsu ke ABC Television bahwa Saddam Husein punya pabrik uranium di Irak, satu tahun sebelum Amerika membombardir Irak.
2000: Pada bulan April, Jacob “Cookie” Orgad, sebagai mantan agen Mossad ditangkap karena menjalankan salah satu operasi penyelundupan ekstasi terbesar dalam sejarah Amerika. Operasi ini mengantarkan ratusan juta Dollar dalam bentuk narkoba illegal yang diproduksi di Belanda, ke kota-kota di seluruh Amerika Serikat.
Pada tahun ini juga di Argentina, IMF mengharuskan negara ini mengurangi defisit anggaran pemerintah dari 5,3 miliar Dollar pada saat itu menjadi 4,2 miliar Dollar pada tahun berikutnya (2001), yang menyebabkan pengangguran di Argentina sebesar 20% penduduk usia kerja. Lalu mereka menambah tuntutannya menjadi defisit harus dihapuskan. IMF menawari Argentina beberapa gagasan untuk mencapai ini, dengan mengurangi program ketenagakerjaan darurat pemerintah dari 200 Dollar per bulan menjadi 160 Dollar sebulan.
Mereka juga meminta pemotongan gaji 12% – 15% bagi pegawai negeri dan pemotongan pensiun bagi orang tua sebanyak 13%. Keduanya berdampak bagi banyak orang. Pada Desember 2001, orang-orang Argentina kelas menengah (secara harfiah) muak berburu di jalanan mencari sampah untuk dimakan. Mereka mulai rusuh dan membakar Buenos Aires.
2001: Puncak tragedi di Amerika terjadi pada 11 September 2001, yaitu serangan terhadap World Trade Center (WTC) dan Pentagon yang disusun dengan hati-hati oleh Israel dengan keterlibatan Inggris dan Amerika, dibawah perintah Keluarga Rothschild. Kejadian ini mereka lakukan untuk mengkambinghitamkan Muslim sebagai “Teroris”. Ini adalah babak pertama untuk memicu Dunia Barat agar berperang dengan Dunia Arab, demi Yahudi. Dan perang melawan teroris di negara-negara Muslim pun dimulai.
Beberapa pengamat menduga bahwa mereka menggunakan serangan-serangan ini untuk mendapatkan kendali atas beberapa negara di dunia yang tidak mengizinkan bank-bank sentral Rothschild. Dengan demikian, kurang dari sebulan setelah kejadian ini, Amerika Serikat menyerang Afghanistan, satu dari hanya tujuh negara pada saat itu di dunia yang tidak memiliki bank sentral yang dikendalikan oleh Rothschild. Negara ini didominasi penduduk Muslim yang menolak ikut serta dalam sistem simpan-pinjam uang (Riba), sesuatu yang telah membuat para Yahudi Jahat gusar selama bertahun-tahun. Selain itu, juga demi memperoleh keuntungan eksplorasi cadangan minyak bumi yang berada di Afganistan.
Kurang dari seminggu setelah serangan 11 September, tepatnya pada 5 September 2001, orang yang katanya Kepala Pembajak, Mohamed Atta, dan beberapa pembajak lainnya melakukan kunjungan ke salah satu perahu kasino seorang pelobi pro-Israel, seorang Yahudi Ashkenazi bernama Jack Abramoff. Tidak ada penyelidikan dilakukan tentang apa yang mereka lakukan di sana. Menariknya, 7 orang dari 19 orang (yang katanya) pembajak yang disalahkan melakukan serangan pada 11 September, ternyata masih hidup. Beberapa orang malahan muncul di Kedutaan Besar Amerika Serikat di negara-negara Arab.
Pada serangan 11 September juga, terdapat 5 orang Israel yang menyamar dalam pakaian Arab ditangkap karena menari dan bersorak sambil merekam menara WTC yang runtuh. Disewa oleh Urban Moving System (Sistem Perpindahan Kota), sebuah daerah Mossad Israel, orang-orang Israel ini tertangkap punya banyak paspor, satu van teruji positif mengandung peledak dan banyak uang tunai. Akibat penangkapan ini, Walikota Yerussalem (yang akan menjadi Perdana Menteri Israel), Ehud Olmert, secara pribadi menelepon Walikota New York City, Rudi Giuliani, menyatakan bahwa orang-orang ini tidak ada hubungannya dengan serangan teroris, dan hanya sedang sedikit bersenang-senang.
Belakangan terungkap bahwa dua dari lima orang Israel ini ternyata Mossad, bertentangan dengan klaim Olmert, ketiga orang lainnya dengan kuat dicurigai Mossad juga. Begitu laporan-laporan saksi melacak kegiatan orang-orang Israel itu, terungkap bahwa mereka terlihat di Taman Liberty pada saat tubrukan pertama. Laporan ini menduga bahwa mereka sudah tahu apa yang akan terjadi.
Orang-orang Israel itu diinterogasi oleh FBI, lalu diam-diam dikirim kembali ke Israel. Para petugas yang menangkap mereka dari Departemen Kepolisian New Jersey diperintahkan agar tidak membahas penangkapan mereka.
Kelima orang Israel yang menari dan menyoraki runtuhnya WTC, belakangan muncul di radio dan televisi Israel. Di sana mereka menyatakan bahwa mereka berada di New York City pada 11 September 2001 untuk “mendokumentasikan peristiwa tersebut” karena Amerika belum pernah mengalami serangan seperti itu di daratannya.
Dua jam sebelum serangan 11 September 2001, Odigo, sebuah perusahaan Israel dengan kantor-kantornya yang bertempat hanya beberapa blok dari menara WTC, menerima sebuah peringatan pendahuluan akan serangan tersebut lewat pesan instan internet. Manajer New York Office memberikan FBI alamat IP pengirim pesan tersebut, tapi FBI tidak menindaklanjutinya.
Sekitar 200 orang Israel yang berkaitan dengan perusahaan-perusahaan pemindahan Israel, yang dicurigai merupakan garis depan intelijen Israel, yang sangat aktif di WTC beberapa bulan sebelum serangan, lalu ditangkap karena dicurigai terlibat ketika sisa ban ditemukan di beberapa van pembuangan yang mereka gunakan. Namun, di bawah perintah langsung Pejabat Departemen Peradilan Amerika Serikat, Michael Chertoff, mereka dideportasi ke Israel akibat “Pelanggaran Visa”. Chertoff adalah seorang warga negara ganda Amerika Serikat/Israel yang ayahnya seorang Rabi dan ibunya adalah salah satu pekerja pertama Mossad, lalu kemudian dia memerintahkan penangkapan sekitar 900 Muslim yang tidak berkaitan dengan kejadian WTC.
Pada 12 September, The Yerussalem Post diam-diam memperingatkan kemungkinan terungkapnya Israel sebagai pelaku serangan 11 September. Surat kabar tersebut menampilkan sebuah cerita bahwa 2 orang Israel meninggal pada saat pesawat terbang dibajak, dan 4.000 orang menghilang di WTC. Seminggu kemudian, sebuah stasiun televisi Beirut melaporkan bahwa 4.000 pegawai WTC yang merupakan orang Israel tidak hadir pada hari serangan itu. Ini tampaknya menegaskan cerita di The Yerussalem Post.
Setelah serangan WTC, surat-surat tanpa nama yang berisi virus antraks dikirim ke berbagai politisi dan eksekutif media. Akibat terjangkit virus antraks dalam surat-surat ini, 5 orang meninggal dunia. Seperti serangan 11 September, serangan ini langsung disalahkan kepada Al-Qaeda, sampai diketahui bahwa virus antraks yang dijadikan senjata tersebut, dibuat oleh laboratorium militer Amerika Serikat.
FBI kemudian mengetahui bahwa tersangka utama surat-surat antraks ini adalah orang Yahudi Ashkenazi, Dr. Philip Zack, yang pernah dicerca beberapa kali oleh para pegawainya akibat kata-katanya yang ofensif tentang orang-orang Arab. Dr. Philip Zack tertangkap kamera sedang memasuki daerah penyimpanan tempat dia bekerja di Fort Detrick. Di sanalah antraks disimpan. Pada titik ini, baik FBI maupun media berhenti membuat pernyataan publik apa pun mengenai kasus ini.
Seminggu sebelum serangan WTC, Zim Shipping Company (Perusahaan Pengapalan Zim) memindahkan kantor-kantornya di WTC, melepaskan kontrak sewanya yang memakan biaya 50.000 Dollar bagi perusahaan tersebut. Tidak ada alasan yang pernah diberikan mengenai hal ini, dan Zim Shipping Company, setengahnya dimiliki oleh negara Israel.
Akibat serangan 11 September disalahkan kepada Osama bin Laden (yang diberitakan berada di Afganistan), Amerika Serikat menginvansi Afghanistan dan menumbangkan para penguasa Taliban di sana. Tentu saja alasan sebenarnya terjadi invansi itu menjadi terang. Karena alasan sesungguhnya adalah pemimpin Taliban, Mullah Omar, telah melarang produksi opium pada Juli 2000. Dengan demikian, panen opium pada tahun itu hancur.
Dalam sejarah, bisnis opium merupakan bisnis illegal yang digerakkan oleh Keluarga Rothschild seperti yang terjadi di China pada tahun 1839. Ketika Kaisar Manchu di China memerintahkan penghancuran opium, Keluarga Rothschild memerintahkan tentara Inggris untuk pergi ke sana untuk memerangi China demi melindungi bisnis narkobanya yang sedang berjalan.
Itulah tepatnya apa yang sedang terjadi. Afghanistan adalah sumber 75% heroin dunia. Akibat Mullah Omar menghancurkan laba 2001, maka terjadilah invansi pada Oktober 2001. Segera sesudahnya, media melaporkan panen besar opium pada Maret 2002.
Pada 3 Oktober, Perdana Menteri Israel, Ariel Sharon, membuat pernyataan berikut ini kepada seorang Yahudi Ashkenazi, Simon Peres, sebagaimana dilaporkan di Radio Kol Yisrael:
“Setiap kali kita melakukan sesuatu, anda akan berkata Amerika akan melakukan ini dan itu. Saya ingin memberitahu anda sesuatu yang sangat jelas. Jangan cemaskan tekanan Amerika terhadap Israel. Kita orang-orang Yahudi mengendalikan Amerika, dan orang-orang Amerika tahu itu.”
Pada tahun 2001 pula, Profesor Joseph Stiglitz, mantan Chief Economist Bank Dunia dan mantan Ketua Dewan Penasehat Ekonomi Presiden Clinton secara publik mengungkapkan “Strategi 4 Langkah” Bank Dunia yang dirancang untuk memperbudak negara-negara kepada para bankir. Ke-4 Strategi tersebut adalah:
*) Privatisasi, disini para pemimpin ditawarkan komisi 10% ke rekening-rekening Bank Swiss rahasia mereka sebagai ganti mereka memangkas beberapa miliar Dollar dari harga aset negara, seperti maraknya terjadi suap dan korupsi.*) Pembebasan Pasar Modal, ini pencabutan hukum bahwa uang pajak melintasi perbatasan. Ketika ekonomi di negara itu mulai menjanjikan kekayaan, kekayaan ini ditarik langsung dari luar sehingga ekonomi negara itu ambruk. Lalu negara itu membutuhkan bantuan IMF. Dan IMF memberikannya dengan syarat mereka menaikkan suku bunga antara 30% dan 80%. Ini terjadi di Indonesia dan Brazil, juga di negara-negara Asia dan Amerika Latin lainnya.*) Penentuan Harga Berdasarkan Pasar, disini harga makanan, air dan gas domestik dinaikkan yang diperkirakan dapat menyebabkan huru-hara sosial di masing-masing negara, sekarang lebih umum disebut dengan “Hura-Hara IMF”.*) Perdagangan Bebas, disini perusahan-perusahaan internasional menyerbu Asia, Amerika Latin, dan Afrika. Pada saat yang sama Eropa dan Amerika menghalangi pasar mereka sendiri terhadap pertanian dunia ketiga. Mereka juga mengenakan tarif yang menjulang tinggi yang harus dibayar oleh negara-negara ini untuk obat-obatan bermerek, menyebabkan melejitnya rasio kematian dan penyakit.
Ada banyak pihak yang akan kalah dalam sistem ini, kecuali satu pemenang, yaitu sistem perbankan yang dimiliki dan dioperasikan oleh Yahudi Jahat. Sebenarnya IMF dan Bank Dunia telah membuat syarat pinjaman bagi penjualan sistem listrik, air, telepon dan gas di setiap negara berkembang. Ini diperkirakan mencapai 4 Triliun Dollar aset milik publik.
Pada September tahun 2001, Profesor Joseph Stiglitz diberi penghargaan Nobel dalam bidang ekonomi.
2002: Kamus Internasional Baru Ketiga Webster (Lengkap) dicetak ulang, menyediakan satu definisi baru tentang Anti-Semit. Definisi belum dimutakhirkan pada 1956. Definisi barunya adalah:
“Anti-Semitisme: (1) permusuhan terhadap orang-orang Yahudi sebagai kelompok minoritas agama atau ras, sering disertai diskriminasi sosial, politik dan ekonomi; (2) menentang Zionisme; (3) simpati untuk musuh-musuh Israel”.Definisi (2) dan (3) ditambahkan dalam edisi 2002, tepat sebelum Amerika memutuskan untuk menginvansi Irak atas perintah Israel.
Thomas Stauffer, seorang Konsultan Ekonomi di Washington, memperkirakan bahwa sejak 1973, Israel telah menghabiskan uang Amerika Serikat sekitar 1,6 Triliun Dollar, yang kalau dibagi dengan jumlah penduduk pada tahun 2002, setiap orang akan mendapatkan lebih dari 5.700 Dollar.
Kondisi dunia yang rapuh akibat perlakuan Yahudi yang didukung dana besar Keluarga Rothschild, menggerakkan orang seperti Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Muhammad, yang mengeluarkan sikap dengan pernyataan:
“Orang-orang Yahudi menguasai dunia dengan tangan orang lain. Mereka membuat orang lain berperang dan mati demi mereka”.
2004: Penyelidikan FBI berlanjut kepada American Israel Public Affairs Committee (AIPAC, Komite Urusan Publik Israel Amerika), kelompok lobi politik terbesar di Amerika Serikat dengan lebih dari 65.000 anggota yang tugasnya adalah memimpin pemerintah Amerika Serikat demi Israel. FBI dilaporkan percaya bahwa AIPAC adalah garis depan mata-mata Israel.
Pada awal Maret, warga negara ganda Amerika Serikat/Israel sekaligus Rabi Yahudi bernama Dov Zakheim mengundurkan diri sebagai Pengawas Keuangan Pentagon sekaligus Kepala Petugas Keuangan, ketika terungkap dalam sebuah audit anggaran Pentagon bahwa dia tidak bisa mempertanggung-jawabkan hilangnya 2,6 juta Dollar, termasuk inventaris pertahanan 56 pesawat terbang, 32 tank, dan 36 satuan peluncuran komando misil Javelin.
Pada 20 Mei, Senator Ernest Hollings membuat pernyataan tentang kendali AIPAC terhadap Amerika:
“Kita tidak bisa membuat kebijakan Israel selain yang diberikan oleh AIPAC. Saya telah mengikuti sebagian besar diantaranya, tapi saya juga telah menolak menandatangani surat-surat dari waktu ke waktu untuk memberi kesempatan kepada Presiden yang malang. Saya bisa mengatakan kepada kalian bahwa tidak ada presiden yang menjabat, entah dari Republik atau Demokrat, mendadak AIPAC akan memberitahunya persis kebijakan apa yang harus diambil”.
Pada tahun ini juga, Mel Gibson merilis filmnya “The Passion of the Christ (Hasrat Kristus)”. Untuk menjaga keasliannya, dialog film itu disajikan sepenuhnya dalam Bahasa Ibrani dan teks Latin. Namun, ada satu teks yang tidak muncul. Kalimat itu diucapkan tapi untuk alasan tertentu teksnya dibuang. Tentu saja ini akibat tekanan dari media Yahudi. Adegan yang teksnya dibuang itu adalah ketika Pilate berusaha membuat orang-orang Yahudi berhenti menyeru agar Yesus Kristus disalib. Dan apa kata orang-orang Yahudi sebagai tanggapan Pilate sampai-sampai lobi Yahudi setengah mati ingin menyensornya?:
“Biarkan darahnya mengucuri kami dan anak-anak kami”.
Pada 16 Oktober, Presiden Bush menandatangani pengesahan hukum Global Anti-Semitism Preview Act (Undang-Undang Tinjauan Anti-Semitisme Global) yang dirancang untuk memaksa seluruh dunia agar tidak pernah mengkritik dunia Yahudi, apapun yang mereka lakukan. Undang-undang ini menetapkan sebuah departemen istimewa di dalam Departemen Hubungan Luar Negeri Amerika Serikat untuk menguasai anti-semitisme global yang akan memberikan laporan tahunan kepada Kongres.
2005: Pada 27 Februari, pemimpin gerakan Nation of Islam, Louis Farrakhan, membuat pernyataan berikut ini sehubungan dengan Yahudi yang menguasai penyelundupan perdagangan budak Afrika ke Amerika:
“Dengar, tidak ada tangan orang Yahudi yang tidak berlumuran darah kita. Mereka memiliki kapal-kapal budak. Mereka membeli dan menjual kita. Mereka memperkosa dan merampok kita”.
Setelah invansi ke Afghanistan dan Irak, sekarang hanya ada 5 negara di dunia yang tersisa tanpa bank sentral milik Rothschild. Kelima negara tersebut adalah Iran, Korea Utara, Sudan, Kuba, dan Libya.
Profesor Fisika Stephen E. Jones dari Brigham Young University menerbitkan sebuah majalah yang di dalamnya dia membuktikan bahwa gedung-gedung WTC hanya bisa diruntuhkan dengan peledak. Dia tidak mendapatkan pemberitaan di media arus utama untuk klaim yang terbukti ilmiah ini.
Pada bulan November, sekelompok orang Demokrat yang konservatif hingga moderat yang disebut “Blue Dog Coalition (Koalisi Anjing Biru)” yang fokus kepada tanggung jawab fiskal pemerintah, melaporkan bahwa Presiden Yahudi George W. Bush telah meminjam lebih banyak uang dari bank dan pemerintah asing dibandingkan ke semua 42 presiden Amerika Serikat digabungkan sekaligus. Angka Departemen Bendahara menunjukkan bahwa total pinjaman semua presiden Amerika Serikat antara 1776-2000 adalah 1,01 Triliun Dollar, sementara dalam 4 bulan terakhir saja Pemerintahan Bush telah meminjam 1,05 Triliun Dollar.
Pada 6 Desember, isteri Presiden Bush, Laura Bush, ditemani oleh Rabi Binyomin Taub, Rabi Hillel Baron dan Rabi Mendy Minkowitz melakukan penghalalan ala Yahudi untuk dapur Gedung Putih. Sebuah foto peristiwa ini ketika berdiri bersama staf diambil oleh fotografer Shealah Craighead lalu dipajang di situs resmi Gedung Putih.
2006: Pada 5 sampai 7 Maret, AIPAC menyelenggarakan konvensi tahunan mereka di Washington D.C. Lebih dari setengah Senator Amerika Serikat dan sepertiga pejabat Kongres Amerika Serikat hadir.
“Tidak sia-sia orang Yahudi telah tertarik kepada Jurnalisme. Di tangan mereka, jurnalisme menjadi senjata kuat yang sangat cocok untuk kebutuhan mereka demi perang kelangsungan hidup mereka.” (Haim Nachman Bialik)
2012: Peluncuran film anti Islam berjudul ”Innocence of Muslims” di Amerika Serikat telah memicu aksi protes di beberapa negara.
Mormon di Central Intelligence Agency (CIA), dan Zionis diduga berada di balik ide pembuatan film tersebut. Seperti dikutip dari Press TV, Dr Webster Griffin Tarpley, analis politik menduga kelompok Mormon Amerika di CIA dan Zionis berada di balik ide pembuatan film tersebut.
”Saya telah mengidentifikasi terkait film itu. Ada dua atau tiga komponen di balik film itu”, kata Tarpley. Komponen pertama adalah kelompok Mormon di CIA.
Komponen berikutnya menurut Tarpley adalah Brent Scowcroft. Dia adalah tangan kanan dari Henry Kissinger. Kissinger sendiri dikenal sebagai tokoh Yahudi Amerika yang sangat berpengaruh. Ia juga mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat yang sangat populer. Selain itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan partainya, Partai Likud diduga juga terlibat atas film ini.
Apalagi, pembuat film tersebut yakni Sam Bacile merupakan warga Amerika Serikat berdarah Yahudi Israel.
Tak hanya itu, sejumlah tokoh anti Islam lainnya juga diduga terlibat dalam film tersebut. Mereka adalah Steve Klein, Terry Jones (pembakar Al-Quran), Pamela Geller, dan Daniel Pipes. Mereka adalah orang-orang yang anti Islam. ”Aku pikir, provokator utama dari film ini adalah Pamela Geller. Dia adalah tokoh anti Islam yang sangat dekat dengan Israel”, kata Tarpley.
Film ”Innocence of Muslims” sengaja dibuat untuk memancing amarah umat Muslim agar membenci orang non Muslim. Jika seluruh umat Muslim di seluruh dunia termakan provokasi, maka Perang Dunia Ke-3 antara Muslim vs Non Muslim bisa menjadi tak terelakkan.
Dinasti Rothschild di Eropa
1694: Bank of England didirikan dengan nama yang menipu. Nama itu menipu karena bank yang dikendalikan oleh Pemerintah Inggris tersebut adalah institusi swasta yang didirikan oleh orang-orang Yahudi.
1698: Selama 4 tahun berikutnya, kendali Yahudi terhadap asupan uang Inggris melejit, sehingga utang pemerintah kepada Bank of England berubah dari yang awalnya sebesar 1.250.000 Pounsterling menjadi 16.000.000 Poundsterling hanya dalam 4 tahun. Kenaikannya sebesar 1.280 %.
1785: Pemerintah Bavaria (Bavaria diidentikkan dengan Jerman, karena terletak di sebelah Tenggara Jerman dengan penduduknya yang sangat padat) mencabut “Illuminati” dan menutup semua kelompok lokal Grand Orient di Bavaria, setelah ditemukan sebuah buku yang ditulis oleh Xavier Zwack, rekan Adam Weishaupt (seorang kepercayaan Mayer Amschel Rothschild untuk menciptakan Illuminati) tentang Revolusi Perancis.
1789: Rencana “Illuminati” untuk Revolusi Perancis berhasil dan berakhir pada tahun 1793, akibat tidak pedulinya Eropa terhadap peringatan Pemerintah Bavaria. Revolusi Perancis adalah mimpi para bankir pusat, karena Revolusi akan menetapkan ketentuan baru dan meluluskan hukum-hukum baru yang akan melarang Gereja Roma untuk memungut pajak dan mencopot hak gereja untuk bebas dari pungutan pajak.
1798: Nathan Mayer Rothschild (anak keempat Mayer Amschel Rothschild) ketika berusia 21 tahun meninggalkan Frankfurt menuju Inggris. Dengan banyak uang yang diberikan oleh ayahnya, dia membangun sebuah rumah perbankan di London.
1810: Sir Francis Baring dan Abraham Goldsmid meninggal. Dengan kejadian ini, Nathan Mayer Rothschild menjadi satu-satunya bankir besar di Inggris. Pada tahun yang sama, Salomon Mayer Rothschild (anak ketiga Mayer Amschel Rothschild) pergi ke Wina, Austria, dan mendirikan bank M. Von Rothschild und Söhne.
1812: Jacob (James) Mayer Rothschild (anak terakhir Mayer Amschel Rothschild) pergi ke Paris, Perancis, untuk mendirikan Bank de Rothschild Frères.
1815: Lima pria Rothschild bersaudara bekerja untuk memasok emas kepada tentara Wellington (lewat Nathan di Inggris) dan tentara Napoleon (lewat Jacob di Perancis), dan memulai kebijakan mereka untuk mendanai kedua pihak dalam perang. Tidak jadi soal negara mana yang kalah perang, karena pinjaman diberikan dengan jaminan bahwa pihak yang menang akan menguangkan utang-utang pihak yang kalah.
Dalam perang ini juga, Keluarga Rothschild menggunakan bank-bank yang telah mereka sebarkan di seluruh Eropa untuk membangun jaringan layanan pos. Cuma kurir-kurir Rothschild yang diizinkan melewati blokade Inggris dan Perancis.
Salah satu kurir Rothschild, seorang pria bernama Rothworth setelah tahu bahwa Inggris memenangkan perang Waterloo, pergi ke channel mengantarkan berita ini kepada Nathan Mayer Rothschild. Nathan kemudian memasuki bursa saham dan memerintahkan semua pekerjanya untuk menjual konsul (sekarang dikenal dengan istilah obligasi). Para pedagang lain panik, mengira Inggris kalah perang, dan mulai menjual konsul mereka dengan kalut.
Akhirnya, nilai konsul-konsul anjlok. Saat itu, Nathan Mayer Rothschild diam-diam memerintahkan para pekerjanya untuk membeli semua konsul yang bisa mereka dapatkan.
Ketika pada kenyataannya Inggris memenangi perang, konsul-konsul itu meroket tinggi, yang membuat Nathan mendapatkan laba 20 banding 1 terhadap investasinya. Kepemilikin obligasi atau konsul ini memberi Keluarga Rothschild kendali penuh atas ekonomi Inggris, sehingga memaksa Inggris membangun sebuah Bank of England baru di bawah kendali Nathan Mayer Rothschild.
Fakta yang unik, Nathan secara terang-terangan menyombongkan diri bahwa dalam 17 tahun keberadaannya di Inggris, dia telah meningkatkan saham awalnya sebesar 20.000 Poundsterling yang diberikan oleh ayahnya sebanyak 2.500 kali menjadi 50.000.000 Poundsterling.
Pada akhir abad ini, periode masa yang dikenal sebagai “Zaman Rothschild”, diperkirakan menguasai lebih dari setengah kekayaan dunia.
Namun ada yang tidak berjalan seperti yang diinginkan oleh Keluarga Rothschild, yaitu Kongres Wina yang dimulai pada September 1814 dan diakhiri pada Juni 1815. Kongres Wina ini diadakan agar Keluarga Rothschild dapat menciptakan sebuah bentuk pemerintahan dunia. Namun rencana mereka gagal ketika Tsar Alexander I Rusia, salah satu kekuatan besar yang tidak takluk pada bank sentral Rothschild, menolak menerima gagasan pemerintahan dunia.
Karena berang, Nathan Mayer Rothschild bersumpah bahwa suatu hari dia atau keturunannya akan menghancurkan seluruh keluarga dan keturunan Tsar Alexander I.
1818: Menyusul Perancis yang menjamin pinjaman besar pada 1817 untuk membantu membangun ulang setelah kekalahan besar mereka di Waterloo, utusan-utusan Rothschild membeli sejumlah besar obligasi Pemerintah Perancis yang menyebabkan nilainya meningkat.
Pada 5 November, mereka melimpahkan semua obligasi itu ke pasar terbuka sehingga nilainya terperosok dan Perancis secara keseluruhan terjerumus dalam kepanikan finansial. Keluarga Rothschild lalu melangkah masuk dan mengambil kendali asupan uang Perancis, dimana dengan cara yang sama mereka memanipulasi bursa saham Inggris 6 tahun sebelumnya.
1821: Kalmann (Carl) Mayer Rothschild (anak ketujuh Mayer Amschel Rothschild) dikirim ke Napoli, Italia. Di sana dia melakukan banyak bisnis dengan Vatikan, dan Paus Gregory XVI lalu menganugerahinya gelar “The Order of St. George”. Sehingga pada tahun 1823, Keluarga Rothschild mengambil alih pelaksanaan keuangan Gereja Katolik di seluruh dunia.
1835: Keluarga Rothschild memperoleh hak ke tambang-tambang air raksa Almadén di Spanyol. Pada masa itu Almadén adalah pertambangan terbesar di dunia. Karena air raksa merupakan komponen vital dalam menyempurnakan emas dan perak. Ini membuat Keluarga Rothschild hampir memonopoli dunia. Sebagai akibat dari akuisisi ini, N. M. Rothschild and Sons kemudian akan mulai menyempurnakan emas dan perak untuk Royal Mint, Bank of England, dan banyak pelanggan internasional lainnya.
1844: Salomon Mayer Rothschild membeli pertambangan batu bara gabungan Vitkovice dan perusahaan perapian Blast Austro-Hungaria yang kemudian menjadi salah satu dari sepuluh besar firma industri global.
1848: Seorang Yahudi Ashkenazi, Karl Marx (nama aslinya Moses Mordechai Levy), menerbitkan “The Communist Manifesto“. Menariknya, bersamaan dengan dia mengerjakan ini, Karl Ritter dari Frankfurt University sedang menulis antitesis yang berikutnya menjadi dasar bagi “Nietzscheanisme” oleh Freidrich Wilhelm Nietzsche. “Nietzscheanisme” ini kemudian berkembang menjadi Fasisme dan Nazisme dan akan digunakan untuk menggerakkan perang dunia pertama dan kedua.
Max, Ritter dan Nietzsche semua didanai dan diperintah oleh Keluarga Rothschild. Gagasan dibalik skema ini adalah orang-orang yang memimpin keseluruhan konspirasi ini bisa menggunakan perbedaan-perbedaan dan ideologi-ideologi tersebut untuk membelah faksi-faksi ras manusia agar saling berperang. Pada dasarnya, ini rencana yang sama dengan yang diajukan oleh Adam Weishaupt pada 1776.
1849: Gutle Schnaper, isteri Mayer Amschel Rothschild meninggal. Sebelum kematiannya, ia berkata:
“Kalau anak-anak lelakiku tidak ingin ada perang, maka tidak akan ada perang.”
1850: Dimulainya konstruksi pada rumah-rumah Manor Metmore di Inggris dan Ferrières di Perancis. Lebih banyak manor (rumah bangsawan) Keluarga Rothschild akan menyusul di seluruh dunia, semua berisi karya-karya seni mereka yang tak ternilai harganya.
Kekayaan Jacob (James) Mayer Rothschild di Perancis dikatakan bernilai 600 juta franc, yang berarti 150 juta franc lebih banyak dari semua bankir di Perancis jika digabungkan sekaligus.
1858: Lionel de Rothdchild (anak pertama dari Nathan Mayer Rothschild dari pernikahannya dengan Hannah Barent Cohent, puteri dari seorang pedagang London yang kaya raya, lahir pada tahun 1808) menjadi orang Yahudi pertama yang menjadi anggota parlemen Inggris.
1865: Nathaniel de Rothschild (juga anak Nathan Mayer Rothschild) menjadi anggota parlemen untuk Aylesbury di Buckinghamshire.
1868: Pada tanggal 15 November, Jacob (James) Mayer Rothschild meninggal, tidak lama setelah membeli Château Lafite, salah satu dari 4 lahan anggur besar utama di Perancis.
1873: Tambang tembaga Rio Tinto di Spanyol dibeli oleh sebuah kelompok pemilik modal asing, termasuk Keluarga Rothschild. Tambang ini adalah sumber tembaga terbesar Eropa.
1886: Bank Rothschild Perancis, de Rothschild Frères memperoleh banyak ladang minyak Rusia dan membentuk perusahaan Caspian and Black Sea Petroleum yang segera menjadi produsen minyak terbesar kedua di dunia.
1897: Keluarga Rothschild mengadakan Kongres Zionis Dunia. Zionisme adalah konspirasi untuk menundukkan seluruh dunia ke sebuah pemerintahan dunia yang dikendalikan oleh Yahudi, dan khususnya, oleh Keluarga Rothschild. Pertemuan pertama diselenggarakan di Basel, Swiss, pada 29 Agustus 1897. Pertemuan ini diketuai oleh seorang Yahudi Ashkenazi, Theodor Herzl.
Herzl lalu terpilih sebagai Presiden Organisasi Zionis Dunia yang mengadopsi “Heksagram Merah Rothschild” sebagai bendera zionis yang 51 tahun kemudian menjadi bendera Israel.
Di konferensi ini, Chaim Weizmann, yang nanti menjadi kepalanya, menyatakan:
“Tidak ada orang Yahudi Inggris, Yahudi Perancis, Yahudi Jerman atau Yahudi Amerika. Hanya ada orang Yahudi yang tinggal di Inggris, Perancis, Jerman atau Amerika”.
1903: Pada bulan Agustus, pada Kongres Zionis Dunia ke-6 di Basel, Swiss, diselenggarakan diskusi mengenai tawaran dari Inggris yang menawarkan Uganda sebagai basis negara Zionis Yahudi masa depan. Orang-orang Yahudi mengajukan keberatan bahwa mereka menginginkan Palestina.
1905: Sekelompok Rothschild yang didukung oleh orang-orang Yahudi Zionis dipimpin oleh Georgi Apollonovich Gapon berusaha menggulingkan Tsar Rusia di dalam sebuah kudeta komunis. Mereka gagal dan terpaksa kabur dari Rusia hanya untuk diberikan perlindungan di Jerman.
1914: Dimulainya Perang Dunia I. Dalam perang ini, Keluarga Rothschild Jerman meminjamkan uang kepada Jerman, Keluarga Rothschild Inggris meminjamkan uang kepada Inggris, dan Keluarga Rothschild Perancis meminjamkan uang kepada Perancis. Lebih jauh lagi, Keluarga Rothschild menguasai kantor berita Eropa, Wolff (didirikan pada tahun 1849) di Jerman, Reuters (didirikan pada tahun 1851) di Inggris, dan Havas (didirikan pada tahun 1835) di Perancis.
Keluarga Rothschild menggunakan Wolff untuk memanipulasi rakyat Jerman agar bersemangat untuk berperang.
1915: Satu tahun berikutnya, pemerintahan Islam Ottoman Turki digulingkan oleh para sosialis Yahudi Masonis yang dengan menipu menyebut diri mereka “Young Turks (Pemuda Turki)”. Penting untuk dicatat, gerakan Pemuda Turki ini terdiri dari Yahudi keturunan Balkan, seperti Tallat, Enver, Behaeddin Shakir, Jemal, dan Nazim.
Akibat revolusi ini, orang yang akan dikenal sebagai Mustafa Kemal Attaturk, seorang Yahudi Kripto Alkoholis, akan menanjak ke kursi diktator Turki. Bahkan beberapa petinggi dalam pemerintahan sekuler Kemal ternyata dipenuhi oleh kalangan Yahudi.
1917: Keluarga Rothschild memerintahkan orang-orang faksi Bolsheviks Yahudi yang mereka kendalikan untuk mengeksekusi Tsar Nicholas II dan seluruh keluarganya. Meski Sang Tsar telah turun tahta pada 2 Maret tahun tersebut. Ini sebagai bentuk untuk memperoleh kendali atas Rusia dan sebagai pembalasan terhadap Tsar Alexander I yang memblokir rencana pemerintahan dunia mereka pada tahun 1815 di Kongres Wina. Dan Tsar Alexander II yang memihak Presiden Abraham Lincoln pada tahun 1864.
Sangat penting bagi mereka untuk membantai seluruh keluarga termasuk wanita dan anak-anak, demi memenuhi janji yang dibuat oleh Nathan Mayer Rothschild pada tahun 1815. Tindakan ini merupakan sebuah pertunjukan kekuatan dan tantangan orang-orang Yahudi kepada seluruh dunia.
1918: Koresponden London Times untuk Rusia, Robert Wilson, memperlihatkan sebuah meja yang menunjukkan struktur etnis 284 Commissar (Kepala Departemen Pemerintahan Rusia, terutama kelompok militer) di pemerintahan Rusia komunis baru. Para Commissar ini termasuk: 2 negro, 13 Rusia, 15 China, 22 Armenia, dan lebih dari 300 orang Yahudi. Di antara orang-orang Yahudi itu, 264 orang telah datang ke Rusia dari Amerika Serikat sejak jatuhnya pemerintahan Kekaisaran Rusia.
1919: Seorang Yahudi bernama Karl Liebknecht dan seorang Yahudi Sephardis Rosa Luxemburg terbunuh saat berusaha memimpin kudeta komunis lainnya yang didanai oleh Rothschild juga. Kali ini kudeta itu dilaksanakan di Berlin, Jerman.
Pada tahun ini juga, orang-orang Bolsheviks Yahudi yang didanai oleh Rothschild, dalam sejarah, membantai 60 juta orang Kristen (yang merupakan umat mayoritas ketika itu) dan non-Yahudi. Tidak heran Aleksandr Solzhenitsyn dalam karyanya, Gulag Archipelago, vol. 2, menguatkan bahwa orang-orang Yahudi menciptakan dan mengendalikan sistem perkemahan terpusat Soviet teratas. Di dalam perkemahan tersebut, 10 juta orang Kristen dan non-Yahudi meninggal. Pada halaman 79 dari buku ini bahkan dia menyebutkan orang-orang yang mengatur perkemahan ini adalah mesin pembunuh terbesar dalam sejarah dunia. Mereka adalah Aron Solts, Yakov Rappoport, Lazar Kogan, Matvei Berman, Genrikh Yagoda, dan Naftaly Frenkel. Keenam-enamnya adalah orang Yahudi.
Pada tahun ini pula, N. M. Rothschild and Sons diberikan peran permanen untuk mengubah harga emas dunia secara harian. Ini terjadi di kantor-kantor City of London, secara harian selama 1.100 jam, di ruangan yang sama, sampai tahun 2004.
1924: Josef Stalin, seorang Georgia, menjadi Premier of Soviet Union. Nama aslinya adalah Djugashvili yang terjemahannya dari bahasa Georgia adalah “Putera Yahudi”. Dalam bahasa Georgia, Shvili berarti “Putera Dari” dan Djuga berarti “Yahudi”. Stalin juga punya 3 isteri dalam hidupnya, yaitu Ekaterina Svanidze, Kadya Allevijah, dan Rosa Kaganovich yang semuanya adalah orang Yahudi. Menariknya, Stalin meluluskan hukum selama kepemimpinannya yang membuat siapa pun yang terbukti bersalah atas anti-semit dihukum mati.
1926: N. M. Rothschild and Sons mendanai kembali Underground Electric Railways Company of London Ltd. (Perusahaan Rel Listrik Bawah Tanah London) yang berkepentingan mengendalikan seluruh sistem transportasi bawah tanah London.
1930: Tiga puluh tahun setelah Kongres Zionis Dunia Pertama diadakan di Basel, Swiss, “Bank Dunia” Rothschild pertama yaitu “Bank of International Settlement – BIS (Bank untuk Pembayaran Internasional)” didirikan di tempat yang sama yaitu Basel, Swiss.
Bank ini didirikan oleh Charles G. Dawes (utusan Rothschild dan Wakil Presiden di bawah Presiden Calvin Coolidge dari 1925 sampai 1929), Owen D. Young (utusan Rothschild, pendiri RCA – Radio Corporation of America, 1919 dan Ketua General Electric dari 1922 sampai 1939, dan Hjalmar Schacht dari Jerman (pendiri Reichsbank).
BIS disebut oleh para bankir sebagai “Bank sentralnya bank-bank sentral”. Berdasarkan sudut pandang masa kini, mengingat bahwa IMF dan Bank Dunia berurusan dengan pemerintahan-pemerintahan, BIS hanya berurusan dengan bank-bank sentral. Semua pertemuannya diadakan secara rahasia dan melibatkan para bankir sentral dari seluruh dunia. Contohnya adalah mantan Kepala Federal Reserve atau Bank Cadangan Negara, Alan Greenspan, akan pergi ke markas BIS di Basel, Swiss, 10 kali dalam setahun untuk pertemuan-pertemuan privat tersebut.
“Didirikannya sebuah bank sentral sama dengan 90% mengkomuniskan sebuah negara” (Lenin)
1933: Adolf Hitler menjadi konselor Jerman. Dia mengusir semua orang Yahudi dan komunis keluar dari jabatan pemerintahan di Jerman. Menariknya pada saat itu, jumlah orang Yahudi di pemerintahan Jerman lebih dari 20 kali jumlah mereka pada akhir Perang Dunia I. Akibat dari pemaksaan ini, pada bulan Juli, orang-orang Yahudi mengadakan sebuah konferensi dunia di Amsterdam. Di sana mereka menuntut agar Hitler mengembalikan jabatan setiap orang Yahudi.
Hitler menolak. Akibatnya, Samuel Untermyer, orang Yahudi Ashkenazi yang memeras Presiden Wilson, dan sekarang menjadi Kepala Delegasi Amerika sekaligus Presiden konferensi itu, kembali ke Amerika Serikat dan menyerukan di radio untuk menolak berurusan dengan pedagang atau penjaga toko manapun yang menjual barang buatan Jerman apa pun atau yang berlangganan kapal tua pengapalan Jerman.
Lalu orang-orang Yahudi di seluruh Amerika Serikat ikut serta dalam boikot ini. Mereka melakukan aksi protes di luar dan merusak toko mana pun yang mereka temukan menjual produk yang bertuliskan “Made in Germany”. Akibatnya, toko-toko harus membuang produk mereka atau mengambil resiko bangkrut.
Salah satu pengaruh boikot ini mulai dirasakan di Jerman. Orang-orang Jerman mulai memboikot toko-toko Yahudi dengan cara yang sama seperti orang-orang Yahudi lakukan pada toko-toko yang menjual produk Jerman di Amerika.
Akhirnya, Nazi dan Yahudi di Palestina bekerja sama atas dasar Yahudi ingin semua orang Yahudi tinggal di Palestina, sementara Nazi ingin semua orang Yahudi keluar dari Jerman. Kedua belah pihak lalu menandatangani sebuah perjanjian pemindahan yang dikenal dengan “Ha’avara”. Perjanjian itu mengizinkan pemindahan semua orang Yahudi dan modal mereka dari Jerman ke Palestina.
Akibat dari perjanjian ini, sebanyak 60.000 orang Yahudi Jerman (sekitar 20% orang Yahudi Jerman) bermigrasi ke Palestina. Mereka menjadi 15% dari penduduk Yahudi di sana sampai 1939. Mereka membawa 40 juta Dollar aset (bernilai sekitar 600 juta Dollar sekarang) dengan persetujuan rezim Nazi.
1934: Hukum Kerahasiaan Perbankan Swiss direformasi. Setiap pegawai bank yang melanggar rahasia bank dianggap melakukan tindakan illegal yang berakibat kurungan penjara. Ini semua adalah persiapan bagi Perang Dunia II yang dirancang oleh Rothschild, seperti biasa, mereka akan mendanai kedua pihak di dalam perang tersebut.
1939: I. G. Farben (yang pada akhirnya berubah nama menjadi Bayer), penghasil kimia terdepan di dunia dan penghasil baja terbesar di Jerman meningkatkan produksinya. Peningkatan produksi ini hampir semata-mata untuk mempersenjatai Jerman dalam Perang Dunia II.
Di Jerman, Hitler secara fenomenal berhasil mengubah negaranya dalam hal ekonomi sejak dia berkuasa. Dia berhenti berhubungan dengan para bankir internasional Yahudi, dan berdagang dengan barter tanpa utang tercatat di kedua pihak.
Sebagai akibat dari kebijakan ini, Jerman mampu menghidupkan kembali kehidupan sosial dan spiritual semua warga negaranya. Dan warga Jerman mampu membuat Jerman menjadi negara paling kuat dan paling makmur di Eropa hanya dalam waktu 7 tahun. Ini membuat Jerman mampu membuat senjata canggih dan membiayai perang dalam jangka waktu yang lama.
1944: Di akhir Perang Dunia II, pabrik-pabrik I. G. Farben yang dikendalikan oleh Rothschild secara khusus tidak dibidik dalam serangan-serangan bom terhadap Jerman. Menariknya, pada akhir perang, sementara daerah-daerah Jerman menjadi puing-puing, pabrik-pabrik I. G. Farben ditemukan hanya menderita kerusakan 15%.
1946: Bank of England dinasionalisasikan, itu berarti negara mendapatkan semua saham di Bank of England yang sekarang menjadi milik Bendahara Negara dan dipercayakan di tangan Jaksa Agung Muda Bendahara. Namun, karena pemerintah tidak punya uang untuk membayar saham, mereka malah memberikan para pemegang saham rahasia saat itu saham dari uang. Ini berarti meskipun negara menerima laba operasi bank, perolehan ini sangat dikurangi fakta bahwa pemerintah sekarang harus membayar bunga kepada saham-saham baru yang diterbitkannya untuk membayar saham lama.
Jadi, asupan uang Inggris masih hampir seluruhnya dipegang tangan swasta, dengan 97% di antaranya dalam wujud bunga yang berbuah pinjaman atau semacamnya yang diciptakan oleh bank-bank komersial swasta. Akibatnya bank ini sangat dikendalikan dan dijalankan oleh orang-orang dari dunia perbankan komersial dan ekonomi konvensional. Angota-anggota Dewan Direksi, yang menentukan kebijakan berasal hampir seluruhnya dari dunia perbankan, asuransi, ekonomi dan bisnis besar, dan tentu saja seorang Rothschild terus duduk di dewannya.
Menariknya lagi, dalam keadaan ini, bank ini tidak diwajibkan memperlihatkan detil-detil langkah apa pun seperti itu, untuk menghindari krisis kepercayaan.
1950: Angka-angka mengungkapkan bahwa sebagaimana direncanakan oleh Keluarga Rothschild, setiap negara yang terlibat dalam Perang Dunia II mengalami penambahan utang berlipat ganda. Akibatnya, mereka semakin di bawah kendali Yahudi. Antara 1940 dan 1950, utang negara Amerika Serikat bertambah dari 43 Miliar Dollar menjadi 57 Miliar Dollar, naik 598%. Utang Perancis naik 583% dan utang Kanada naik 417 %.
1954: Di Belanda, Bilderberg Group bertemu untuk kali pertama di Hotel Bilderberg di Arnhem. Bilderberg Group adalah sebuah organisasi internasional yang didirikan oleh Rothschild berisi 100-200 orang berpengaruh, kebanyakan politisi dan pebisnis. Mereka bertemu sekali setahun dan diam-diam menjalankan perintah kekuasaan dunia Yahudi di balik layar. Mereka bisa memeriksa para pemimpin potensial suatu negara, dan memutuskan apakah mereka menginginkan orang itu menjadi pemimpin negara yang bersangkutan. Contohnya, Bill Clinton ada di sana pada tahun 1991, Tony Blair ada di sana pada tahun 1993, dan Angela Merkel ada di sana pada tahun 2005.
1959: Bank de Rothschild Frères di Perancis, mendirikan Imétal sebagai sebuah perusahaan yang memayungi semua bisnis pertambangan mineral mereka. Bank de Rothschild Frères ini pada tahun 1967, berganti nama menjadi Banque Rothschild.
1978: Pada tanggal 16 Oktober, Uskup Besar Wojtyla menjadi Paus non-Italia pertama sejak Hadrian VI (455 tahun sebelumnya), tapi memilih untuk tidak mengungkapkan bahwa ibunya orang Yahudi, dengan tujuan agar dirinya tidak dijadikan warga negara Israel. Dia adalah Paus termuda dalam 132 tahun, baru berusia 58 tahun dan dia mengambil nama John Paul II.
1981: Banque Rothschild dinasionalisasikan oleh Pemerintah Perancis. Bank baru ini disebut Compagnie Européenne de Banque. Keluarga Rothschild kemudian mengatur seorang penerus bagi bank Perancis ini, Rothschild and Cie Banque (RCB) yang akan menjadi rumah investasi Perancis terdepan.
1985: N. M. Rothschild and Sons menganjurkan Pemerintah Inggris untuk memprivatisasi gas Inggris. Mereka lalu menganjurkan Pemerintah Inggris untuk memprivatisasi hampir semua aset milik negara, termasuk baja Inggris, batu bara Inggris, semua dewan pengurus listrik daerah Inggris, dan semua dewan pengurus air daerah Inggris. Anjuran ini akan menghasilkan beberapa miliar Poundsterling untuk mereka. Seorang anggota parlemen Inggris yang terlibat dalam privatisasi ini adalah Norman Lamont yang akan menjadi Konselor Bendahara, mantan bankir Rothschild.
1986: Di Inggris, Undang-Undang Tata Tertib Umum 1986 dijadikan hukum. Undang-undang dirancang untuk mencegah rakyat Inggris membahas masalah-masalah imigrasi dan supremasi Yahudi dalam cara apapun. Ini juga memberi kekuatan kepada pihak kepolisian untuk dengan kasar memasuki rumah siapapun yang mereka anggap menentang Undang-Undang Hubungan Ras. Undang-undang ini diajukan ke parlemen oleh Sekretaris Dalam Negeri, Leon Brittan, sebenarnya dia adalah seorang Yahudi Lithuania dengan nama asli Leon Brittanisky. Dia dibantu oleh saudara sepupunya, juga seorang Yahudi Lithuania, Malcolm Rivkind atau juga dikenal dengan Malcolm Rifkind, yang kemudian akan menjadi Menteri Luar Negeri.
1987: Edmond de Rothschild membuat Bank Konservasi Dunia yang dirancang untuk memindahkan hutang-hutang dari negara-negara dunia ketiga ke bank ini, sebagai ganti tanah yang negara-negara ini ingin berikan kepada bank ini. Hal tersebut dirancang agar Keluarga Rothschild bisa mendapatkan kendali dunia ketiga, yang mewakili 30% permukaan bumi.
1992: Privatisasi mulai sungguh-sungguh dilakukan di Rusia. Akibatnya, lewat korupsi, banyak kekayaan Rusia berakhir di tangan “7 Kepala Oligarki”. Mereka semua adalah para biliuner baru yang mendukung Boris Yeltsin dengan uang dan media. Mereka bertujuh adalah Boris Berezovsky, Vladimir Gusinsky, Mikhail Khodorkovsky, Mikhail Friedman, Alexander Smolensky, Pyotr Aven, semuanya adalah Yahudi. Ditambah satu orang Rusia, yaitu Vladimir Potanin. Potanin digunakan sebagai penghubung mereka secara publik kepada pemerintah.
Bantuan yang diterima oleh Rusia dari Barat juga langsung masuk ke dalam kantong kelompok perbankan Yahudi. Ini terungkap ketika Washington Times melaporkan bahwa Presiden Rusia, Boris Yeltsin marah karena sebagian besar pemasukan bantuan luar negeri disedot.
Pada 16 September, Poundsterling Inggris ambruk ketika para spekulan mata uang yang dipimpin oleh utusan Rothschild, seorang Yahudi Ashkenazi bernama George Soros meminjam Poundsterling dan menjualnya untuk Mark Jerman dengan harapan bisa membayar kembali hutang dalam mata uang yang merosot nilainya dan mengantongi selisihnya.
Akibatnya, Konselor Bendahara Inggris, Norman Lamont (sebelum menjadi anggota parlemen, dia adalah seorang bankir modal bersama N.M Rothschild and Sons), mengumumkan kenaikan suku bunga bank sebanyak 5% dalam satu hari. Inggris pun terjerumus ke dalam resesi yang berlangsung bertahun-bertahun ketika banyak bisnis jatuh dan pasar perumahan hancur.
1997: Edgar Bronfman, Ketua Kongres Yahudi Dunia, benar-benar memeras 1,5 Miliar Dollar dari Swiss untuk korban-korban holocoust yang dia klaim sudah mendepositokan uang mereka di sana. Dia tidak punya bukti yang cukup, tapi Pemerintah Swiss menyerah karena Bronfman adalah salah satu pendukung finansial Presiden Clinton, dan Swiss takut akan konsekwensi-konsekwensi diplomatis kalau mereka tidak melakukannya.
Menariknya, pada tahun tersebut sebuah pengadilan dengan 17 anggota yang berbasis di Zurich mengatur untuk menyelidiki identitas-identitas 5.500 rekening asing dan 10.000 rekening Swiss yang telah tidur sejak akhir Perang Dunia II, lalu menemukan bahwa hanya 200 rekening berisi total sekitar 10 juta dolar, kurang dari 1% nya 1,5 Miliar Dollar yang diperas oleh Bronfman, bisa dilacak kembali kepada korban-korban holocoust itu.
Apakah Bronfman mengembalikan sisa 99% dari 1,5 Miliar Dollar itu kepada Swiss? Tentu saja tidak, dan kebetulan, sekitar 6 tahun kemudian, dia hampir tidak memberikan apa-apa kepada para korban holocoust. Orang-orang Yahudi dituduh menyalahgunakan uang yang mereka dapatkan dengan meniup atas nama “keadilan untuk korban” holocoust yang belum tentu benar adalah korban.
Pada tanggal 2 Mei 1997, Pemimpin Partai Buruh Inggris, Tony Blair, terpilih sebagai Perdana Menteri. Sedangkan pada 6 Mei di tahun yang sama atau 4 hari sesudahnya, Konselor Bendahara-nya, Gordon Brown, mengumumkan bahwa dia akan memberikan kemerdekaan penuh kepada Bank of England dari kendali politik.
1998: Pada tanggal 18 Januari, Michael Specter menerbitkan sebuah cerita di New York Times yang berjudul “Trafficker’s New Cargo: Naive Slavic Women (Muatan Baru Para Pedagang Illegal: Wanita-Wanita Slavia yang Naif)”. Kisah ini mengungkap cara mafia Yahudi Rusia mendominasi perdagangan budak wanita kulit putih dalam pelacuran. Banyak di antara wanita polos yang mereka tipu itu berakhir di Israel.
2000: Seorang kepala Oligarki Yahudi Rusia, Boris Berezovsky, melarikan diri ke London agar tidak ditangkap di Rusia dan mengalihkan urusan bisnisnya kepada pelindungnya, seorang Yahudi Rusia lainnya, Roman Abramovich, yang kemudian membeli Chelsea Football Club.
Pada 1 Oktober, Rome Observer menampilkan sebuah cerita tentang bagaimana polisi Italia memutus jaringan pedofilia yang telah menculik anak-anak non-Yahudi berusia antara 2 dan 5 tahun dari panti asuhan, lalu memperkosa dan membunuh mereka. Jaringan pedofil (terdiri dari 11 anggota geng Yahudi) ini telah memfilmkan pemerkosaan dan pembunuhan tersebut demi keuntungan industri film porno sadis dan sudah menjual salinannya. Lebih dari 1.700 pelanggan telah membayar sebanyak 20.000 Dollar untuk melihat anak-anak berusia 2 sampai 5 tahun ini diperkosa secara brutal dan dibunuh.
2001: Seorang kepala Oligarki Yahudi Rusia, Vladimir Gusinsky melarikan diri ke Israel. Dia menghadapi tuntutan pencucian uang, lalu bersembunyi di Israel. Dia berkewarganegaraan ganda Rusia dan Israel.
2005: Pada tanggal 30 September, surat kabar Denmark, Jyllands-Posten, menerbitkan 20 ilustrasi kartun. Sebagian besar di antaranya menggambarkan Nabi Muhammad. Kartun-kartun ini lalu dicetak ulang di lebih 50 negara yang mengakibatkan protes skala besar dari komunitas muslim sedunia.
Alasan tepat dari percetakan kartun ini adalah untuk menyulut ketegangan antara dunia Barat dan komunitas muslim. Menariknya, editor budaya Jyllands-Posten yang bertanggung jawab atas terbitan asli kartun-kartun ini adalah Flemming Rose, seorang Yahudi Jahat.
Pada 5 Desember, setelah tuduhan dari para perevisi holocoust bahwa pemimpin-pemimpin Perang Dunia II tidak pernah menyebutkan holocoust orang-orang Yahudi di kamar-kamar gas. Richard Lynn, Profesor Emeritus di University of Ulster, melaporkan penelitiannya tentang masalah ini:
“Saya telah memeriksa tulisan dan pidato Perang Dunia II Churchill dan pernyataannya sangat tepat, tidak sekali pun dia menyebut “kamar gas Nazi”, genosida orang Yahudi”, atau “enam juta” korban Yahudi dalam perang”.
Pada 6 Desember, David Cameron terpilih sebagai Pemimpin Partai Konservatif Inggris. Cameron adalah kesukaan lama Keluarga Rothschild. Cameron telah menjadi penasehat khusus Norman Lamont ketika dia menumbangkan ekonomi Inggris untuk Keluarga Rothschild pada tahun 1993. Cameron juga punya hubungan dengan keluarga kerajaan Inggris.
Menariknya, organisasi “Conservative Friends of Israel (Teman-Teman Konservatif bagi Israel)” berkoar dengan bangga di situs mereka bahwa lebih dari dua pertiga anggota konservatif Inggris di parlemen adalah anggota organisasi mereka. Hal ini sungguh menjadi luar biasa, karena angka pemerintah resmi mengungkapkan bahwa orang-orang Yahudi hanya mewakili kurang dari setengah persen penduduk Inggris.
2006: Sejarawan Inggris, David Irving, dihukum 3 tahun penjara di Austria karena menyangkal holocaust orang-orang Yahudi pada Perang Dunia II. Penting untuk dicatat bahwa satu-satunya peristiwa sejarah yang bisa membuat anda ditangkap karena mempertanyakannya adalah holocoust ini.
Mengenai holokaus, memang hal tsb ada, tetapi sepertinya jumlahnya tidaklah sebesar seperti yang digembar-gemborkan. Untuk lebih jelasnya mengenai holokaus, Anda dapat melihat/mengunduh buku “Kekejaman Holokaus” karya Harun Yahya di link: http://id.harunyahya.com/id/works/4729/KEKEJAMAN-HOLOKAUS.
Pada buku tsb juga diceritakan tentang genosida orang-orang cacat dan berpenyakit, serta perpindahan kaum Yahudi Ethiopia, Irak, dan Yaman ke Israel oleh gerakan Mossad-Aliyah Bet (badan rahasia Israel) yang menyebarkan propaganda Anti Semit.
Dinasti Rothschild di Asia Timur dan Asia Selatan
1830: David Sassoon (seorang Yahudi dan bankir Yahudi untuk David Sassoon and Co., dengan cabang-cabang di Cina, Jepang, dan Hongkong) menggunakan monopoli perdagangan opium di daerah ini atas nama Rothschild, untuk mengendalikan Pemerintah Inggris untuk memperjualbelikan 18.956 peti opium. Ini menghasilkan jutaan Dollar bagi Keluarga Rothschild dan Keluarga Kerajaan Inggris.
1836: David Sassoon meningkatkan perdagangannya di Cina sampai lebih dari 30.000 peti opium per tahun, dan kecanduan obat-obatan di kota-kota pesisir menjadi endemik.
1839: Cina mengalami kecanduan opium yang merajalela yang mengisi kocek David Sassoon, keluarga kerajaan Inggris dan Keluarga Rothschild. Akibatnya, Kaisar Manchu memerintahkan perdagangan opium dihentikan. Dia memilih Komisioner Kanton, Lin Tse Hu, sebagai pemimpin kampanye melawan opium. Lin Tse Hu mengatur penyitaan 2.000 peti opium Sassoon dan membuangnya ke sungai. David Sassoon memberi tahu Keluarga Rothschild yang menuntut Angkatan Bersenjata Inggris untuk membalas demi melindungi bisnis perdagangan narkoba mereka.
Angkatan Bersenjata Inggris menyerang kota dan memblokade pelabuhan. Tentara Cina sudah berkurang hingga tinggal sepersepuluhnya saja akibat kecanduan opium, dan terbukti bukan tandingan tentara Inggris. Perang berakhir pada tahun 1942 dengan penandatanganan Pakta Nanking, yang isinya:
- Pengesahan penuh perdagangan opium di Cina.
- Kompensasi bagi David Sassoon 2 juta Poundsterling untuk opium yang dibuang ke dalam sungai oleh Lin Tse Hu.
- Kedaulatan Teritorial untuk Raja Inggris atas beberapa pulau lepas pantai yang dipilih.
- Ketentuan-ketentuan berikut dirancang untuk menjamin Keluarga Rothschild, lewat boneka mereka, David Sassoon, hak untuk menyediakan opium bagi segenap penduduk Cina.
1945: Pada tanggal 16 Juli, dilakukan uji coba atom pertama yang berhasil di Situs Trinity, 200 mil ke Selatan Los Alamos. Penciptanya, J. Robert Oppenheimer, seorang Rothschild, yang menyatakan:
“Saya menjadi kematian, penghancur dunia”.
Dan pada bulan itu juga, ledakan berikutnya di Jepang mengakibatkan matinya 140.000 orang di Hiroshima dan 80.000 orang di Nagasaki.
1949: Pada 1 Oktober, Mao Tse Tung menyatakan didirikannya Republik Rakyat Cina (RRC) di lapangan Tiananmen, Beijing. Dia didanai oleh Komunisme yang diciptakan oleh Rothschild di Rusia dan ditangani oleh utusan-utusan Rothschild., yaitu:
- Salomon Adler, mantan pejabat Bendahara Amerika Serikat yang juga mata-mata Soviet;
- Israel Epstein, putera seorang Bolsheviks Yahudi yang dipenjara oleh Tsar Rusia karena berusaha menyulut revolusi di sana;
- Frank Coe, pejabat terdepan IMF yang dimiliki oleh Rothschild.
1984: Mossad melatih angkatan bersenjata khusus Sri Langka dan pemberontak Macan Tamil dari Sri Langka di sekolah pelatihan Mossad yang sama, Kfar Sirkin, Israel. Ini terjadi setelah menjual kursus latihan militer kepada kedua belah pihak, sebagai langkah maju dari Keluarga Rothschild yang mendanai kedua pihak dalam perang. Dan ketika kedua faksi pergi untuk kembali ke Sri Langka, tidak ada yang tahu bahwa musuh mereka dilatih di perkemahan yang sama oleh organisasi yang sama.
1988: Pada tanggal 17 Agustus, Presiden Pakistan, Jenderal Zia ul Haq, dibunuh dalam sebuah kecelakaan udara. Duta Besar Amerika Serikat untuk India pada saat itu, John Dean, melaporkan kepada para atasannya bahwa dia punya bukti kalau Mossad berada di balik pembunuhan ini untuk mencegah Pakistan mengembangkan bom nuklir. Dean kemudian dituduh mempunyai ketidak-seimbangan mental dan dibebaskan dari tugasnya di Departemen Hubungan Luar Negeri. Bagai-manapun, dia menolak untuk melepaskan pandangan ini dan membeberkannya kepada publik pada tahun 2005 ketika dia berusia 80 tahun.
Dinasti Rothschild di Timur Tengah
1875: Keluarga Rothschild mengendalikan Terusan Suez untuk melindungi kepentingan bisnis besar mereka di daerah itu. Maka Lionel de Rothschild (anak pertama Nathan Mayer Rothschild) memerintahkan Perdana Menteri Yahudi, Benjamin Disraeli, untuk membeli saham di Terusan Suez dari Khedive Said di Mesir. Keluarga Rothschild meminjamkan uang kepada Pemerintah Inggris untuk memudahkan pembelian ini, karena mereka membutuhkan pemerintahan yang mereka kendalikan sehingga mereka bisa menggunakan kekuatan militer pemerintah tersebut untuk melindunginya.
1924: Edmond de Rothschild (anak Jacob (James) Mayer Rothschild) mendirikan Palestine Jewish Colonization Association (PJCA) yang memperoleh tanah seluas lebih dari 500 km2. Lalu dia mendirikan berbagai usaha bisnis di sana, termasuk mendirikan industri anggur Israel.
Pada 1 Juli, ketika Edmond de Rothschild meninggalkan rumah sakit Zedek Shaarei di Yerussalem, Dr. Yaakov Yisrael Dehan dibunuh oleh seorang Zionis bernama Avraham Tahomi. Ini adalah hasil dari pertemuan organisasinya antara delegasi para pemimpin ortodoks dan sekelompok pemimpin Arab yang dikepalai oleh Raja Abdullah. Dr. Dehan adalah pejuang perdamaian bersama para penghuni Arab veteran di tanah suci, kebalikan langsung dari apa yang diinginkan oleh para Zionis.
1925: Ensiklopedia Yahudi tahun itu membuat pernyataan tentang keberadaan orang-orang Yahudi Ashkenazi (yang mewakili sekitar 90% umat Yahudi) dengan pengakuan mengejutkan bahwa musuh orang Yahudi, yaitu Esau (juga dikenal sebagai Edom), sesungguhnya merupakan sebagian besar ras Yahudi.
1946: Pada 12 Februari, David Ben-Gurion, orang yang akan menjadi Perdana Menteri Israel, seorang Yahudi Ashkenazi, memerintahkan Menachem Begin, yang juga akan menjadi Perdana Menteri Israel, juga seorang Yahudi Ashkenazi, untuk melaksanakan sebuah serangan teroris terhadap Hotel King David di Palestina. Serangan itu bertujuan untuk berusaha dan mendesak Inggris keluar. Akibat kejadian ini, 91 orang terbunuh, kebanyakan mereka adalah rakyat sipil: 41 orang Arab, 28 orang Inggris, 17 orang Yahudi dan 5 orang lainnya. Sekitar 45 orang terluka.
Ketika ditanya oleh seorang jurnalis ternama Russell Warren Howe, tentang apakah dia menganggap dirinya Bapak Terorisme di Timur Tengah. Menachem Begin dengan bangga menjawab:
“Tidak, di seluruh dunia”.
1947: Inggris menyerahkan kendali atas Palestina kepada PBB. PBB memutuskan Palestina dibagi menjadi 2 negara; satu Yahudi dan satu Arab, dengan Yerussalem tetap menjadi Zona Internasional yang dinikmati oleh semua keyakinan agama.
Padahal PBB tidak punya hak untuk memberikan properti Arab kepada siapapun. Orang Yahudi hanya memiliki 6% dari total tanah orang Palestina pada saat itu, tapi Resolusi PBB 181 menghibahkan 57% tanah Palestina kepada Yahudi. Dengan demikian, orang Arab Palestina yang pada saat itu memiliki tanah sejumlah 94 %, hanya disisakan 43 %.
Serangan-serangan teror terhadap Inggris di Palestina berlanjut. Selama musim panas, 3 teroris Yahudi (Jacob Weiss, Meir Nakar dan Aushalom Habib) ditemukan bersalah atas serangan terhadap Penjara Acre pada 4 Mei 1947. Mereka akan dihukum gantung.
Pada waktu yang sama, geng teroris Irgun yang dikepalai oleh Menachem Begin, menahan 2 Sersan Inggris, yaitu Mervyn Paice dan Clifford Martin, sebagai tawanan untuk 3 teroris Yahudi di atas.
Eksekusi para teroris dilakukan, dan para Sersan Inggris ditemukan dieksekusi juga, digantung dari 2 pohon eukaliptus. Tidak puas dengan membunuh para prajurit Inggris ini, orang-orang Yahudi meranjau mayat mereka.
Menariknya, sebuah surat kabar Inggris, Daily Express, pada awalnya memasang di berita utama sebuah foto besar kedua prajurit ini digantung di pohon, tapi halaman depan ini sudah dihapus dari arsip Daily Express. Pemilik Daily Express adalah Richard Desmond, seorang pornografi Yahudi.
1948: Pada dini hari tanggal 19 April, 132 teroris Yahudi dari geng Irgun yang dipimpin oleh Menachem Bagin, dan geng Stren yang dipimpin oleh Yitzhak Shamir memimpin pembantaian 200 pria, wanita, dan anak-anak saat mereka sedang tidur dengan damai di sebuah desa Arab bernama Deir Yassin.
Sesudah PBB mengubah Palestina menjadi sebuah negara Yahudi merdeka dan sebuah negara Arab merdeka pada 15 Mei 1948, orang-orang Israel meluncurkan serangan militer lainnya kepada orang-orang Arab (Palestina) dengan alat-alat pengeras suara di atas truk-truk yang meraung-raung kepada orang-orang Arab bahwa kalau mereka tidak segera pergi, mereka akan dibantai.
Sebanyak 800.000 orang Arab yang teringat pembantai Deir Yassin kabur dengan panik sambil meninggalkan akta kelahiran mereka. Negara Israel kemudian meluluskan hukum bahwa hanya orang Arab yang bisa membuktikan kewarganegaraan mereka yang boleh kembali ke tanah mereka. Itu berarti 400.000 orang Arab tidak bisa kembali dan kehilangan semua properti yang mereka miliki di sana.
Setelah rangkaian kejahatan perang genosida perbuatan Yahudi ini, orang-orang Yahudi sekarang menguasai 78% bekas tanah penduduk Palestina, dibandingkan dengan 57% yang telah diberikan kepada mereka secara illegal oleh PBB yang dikendalikan oleh Yahudi. Ironisnya, orang-orang Arab Palestina, yang banyak juga diantara mereka adalah orang Kristen, tidak akan pernah mendapat ganti rugi atas rumah, properti dan bisnis yang dicuri dari mereka selama genosida ini.
1954: Agen-agen Israel merekrut warga Mesir keturunan Yahudi untuk mengebom sasaran-sasaran Barat di Mesir, untuk mengkambinghitamkan orang-orang Arab. Ini jelas merupakan usaha untuk merusak hubungan Amerika dan Mesir. Menteri Pertahanan Israel, seorang Yahudi Ashkenazi bernama Pinhas Lavon akhirnya dicopot dari jabatannya, meskipun banyak orang berpikir sesung-guhnya David Ben Gurion lah yang bertanggung jawab.
1957: Dalam sebuah invasi gabungan Inggris, Israel dan Perancis di Terusan Suez, Ariel Sharon mengomando unit-unit yang membunuh tawanan-tawanan perang Mesir, begitu pula para pekerja sipil Sudan yang ditangkap oleh orang-orang Yahudi. Total 273 tahanan tak bersenjata dieksekusi dan dibuang ke kuburan-kuburan massal. Cerita ini dipendam selama hampir 40 tahun sampai muncul edisi 16 Agustus 1995 dari London Daily Telegraph.
1967: Perlakuan orang-orang Yahudi terhadap orang-orang Palestina akhirnya menyulut kemarahan dunia Arab terutama di Mesir, Yordania dan Suriah untuk bersiap-siap di perbatasan Israel. Ketiga negara ini mendadak diserang oleh Israel. Akibatnya, Sinai dicuri dari Mesir, sedangkan West Bank dan Sungai Yordania dicuri dari Yordania. Bahkan pada 9 Juni 1967, Israel secara illegal menduduki Dataran Tinggi Golan yang direbutnya dari Suriah. Daerah ini lalu menyediakan sepertiga air bersih Israel.
1973: Dalam usaha untuk mendapatkan tanah-tanah yang dicuri Israel tersebut; Mesir, Yordania, Suriah dan Irak menyerang Israel dan mendesak pasukan Israel untuk mundur. Karena Israel terancam kalah, pemerintah Amerika Serikat yang dikendalikan oleh Yahudi mengirim banyak peralatan dan persenjataan militer Amerika Serikat dari uang pajaknya untuk mendukung tentara Israel. Bahkan Pemerintah Amerika Serikat menyiagakan Angkatan Bersenjatanya baik di Jerman maupun di Fort Bragg, Carolina Utara, sehingga sewaktu-waktu bisa dikirim ke Israel untuk membantu tentara Israel dalam perang ini.
1977: Pada tanggal 25 Desember, Knesset Israel meluluskan hukum anti missionaris, 5738-1977, yang mendekritkan bahwa kalau ada orang Kristen non-Yahudi memberikan sebuah Perjanjian Baru kepada seorang Israel, dia bisa dipenjara sampai 5 tahun.
1978: Pada bulan Maret, tentara Israel memasuki Lebanon Selatan dan menduduki bentangan tanah 6 mil ke utara perbatasan mereka. Peristiwa ini akibat serangan kepada Israel yang berakibat terbunuhnya 30 orang penumpang sebuah bus. Dari situ mereka meluncurkan serangan-serangan bom Cluster tanpa pandang bulu. Serangan ini mengakibatkan kematian lebih dari 1.500 orang Lebanon dan Palestina, kebanyakan diantara mereka adalah rakyat sipil.
1981: Pada tanggal 10 Juli, kekerasan lagi-lagi meledak di Lebanon Selatan dan Israel lagi-lagi membombardir Beirut hingga membunuh 450 orang. Menurut Kurt Waldheim, Sekretaris Jenderal PBB, Angkatan Udara Israel membombardir sasaran-sasaran Palestina di Lebanon Selatan.
1982: Dari 16 sampai dengan 18 September, Ariel Sharon, seorang Yahudi Ashkenazi sekaligus orang yang akan menjadi Perdana Menteri Israel, lalu Menteri Pertahanan, dengan hati-hati mengatur invansi Israel ke Lebanon, yang menyediakan penyerangan udara untuk memudahkan pembunuhan antara 1.000 sampai 2.000 wanita dan anak-anak dalam pembantaian Sabra dan Shatilla. Mereka menyebut operasi ini sebagai “Operasi Kedamaian untuk Galilee”. Sharon lalu mengalihkan perhatiannya ke ibukota Beirut, dan dalam rangkaian serangan udara terhadap sasaran-sasaran sipil, setidaknya 18.000 rakyat sipil Lebanon dan Palestina terbunuh.
Publik diberitahukan alasan invansi illegal terhadap Lebanon untuk menghentikan serangan-serangan lintas perbatasan oleh para gerilyawan Palestina di Lebanon Selatan terhadap pemukiman-pemukiman utara Israel. Bagaimanapun, alasan sesungguhnya baru diketahui ketika penjagalan ini dihentikan, begitu pemimpin Palestinian Liberation Organisation (PLO, Organisasi Pembebasan Palestina), Yasser Arafat, yang tinggal di Beirut, kabur ke Tunisia.
1985: Israel menjalankan “Operasi Hitam” di kapal pesiar “Achille Lauru”, ketika kapal itu berlayar dari Alexandria ke Port Said, Mesir. Kapal ini dibajak, Israel semakin memperburuk posisinya, ketika seorang penumpang berkursi roda, seorang Yahudi Amerika, Leon Klinghoffer, dieksekusi dan dilempar keluar kapal, menyebabkan seluruh dunia marah, terutama di Amerika. Lebih jauh lagi, orang-orang Yahudi memastikan hal ini menjadi berita utama hari itu di seluruh dunia di media cetak dan televisi.
Taktik ini dijelaskan dalam buku “Profits of War (Keuntungan Perang)”. Di dalamnya mantan penasihat intelijen khusus untuk Perdana Menteri Israel, Yitzhak Shamir, Ari Ben-Menashe, menjelaskan bagaimana intelijen Israel telah mendanai kelompok-kelompok teror Palestina untuk melakukan serangan kepada sasaran-sasaran Israel, agar dunia terutama Amerika, bersimpati kepada Israel dan orang-orang Yahudi, serta membenci orang-orang Palestina.
1991: Menyusul invansi Irak terhadap Kuwait pada 2 Agustus 1990, pada 6 januari 1991, Amerika Serikat dan Inggris memulai rentetan pengeboman udara ke sasaran-sasaran di dalam Irak. Pada 24 Februari, rentetan serangan darat dimulai yang berlangsung selama 100 jam sampai 28 Februari, ketika sebuah kejahatan terjadi.
Kejahatan ini adalah pembantaian 150.000 tentara Irak dengan bahan bom udara bahan bakar. Orang-orang Irak ini melarikan diri lewat jalan tol yang padat dari Kuwait ke Basrah. Presiden George Herbert Walker Bush memerintahkan pesawat udara Amerika Serikat dan unit-unit darat untuk membunuh tentara yang menyerah ini, yang kemudian di buldozer ke dalam kuburan massal tanpa tanda di gurun pasir.
Kejadian ini bertepatan dengan jatuhnya Hari Purim (hari libur Yahudi) pada tahun tersebut. Inilah hari orang-orang Yahudi merayakan kemenangan mereka atas Babilonia kuno yang sekarang bertempat di dalam batas-batas Irak, dan hari ketika orang-orang Yahudi didorong untuk mendapatkan pembalasan berdarah terhadap musuh-musuh mereka, yang Purim nyatakan pada dasarnya adalah semua orang non-Yahudi.
1993: Pada 25 Juli, tentara Israel meluncurkan “Operasi Pertanggungjawaban” terhadap Lebanon Selatan sebagai tanggapan terhadap serangan tentara Hizbullah yang membunuh 7 prajurit Israel di Israel Utara. Serangan Israel ini merupakan rangkaian serangan udara sepanjang minggu yang membunuh 130 rakyat sipil Lebanon dan 300.000 orang lainnya terpaksa melarikan diri dari rumah mereka.
1994: Pada 25 Februari, tepatnya pada hari Purim, di Israel, Dr. Baruch Kappel Goldstein, yang melayani sebagai seorang dokter di Israeli Defense League (IDF, Liga Pertahanan Israel), dan merupakan keturunan langsung dari Rabi Shneur Zalman dari Liadi, pendiri gerakan Chabad Lubavitch, memasuki Masjid Cave of the Patriachs (gua para kepala keluarga) saat shalat dan membunuh 29 orang muslim serta melukai 125 orang lainnya. Dia melakukan ini dengan menembaki mereka dengan sebuah senjata otomatis. Akhirnya dia kalah jumlah oleh orang-orang yang selamat dan dihajar sampai mati.
Hanya 2 hari setelah pembantaian Goldstein, Rabi Yaacov Perrin menyatakan:
“Satu juta orang Arab tidak sebanding dengan kuku jari seorang Yahudi”.
1996: Dalam rangkaian serangan militer Israel terhadap tentara Hizbullah di Lebanon Selatan yang disebut “Operation Grapes of Wrath (Operasi Anggur Kemurkaan)”, tentara Israel melancarkan semua roket kepada sebuah ambulans di Beirut, membunuh 6 orang rakyat sipil, yaitu 2 wanita dan 4 anak-anak.
Kurang dari seminggu kemudian, tepatnya pada 18 April, Israel melakukan “Tragedi yang Mengerikan” lagi ketika mereka dengan sengaja menembaki sebuah perkemahan perlindungan PBB di desa Qana, Lebanon Selatan, membunuh 106 rakyat sipil Lebanon yang sedang mengungsi di sana. Mereka mengungsi ke sana karena tahu tempat itu disetujui menjadi tempat tanpa pertempuran antara tentara Hizbullah dan Israel yang sedang berperang.
2002: Perdana Menteri Israel, seorang penjahat perang, Ariel Sharon, memerintahkan genosida terhadap warga Palestina dengan pembantaian di perkemahan pengungsi Jenin di West Bank. Sebagai tanggapan atas pembunuhan ini, Presiden Bush awalnya menuntut tentara Israel langsung ditarik dari kota-kota Palestina. Ariel Sharon secara publik menolak melakukannya. Bush pada 18 April 2002 menyatakan hal berikut ini:
“Ariel Sharon adalah orang yang damai”.
2003: Pada 16 Maret, seorang Amerika berusia 23 tahun, Rachel Corrie, pergi ke Jalur Gaza untuk melindungi orang-orang Palestina dari kejahatan perang Israel yang dilakukan di sana. Dia terbunuh saat berusaha mencegah penggusuran rumah seorang ahli farmasi Palestina, yang tinggal bersama isterinya dan 3 anak mereka yang masih kecil. Ketika Corrie berdiri di depan rumah ini untuk memprotes di depan sebuah Buldozer Caterpillar D9 milik Israeli Defence Force (IDF), dia dengan sengaja dilindas oleh supir buldozer itu.
Amerika Serikat tidak melakukan apa-apa untuk mengkritik Israel atas peristiwa ini. Amerika Serikat menerima saja alasan mereka bahwa ini adalah kecelakaan. Padahal beberapa saksi mata yang tanpa ragu berkata bahwa tindakan ini disengaja dan bahkan ada bukti foto ketika pembunuhan ini terjadi di siang hari, Corrie sedang mengenakan jaket orange terang.
2006: Hamas terpilih berkuasa dalam pemilihan umum Palestina. Israel menuntut agar bantuan dihentikan untuk Palestina, dan dilakukan dengan taat oleh Amerika Serikat, Uni Eropa dan Kanada. Ini untuk mendukung cita-cita jangka panjang Israel, yaitu genosida seluruh rakyat Palestina yang menolak meninggalkan Palestina.
Mantan Agen Mossad, Victor Ostrovsky, meramalkan bahwa terjadinya hal ini pada halaman 252 di dalam bukunya “The Other Side of Deception“, yang diterbitkan pada tahun 1994:
“Kalau Mossad bisa mengatur agar Hamas (Partai Perjuangan Sejati Rakyat Palestina) mengambil alih jalan-jalan Palestina dari PLO, maka rencana itu terbukti benar”.
Rencana yang dimaksudkannya adalah mendukung elemen-elemen radikal muslim sehingga para fundamentalis tersebut tidak akan bisa bernegosiasi dengan Barat.
Pada 12 Juli, 2 prajurit Israel menyasar ke wilayah Lebanon dan ditangkap sebagai tahanan perang oleh tentara Lebanon. Media Yahudi di seluruh dunia berteriak bahwa mereka diculik, tapi tidak menyebutkan fakta bahwa Israel telah menangkap dan memenjarakan lebih dari 9.000 orang Palestina tanpa peradilan. Israel mulai mengebom Lebanon tanpa pandang bulu.
Sehubungan dengan 9.000 orang Palestina yang dipenjara tanpa peradilan, Artikel 111 Hukum Israel memandatkan bahwa pemerintah boleh menahan siapapun selama waktu yang tidak terbatas, tanpa peradilan dan tanpa menyatakan tuntutannya.
Ketika media Yahudi melaporkan konflik antara Israel dan Lebanon ini, mereka tidak menyebutkan jumlah penganut Kristen di Lebanon yang mencapai 40-45% dari populasi penduduknya. Mereka malah menggambar Lebanon sebagai segerombolan teroris Al-Qaeda muslim yang jahat. Dalam sebulan, lebih dari 1.000 pria, wanita dan anak-anak Lebanon terbunuh. Ratusan ribu orang terluka, dan seperempat penduduk negara itu mengungsi.
Perang berakhir dengan Israel menarik diri, banyak orang Yahudi tidak puas dengan hasil akhir dan menuduh Perdana Menteri Ehud Olmert kalah dalam perang ini. Bagaimanapun, ketika dia hadir di hadapan Komite Urusan Asing dan Pertahanan Knesset pada 5 September 2006, dia menyatakan:
“Klaim bahwa kita kalah tidak punya landasan, setengah Lebanon hancur, apakah itu kekalahan?”
“Tidak akan pernah ada retorika Hak Asasi Manusia pada orang-orang Yahudi. Kalau pun ada, itu pasti sebuah kesalahan.”
Dari rentetan peristiwa diatas, tidak heran jika John Pilger, jurnalis independen yang sering mengkritik kebijakan kapitalis Barat, menulis:
“Di Timur Tengah, semua diktator dan raja dilanggengkan oleh AS. Dalam “Operation Cyclone” CIA dan MI6 (Dinas Rahasia Inggris) secara rahasia membungkam gerakan-gerakan Islam di sana. Korban dari terorisme yang dilakukan Barat di berbagai penjuru dunia, mayoritasnya adalah muslim. Rakyat pemberani yang ditembaki di Bahrain dan Libya pada hakikatnya bergabung dengan anak-anak Gaza yang diledakkan oleh pesawat F16 buatan AS. Revolusi di Arab tidaklah sekedar melawan diktator lokal namun melawan tirani ekonomi global yang didesain oleh AS dan dijalankan oleh USAID, IMF, Bank Dunia; yang menyebabkan rakyat di negeri yang kaya seperti Mesir harus hidup dengan 2 dollar sehari.”
Dinasti Rothschild di Afrika
1899: Berdasarkan temuan jumlah kekayaan yang semakin bertambah besar dalam bentuk emas dan berlian di Afrika Selatan, Keluarga Rothschild, melalui utusan-utusan mereka yang bernama Lord Alfred Milner dan Cecil Rhodes, mengirim 400.000 serdadu Inggris ke sana untuk berperang melawan “musuh” yang terdiri dari 30.000 petani Boer bersenapan yang lebih memilih tidak meninggalkan tanah mereka.
Selama perang inilah perkemahan terpusat diciptakan, ketika Inggris mengumpulkan siapapun yang bersimpati kepada para Boer, termasuk wanita dan anak-anak, lalu menempatkan mereka di perkemahan-perkemahan tidak sehat dan dijangkiti demam. Tentara Inggris Rothschild lalu menang perang, dan kekayaan besar emas dan berlian mengalir ke kocek Keluarga Rothschild.
1972: World Health Organization (WHO, organisasi kesehatan dunia) melakukan program vaksinasi cacar besar-besaran untuk jutaan orang Afrika. Vaksin cacar ini ditempeli virus HIV/AIDS sehingga program pengurangan penduduk yang didukung oleh Rothschild bisa dimulai di kalangan penduduk berkulit hitam miskin yang tumbuh dengan kecepatan tinggi.
1994: Nelson Mandela terpilih menjadi menjadi Presiden Afrika Selatan yang digembar-gemborkan oleh media di seluruh dunia. Media milik Yahudi memuji hari bersejarah tersebut bahwa seorang pria berkulit hitam terpilih untuk memimpin Afrika Selatan.
Sebelumnya, Nelson Mandela menjalani 26 tahun di penjara dengan banyak tuduha diantaranya 193 tuduhan terorisme yang dilakukan sejak 1961 hingga 1963. Dia menyatakan di pengadilannya pada 1964:
“Saya tidak menyangkal bahwa saya melaksanakan sabotase itu.”
Apa yang tidak media Yahudi sebutkan adalah bahwa Mandela yang kebetulan sebelum dikurung menulis pamflet “Cara Menjadi Komunis yang Baik”, sekedar ditempatkan di penjara agar tidak ada gangguan bagi Afrika Selatan yang dijalankan oleh Keluarga Oppenheimer Rothschild dan khususnya bisnis-bisnis tambang emas dan berlian mereka.
Memang, Kepala Keluarga Oppenheimer, Harry Oppenheimer, memiliki 95% tambang berlian dunia. Tidak mengejutkan bahwa media Yahudi lalai memberi tahu pembaca kenapa orang-orang kulit hitam di Afrika Selatan memang mendapatkan Afrika untuk rakyat Afrika, itu karena semua tambang emas dan berlian (kekayaan Afrika Selatan) masih dikendalikan oleh orang-orang Yahudi.
Maka tidak mengejutkan bahwa African National Conggress (ANC) di Afrika Selatan dibimbing oleh 2 orang Yahudi Komunis, yaitu Albie Sachs dan Yossel Mashel Slovo (Joe Slovo). Bahkan, ketika ANC Nelson Mandela mengambil alih Afrika Selatan, Slovo diangkat menjadi Menteri Perencanaan.
Nelson Mandela dan Yossel Mashel Slovo. Kedua pemimpin Partai Komunis dan anggota pendiri “Bangsa Pelangi”.
Akibatnya, negara itu menderita penurunan standar yang dramatis bagi penduduk kulit hitamnya, dan dengan cepat menurun ke status negara yang paling penuh kekerasan dan kejahatan. Infeksi AIDS melonjak sampai setidaknya 25% penduduk kulit hitam. Penerus Mandela, Govan Mbela, setelah menjadi penerus Mandela sebagai Presiden, menyatakan bahwa kemiskinanlah, bukan HIV, penyebab AIDS.
2000: Di Tanzania, dengan sekitar 1,3 juta orang sekarat akibat AIDS; Bank Dunia dan IMF yang bertanggung jawab atas ekonomi Tanzania sejak 1985, memutuskan Tanzania mengubah periksa gratis di rumah sakit. Mereka juga memerintahkan Tanzania untuk mengubah biaya sekolah dari sistem pendidikan yang sebelumnya gratis, lalu mengungkapkan keterkejutan ketika pendaftaran sekolah jatuh dari 80% menjadi 66%. Produk Domestik Bruto (PDB) Tanzania jatuh dari 309 Dollar menjadi 210 Dollar per kapita, standar melek huruf jatuh dan rasio kemiskinan melarat telah meningkat, meliputi 50% penduduk.
2004: Para pemimpin Islam di Nigeria Utara, mengklaim kampanye imunisasi United Nations Children’s Fund (UNICEF, Dana Anak-Anak PBB) merupakan bagian dari plot Amerika Serikat untuk mengurangi penduduk daerah itu dengan menyebarkan AIDS dan alat-alat sterilisasi. Orang-orang Afrika berkaca pada uji coba laboratorium mereka sendiri yang menunjukkan vaksin itu terkontaminasi. Untuk membuktikan vaksin itu aman, Pemerintah Amerika Serikat mengirim satu tim ilmuwan, pemimpin agama, dan lain-lainnya ke sana untuk menyaksikan uji coba vaksin itu di laboratorium-laboratorium asing. Bagaimanapun, begitu uji coba itu selesai, mereka menolak untuk merilis hasilnya.
2011: Dalam artikelnya yang diterbitkan tahun 2011 di Kompasiana berjudul “Kini Tiba Giliran Libya”, Dina Sulaeman mengatakan:
“Menurut Wall Street Journal (28 Aug 2009), Libya ternyata adalah negara dengan sumber minyak terbanyak di Afrika. Konsesi minyak Libya diserahkan kepada perusahaan-perusahaan minyak yang di antaranya sudah umum didengar telinga, British Petroleum, Shell, atau ExxonMobil. Perusahaan-perusahaan yang sama yang juga mengeruk minyak dan gas di Indonesia dan negara-negara Dunia Ketiga lainnya, yang saham terbesarnya dikuasai oleh orang-orang Zionis.
Namun yang menarik, Wall Street Journal mengeluhkan sikap Libya yang menyulitkan investor. Sejak tahun 2007, Pemerintah Libya rupanya memaksa perusahaan-perusahaan minyak asing untuk menegosiasi ulang kontrak. Perusahaan yang ingin memperpanjang kontrak diharuskan membayar bonus yang sangat besar dan hanya mendapatkan hak eksplorasi yang lebih sedikit. Libya mengancam perusahaan-perusahaan itu dengan nasionalisasi bila mereka menolak syarat-syarat yang ditetapkan. Menurut Wall Street Journal, dalam kondisi seperti ini, tender hanya mungkin dimenangkan oleh perusahaan minyak yang dimiliki negara seperti Gazprom dari Rusia atau Sonatrach dari Aljazair. Artinya, perusahaan-perusahaan swasta milik pengusaha-pengusaha Zionis itu merasa tergencet.
Laporan Wall Street Journal ini sangat bersesuaian dengan doktrin lama kekuatan-kekuatan kapitalis Zionis: bila sebuah rezim mengancam kepentingan kapitalis, gulingkanlah! Lembaga-lembaga think-tank Zionis, mulai dari Freedom House, National Democrat Institute, International Republican Institute, USAID, hingga LSM-LSM swasta yang didanai milyarder Zionis macam Open Society-nya George Soros sudah terbukti menjadi dalang dari upaya-upaya penggulingan rezim (baik yang sudah berhasil maupun belum) di Serbia, Georgia, Ukraina, Kyrgystan, Nikaragua, Myanmar, Indonesia, Malaysia, Pakistan, Palestina, Lebanon, dan Iran. Tentu saja, upaya ‘pemberian bantuan’ untuk penggulingan rezim di sebuah negara bukan mereka lakukan dengan niat tulus membebaskan rakyat dari kediktatoran sebuah rezim, tapi semata-mata demi memuluskan jalan bagi korporasi-korporasi transnasional milik Zionis.
Tentu, tulisan ini bukan untuk membela Qaddafi yang jelas-jelas diktator itu. Saya hanya ingin menunjukkan bahwa ternyata ada banyak jenis kroni Amerika Serikat -Zionis. Ada yang budak dalam arti seutuhnya, tunduk patuh pada apapun kata Sang Tuan, macam Ben Ali atau Hosni Mobarak, sampai-sampai rakyat mereka hidup miskin. Ada pula yang berwujud diktator, macam Qaddafi, tetapi masih berani bermulut besar di depan Barat sehingga rakyatnya tetap punya uang sekitar 14.000 dolar per tahun. Ada pula yang menjaga citra sebagai pemimpin yang ramah dan demokratis, namun sesungguhnya lewat tangannyalah kekayaan alam negaranya diobral habis kepada korporasi Amerika Serikat-Zionis. Dan manusia merdeka, tak seharusnya tunduk pada kroni Amerika Serikat-Zionis, dalam wujud apapun.”
Hakim Maulani dalam artikelnya berjudul “Sisi Lain Krisis Libya” mengatakan: “Victor Ostrovsky, seorang pembelot dari dinas intelijen Mossad yang sekarang tinggal di Kanada, pernah membocorkan bahwa tuduhan-tuduhan terhadap Libya sebenarnya adalah fitnah yang dikerjakan oleh operasi intelijen Israel”.
Dinasti Rothschild di Vietnam
Apa yang diungkapkan disini merupakan saduran dari artikel “Sejarah Intervensi Amerika Serikat: Ada Minyak, Dibalik “Perang-Perangan” Vietnam” karangan Sri Endang Susetiawati. Berikut beritanya:
1945: Sekitar akhir Perang Dunia II, ketika Jepang menyerah, Jenderal Douglas Mac Arthur menjadi Gubernur militer Jepang. Asisten Mac Arthur adalah Laurance Rockefeller, salah satu dari empat cucu John D. Rockefeller, pendiri raksasa perusahaan minyak Amerika Serikat, Standard Oil. Tepat sebelum Jepang menyerah, Amerika Serikat telah mempersiapkan invasi besar-besaran dengan menimbun banyak senjata dan amunisi di Pulau Okinawa, sebagai basis pertahanannya. Sebuah persediaan persenjataan yang sangat cukup untuk menyerang Jepang. Apa yang pernah terjadi pada semua perlengkapan militer itu?
Oleh Laurence, sebagian besar senjata itu dijual kepada pemimpin Vietnam, Ho Chi Minh, dengan harga sangat murah, atas dasar jasa baik Ho.
Alasannya, Ho Chi Minh dianggap telah membantu Sekutu dalam melawan Jepang selama perang. Namun demikian, alasan yang sesungguhnya adalah terkait dengan buku yang ditulis oleh Herbert Clark Hoover, seorang insinyur pertambangan dan ahli geologi dunia, yang kemudian menjadi presiden AS ke-31 (1929-1933). Dalam bukunya yang terbit tahun 1920, Hoover menyebutkan adanya potensi cadangan minyak sangat besar pada daerah sepanjang pantai Indo-China, atau yang kemudian dikenal dengan Vietnam.
Masalahnya, saat buku itu diterbitkan, Vietnam masih dikuasai (dijajah) oleh Perancis. Sementara itu, metode survei dan teknik pengeboran minyak lepas pantai belum berkembang seperti sekarang. Jelang kekalahan Jepang pada Perang Dunia II, kesempatan untuk menguasai daerah cadangan minyak itu terbuka. Caranya, adalah dengan melakukan penjualan senjata dengan harga murah kepada Ho Chi Minh yang dimaksudkan agar dapat mengusir Perancis dari Vietnam.
Laurence Rockefeller berpikir bahwa ia akan bisa “menipu” Ho Chi Minh dengan menawarkan senjata untuk mengusir Perancis, kemudian Standard Oil akan mengambil alih ladang lepas pantai yang belum berkembang.
1950: Metode eksplorasi minyak bawah laut lebih dikembangkan dengan menggunakan ledakan kecil di dalam air, sehingga menghasilkan efek gema suara yang memantul dari berbagai lapisan batuan di bawahnya. Dengan metode ini, surveyor kemudian bisa menentukan lokasi yang tepat, dimana akumulasi cadangan minyak yang besar terdapat di bawahnya. Jika metode ini digunakan di lepas pantai Vietnam, maka Standard Oil dianggap tidak memiliki hak, sehingga Vietnam, Cina, dan Jepang mungkin akan beradu cepat dengan Perancis untuk mengadu pada PBB, bahwa Amerika telah mencuri minyak, dan diminta untuk segera menutup operasinya.
Itulah gunanya perang Vietnam. Kegiatan survei cadangan minyak dapat dilakukan dengan tanpa kekhawatiran pengaduan negara-negara lain ke PBB.
1954: Sial bagi Rockeller, ketika Vietnam, melalui Jenderal Giap akhirnya berhasil mengalahkan dan mengusir Perancis di Dien Bien Phu, ternyata Ho mengingkari kesepakatan. Mengapa?
Karena, ternyata rahasia buku Hoover telah diketahui oleh banyak pihak, termasuk Perancis, Vietnam, Jepang dan Cina. Itulah pula, mengapa sekitar tahun 1950-an, sejak lepasnya Vietnam, Perancis cukup sewot terhadap Amerika Serikat, dimana Presiden Perancis Charles De Gaul ingin keluar dari NATO.
Ho Chi Minh dianggap tidak akan membiarkan Standard Oil seenaknya dalam menguasai ladang minyak Vietnam. Maka, Vietnam pun dicap sebagai negara komunis, karena memiliki pandangan bahwa minyak adalah dikuasai oleh negara, milik masyarakat, sehingga tidak ada ruang bagi perusahaan minyak swasta, seperti Standard Oil untuk mengembangkan bisnisnya. Rencana perlawanan pun disusun dengan “menyewa” anak muda Amerika berperang melawan Vietnam “komunis”. Komunisme menjadi isu Amerika dalam membenarkan intervensi dan peperangan di Vietnam.
1955: Perang Vietnam pecah yang berlangsung selama 20 tahun (berakhir pada tahun 1975), yang menurut Smith tak lain adalah sebuah “penipuan minyak”.
Amerika melawan tentara Vietnam yang senjatanya diperoleh dari Amerika Serikat sendiri dengan harga sangat murah. Pertanyaan yang muncul, meskipun senjata Amerika Serikat sangat unggul dan telah kehilangan 57.000 orang Amerika, dan 500.000 orang Vietnam, mengapa Amerika Serikat tidak berhasil memenangkan “perang?”.
Mengapa Presiden Amerika Serikat memerintahkan tentaranya yang dipastikan mereka tidak akan menang?
Mengapa Henry Kissinger, seorang asisten pribadi untuk Nelson Rockefeller (Wapres Amerika Serikat 1974-1977) menghabiskan begitu banyak waktu di Paris untuk pembicaraan damai, dan tidak pernah pergi secara langsung ke Vietnam selama bertahun-tahun?
Jawabannya, adalah amat mungkin bahwa memenangkan “perang” itu bukan bagian dari rencana para penguasa bisnis energi. Sangat mungkin, bahwa lamanya waktu “perang” adalah jauh lebih penting dari kemenangan atas perang itu sendiri. Oleh sebab itu, beberapa sumber mengatakan bahwa CIA diduga kuat beberapa kali mengirimkan info tentang strategi tentara Amerika Serikat kepada Vietkong (sebutan untuk tentara Vietnam)
1960: Untuk menutupi fakta bahwa perang Vietnam hanyalah “perang-perangan” alias “perang yang ‘dibuat-buat’”, maka diperlukan alasan yang memadai untuk mengakhiri perang. Apa yang dilakukan? Pada akhir 1960, Standar Oil merekrut banyak pemuda idealis yang menentang perang dan wajib militer. Perusahaan minyak ini memberikan dukungan penuh pada mereka dalam hal bantuan keuangan dan organisasi.
Mereka, para pemuda idealis tersebut, diorganisir dan sepenuhnya didukung untuk melakukan demonstrasi besar-besaran secara terus-menerus yang menyatakan anti perang Vietnam sepanjang tahun 60-an hingga 70-an. Ternyata, hampir tidak ada demonstran yang tahu bahwa mereka sedang diperalat atau dimanfaatkan oleh kepentingan pengusaha minyak tersebut. Sebuah keadaan yang dianggap memiliki kaitan dengan mundurnya Presiden Nixon atas kasus Watergate, kemudian digantikan oleh Gerald Ford dengan wakilnya Nelson Rockefeller, salah seorang cucu pendiri Standard Oil.
1964: Pada tahun 1964, setelah Vietnam terbagi menjadi dua, yaitu Vietnam Utara dan Vietnam Selatan, serta peristiwa “Teluk Tonkin”, beberapa kapal induk Amerika Serikat ditempatkan di lepas pantai Vietnam, dan “perang” pun dimulai.
Setiap hari ada pesawat jet lepas landas menuju lokasi pengeboman di Utara dan Vietnam Selatan.
Selanjutnya, dengan menggunakan prosedur militer yang normal, pesawat itu kembali ke kapal induk, lalu membuang ledakan bom yang tersisa di laut sebelum kembali mendarat. Tentu saja, pengeboman “bohong-bohongan” dilakukan di zona aman yang telah ditentukan, jauh dari posisi operasi survei. Para pengamat hanya akan melihat ledakan kecil yang terjadi setiap hari di perairan Laut Cina Selatan dan berpikir itu hanya bagian dari “perang”.
1995: Pada tahun 1995, jelang normalisasi hubungan Amerika Serikat-Vietnam, dalam sebuah siaran TV BBC tentang industri minyak, presiden salah satu perusahaan minyak, anak perusahaan dari Standard Oil, dengan enteng menyatakan,
“.... Itu hanya kebetulan, bahwa kami baru selesai melakukan survei minyak lepas pantai saat hampir bersamaan dengan hari terakhir perang, seperti helikopter terakhir meninggalkan atap kedutaan di Saigon... “.
Benarkah hanya kebetulan? Pada 15 tahun kemudian, usai penyatuan kembali Vietnam Utara dan Vietnam Selatan (1975), ketika kebanyakan orang sudah lupa tentang “perang”, dan saat Vietnam membutuhkan uang tunai, maka eksplorasi minyak lepas pantai pun mulai dimungkinkan bagi perusahaan swasta asing. Pembagian zona eksplorasi minyak pun dilakukan oleh pemerintah Vietnam, untuk kemudian ditawarkan kepada sejumlah perusahaan minyak asing dari berbagai negara.
Beberapa perusahaan minyak dari 12 negara mengajukan penawaran. Antara lain: Statoil Norwegia, British Petroleum, Royal Shell Belanda, bahkan Rusia, Jerman dan Australia pun termasuk yang mengajukan diri untuk eksplorasi tersebut. Bagaimana hasilnya? Perusahaan dari berbagai negara yang melakukan pengeboran di bagian ladang mereka hanya mendapatkan lubang kering tanpa hasil minyak. Hanya perusahaan milik “Amerika” yang berhasil menangguk kuntungan miliaran dolar, di ladang Golden Dragon, Blue Lotus, dan White Tiger, ladang minyak di Laut Cina Selatan, lepas pantai Vietnam.
Apakah semuanya itu hanya kebetulan?
Apakah perusahaan minyak Amerika Serikat itu hanya sedang beruntung saja?
Tentu saja tidak. Perusahaan Amerika Serikat telah tahu letak cadangan minyak, sementara perusahaan-perusahaan minyak negara lainnya tidak. Mengapa lebih tahu? Karena, mereka telah melakukan survei selama 10 tahun, saat perang Vietnam berlangsung. Itulah hebatnya Amerika! Peluang bisnis di Vietnam kian terbuka, dan pada tahun 1995 hubungan Vietnam-Amerika Serikat pun dinormalisasi.
Hmm… sebuah model operasi politik, bisnis, dan militer yang dikemas secara rapi.
2005: Adalah menarik tulisan Marshall Douglas Smith (2005) yang berjudul Black Gold Hot Gold. Seorang profesional dan praktisi bisnis perminyakan di Amerika Serikat ini menyebutkan bahwa perang Vietnam sebenarnya hanyalah “perang-perangan” yang sengaja dibuat untuk menutupi kepentingan bisnis minyak di sepanjang lepas pantai Vietnam, atau Laut Cina Selatan. Menurutnya, perang Vietnam adalah perang yang sengaja tidak untuk dimenangkan. Mengapa? Karena, tujuannya memang bukan untuk kemenangan perang, namun sekedar untuk mengelabui kegiatan survei kandungan minyak di lepas pantai Vietnam.
Dinasti Rothschild di Indonesia
1602: Pada 20 Maret, VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie -Perserikatan Perusahaan Hindia Timur atau Perusahaan Hindia Timur Belanda) yang merupakan cabang dari Freemason (kelompok pemuja iblis yang dikembangkan dan didanai Rothschild) melakukan penjajahan di Indonesia dan mengeruk sumber daya alamnya selama ratusan tahun.
1917: Josephus Beek atau yang dikenal dengan nama Pater Beek lahir. Ia seorang penganut agama Katolik yang taat dan merupakan anggota Ordo Jesuit, sebuah sekte dalam agama Kristen yang didirikan Ignatius Loyola, Fransiscus Xaverius dan lima rekannya di Kapel Montmatre, Perancis, pada 15 Agustus 1534. Seperti halnya kebanyakan pemuda Belanda kala itu, cerita tentang sebuah negara kaya raya dengan mayoritas penduduk beragam Islam yang sedang dikuasai negara mereka, juga menarik minat Beek remaja untuk ‘bertualang’ di negara yang kala itu masih bernama Hindia Belanda tersebut. Kesempatan datang kala ia berusia 22 tahun. Diduga kuat berkat rekomendasi ordonya, ia dikirim ke Indonesia dengan mengemban dua misi, yakni menyebarkan agama Kristen dan melakukan kajian tentang pola hidup masyarakat di Pulau Jawa. Tujuan misi kedua ini jelas, demi melanggengkan penjajahan yang dilakukan negaranya terhadap Bumi Pertiwi. Beek bekerja dengan sangat baik. Ia mencatat apapun yang berhasil diamatinya dari kehidupan masyarakat Pulau Jawa setiap hari. Menurut buku ‘Pater Beek, Freemason, dan CIA’, dari pengamatan itu ia bahkan akhirnya berkesimpulan bahwa yang paling membahayakan eksistensi penjajahan Belanda di Indoensia, terutama di Pulau Jawa, adalah agama yang dipeluk mayoritas masyarakatnya; Islam. Dalam ajaran Islam, mengorbankan nyawa demi membela tanah air, ganjarannya adalah surga, sebab hal tersebut merupakan salah satu bentuk jihad terbesar.
Tak heran jika kelompok-kelompok perlawanan masyarakat terhadap Belanda dimotori oleh para pemuka agama ini. Contohnya Pangeran Diponegoro. Ia bahkan menyimpulkan, jika penjajahan yang dilakukan Belanda terhadap Indonesia ingin langgeng, maka Islam harus dilumpuhkan. Dengan cara ini, Belanda bahkan mendapat keuntungan lain, yakni penduduk Pulau Jawa dapat diKristenkan dengan lebih mudah. Sebuah usulan yang cerdik, cerdas dan licik. Sesuai dengan karakternya.
Tugas Beek selesai, dan ia kembali ke Belanda. Namun keinginannya untuk kembali ke Indonesia sangat besar. Apalagi karena hasil kajiannya membuat ia terobsesi untuk juga melakukan seperti apa yang diusulkan kepada pemerintahnya; menghancurkan Islam dan mengKristenkan pemeluknya demi melanggengkan penjajahan Belanda di bumi Nusantara. Ia pun berupaya agar dapat menjadi pastur, dan ditugaskan lagi ke Indonesia.
Pada 1948, Beek ditasbihkan menjadi pastur, namun baru kembali ke Indonesia pada 1956 atau setahun setelah pemilu pertama dilaksanakan di Indonesia. Selama kurun waktu delapan tahun sejak ditasbihkan hingga ditugaskan kembali di Indonesia, ia mengasah diri dengan mempelajari banyak hal, terutama mempelajari metode-metode efektif untuk menghancurkan Islam. Diduga kuat, sejak ia kembali ke Belanda dan menjelang kembali lagi ke Indonesia, ia didekati dua organisasi yang hingga kini sangat berpengaruh di dunia, yakni Freemasonry dan CIA. Tak heran jika M. Sembodo dalam buku berjudul ‘Pater Beek, Freemason, dan CIA’ menyebut: “Ketika Beek menjejakkan kaki kembali di Bumi Pertiwi, statusnya bukan hanya seorang misionaris Kristen Katolik, tapi juga anggota CIA dan Freemason”.
1965: Pada 30 September, gerakan pembunuhan para Jenderal yang dianggap loyal terhadap Soekarno dilakukan oleh PKI (Partai Komunis Indonesia). Namun ternyata, berdasarkan kesaksian para saksi, kuat dugaan bahwa gerakan tersebut dikendalikan oleh Letjen Soeharto, yang pada akhirnya memanfaatkan Supersemar untuk menduduki posisi Presiden yang dipegang oleh Soekarno.
Namun fakta menunjukkan bahwa dalang sebenarnya dari Gestapu adalah Henry Kissinger yang menggerakkan CIA untuk menjatuhkan Soekarno lewat Soeharto, dimana mereka merancang peristiwa yang dikenal dengan sebutan “Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (G30S PKI)”. Henry Kissinger adalah orang kepercayaan Rothschild dan sangat dekat dengan keluarga Rockfeller (keluarga Rothschild dari garis anak perempuan). Mereka semua tergabung dalam grup Bilderberg (salah satu organisasi yang berisi para pejabat dan penguasa paling berpengaruh yang bertujuan untuk menguasai dan mengendalikan dunia).
Dipilihnya Soeharto untuk menjadi penguasa Indonesia oleh Amerika Serikat, karena sikap Presiden Soekarno yang ‘keras’ untuk tidak mau tunduk kepada kepentingan asing yang ingin menguasai sumber daya alam Indonesia. Ucapan terkenal Soekarno: “Amerika… go to hell with your aid”, adalah bukti kerasnya sikap Presiden Republik Indonesia tersebut.
Setelah Soeharto berkuasa, maka apa yang diinginkan oleh Yahudi Jahat untuk membuat Indonesia menerapkan “The New World Order” menjadi terlaksana. Sumber Daya Alam Indonesia hampir semua dikuasai oleh perusahaan-perusahaan asing milik Yahudi, dan Indonesia menjadi terkungkung karena tidak bisa lepas dari jeratan hutang.
Screenshot diatas adalah dokumen CIA yang merupakan hasil perbincangan antara Presiden Nixon (Presiden Amerika Serikat), Henry Kissinger (Menteri Luar Negeri Negara Amerika Serikat), dan Presiden Soeharto (Presiden Indonesia). Mereka memperbincangkan penerapan “The New World Order” di Indonesia, yang sepertinya dijalankan oleh Soeharto dengan baik oleh Pemerintahan “New Order” (Orde Baru) nya. Baik Nixon maupun Kissinger pernah dinobatkan oleh majalah Time sebagai “Men of The Year” setelah mereka berhasil mendeklarasikan “New World Order” di Cina. Sumber: Film “Invisible Empire (A New World Order Defined)” di YouTube.
1967: Penandatanganan Kontrak Karya (KK) I pertambangan antara pemerintah Indonesia dengan Freeport menjadi landasan bagi perusahaan ini untuk memulai melakukan aktivitas pertambangan. Tak hanya itu, KK ini juga menjadi dasar penyusunan UU Pertambangan Nomor 11/1967, yang disahkan pada Desember 1967 atau delapan bulan berselang setelah penandatanganan KK.
1973: Pada Maret 1973, Freeport memulai pertambangan terbuka di Ertsberg, kawasan yang selesai ditambang pada tahun 1980-an dan menyisakan lubang sedalam 360 meter. Pada tahun 1988, Freeport mulai mengeruk cadangan raksasa lainnya, Grasberg, yang masih berlangsung saat ini. Dari eksploitasi kedua wilayah ini, sekitar 7,3 juta ton tembaga dan 724,7 juta ton emas telah mereka keruk. Pada bulan Juli 2005, lubang tambang Grasberg telah mencapai diameter 2,4 kilometer pada daerah seluas 499 ha dengan kedalaman 800 m. Diperkirakan terdapat 18 juta ton cadangan tembaga, dan 1.430 ton cadangan emas yang tersisa hingga rencana penutupan tambang pada 2041.
Aktivitas Freeport yang berlangsung dalam kurun waktu lama ini telah menimbulkan berbagai masalah, terutama dalam hal penerimaan negara yang tidak optimal, peran negara/BUMN untuk ikut mengelola tambang yang sangat minim dan dampak lingkungan yang sangat signifikan, berupa rusaknya bentang alam pegunungan Grasberg dan Erstberg. Kerusakan lingkungan telah mengubah bentang alam seluas 166 km persegi di daerah aliran sungai Ajkwa.
1995: Pada tahun 1995 Freeport baru secara resmi mengakui menambang emas di Papua. Sebelumnya sejak tahun 1973 hingga tahun 1994, Freeport mengaku hanya sebagai penambang tembaga. Jumlah volume emas yang ditambang selama 21 tahun tersebut tidak pernah diketahui publik, bahkan oleh orang Papua sendiri. Panitia Kerja Freeport dan beberapa anggota DPR RI Komisi VII pun mencurigai telah terjadi manipulasi dana atas potensi produksi emas Freeport. Mereka mencurigai jumlahnya lebih dari yang diperkirakan sebesar 2,16 hingga 2,5 miliar ton emas. DPR juga tidak percaya atas data kandungan konsentrat yang diinformasikan sepihak oleh Freeport.
Anggota DPR berkesimpulan bahwa negara telah dirugikan selama lebih dari 30 tahun akibat tidak adanya pengawasan yang serius. Bahkan Departemen Keuangan melalui Dirjen Pajak dan Bea Cukai mengaku tidak tahu pasti berapa produksi Freeport berikut penerimaannya. Di sisi lain, pemiskinan juga berlangsung di wilayah Mimika, yang penghasilannya hanya sekitar $132/tahun, pada tahun 2005. Kesejahteraan penduduk Papua tak terkerek naik dengan kehadiran Freeport yang ada di wilayah mereka tinggal. Di wilayah operasi Freeport, sebagian besar penduduk asli berada di bawah garis kemiskinan dan terpaksa hidup mengais-ngais emas yang tersisa dari limbah Freeport.
Selain permasalahan kesenjangan ekonomi, aktivitas pertambangan Freeport juga merusak lingkungan secara masif serta menimbulkan pelanggaran HAM. Timika bahkan menjadi tempat berkembangnya penyakit mematikan seperti HIV/AIDS dan jumlah tertinggi penderita HIV/AIDS berada di Papua. Keberadaan Freeport juga menyisakan persoalan pelanggaran HAM yang terkait dengan tindakan aparat keamanan Indonesia di masa lalu dan kini. Ratusan orang telah menjadi korban pelanggaran HAM berat bahkan meninggal dunia tanpa kejelasan. Hingga kini, tidak ada satu pun pelanggaran HAM yang ditindaklanjuti serius oleh pemerintah bahkan terkesan diabaikan.
2010: Pengamat A. Nizami lewat artikelnya berjudul “Yahudi Kuasai Ekonomi Indonesia” mengatakan bahwa perusahaan-perusahaan migas asing seperti ExxonMobil, Chevron, Conoco, Amoco, BP, Arco, dsb merupakan pecahan dari Standard Oil yang dimiliki oleh Rockefeller. Perusahaan-perusahaan “Yahudi Amerika Serikat” telah menguasai 90% migas di Indonesia.
Freeport dimana mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Henry Kissinger duduk dalam Dewan Komisaris; menguras emas, perak, dan tembaga Papua mendapatkan puluhan trilyun (dan mungkin sebetulnya ratusan trilyun) per tahun dari kekayaan alam Indonesia. Konyolnya lagi, untuk mendapat 10% saham perusahaan tsb, Indonesia harus bayar mahal. Padahal mereka mendapatkan tanah milyaran meter per segi berikut emas, tembaga, perak secara “GRATIS” dari Indonesia.
Juli 2010, Nathaniel Rothschild melalui perusahaannya, Vallar PLC meraup US$ 1,1 miliar dalam IPO-nya. Dana dari hasil penjualan saham ke publik itu akan digunakan untuk mengakuisisi sejumlah perusahaan pertambangan, namun tidak termasuk di Indonesia. Lantas kenapa akhirnya Rothschild melirik Indonesia?
Seperti diketahui, Vallar yang dibangun oleh Nathaniel Rothschild dan James Campbel berhasil meraup dana 707 juta poundsterling (US$ 1,07 miliar), dan sahamnya dicatatkan di Bursa London pada 14 Juli 2010. Hasil dana IPO itu memang dimaksudkan untuk mengakuisisi sejumlah pertambangan.
“Kami gembira telah menerima respons yang positif dari investor global dalam situasi yang sulit ini”, ujar Rothschild dalam pernyataannya beberapa waktu lalu seperti dikutip dari Reuters. “Pasar yang menantang tersebut mendatangkan kami dengan kesempatan akuisisi yang menarik dan kami yakin kami dapat mengakuisisi bisnis pertambangan yang besar pada valuasi yang dapat meningkatkan nilai pemegang saham secara signifikan dan memberikan kerangka bagi pertumbuhan masa depan Vallar”, jelas Rothschild. Vallar semula berniat untuk mengakuisisi pertambangan batubara di Colombia yang dimiliki perusahaan berbasis di Amerika Serikat, Drummond Co.
Namun nyatanya, Vallar justru banting setir dan memilih Indonesia. Mengapa? “Karena aset-aset (batubara di Indonesia) secara signifikan jumlahnya lebih besar dan biayanya lebih rendah”, jelas Rothschild dalam conference call-nya seperti dikutip dari Wall Street Journal, Rabu (17/11/2010).
Indonesia kini tercatat sebagai eksportir batubara terbesar di dunia dengan konsumen terbesar adalah dari pembangkit-pembangkit listrik. Rothschild selanjutnya ingin menjadikan perusahaan gabungannya dengan Bakrie itu sebagai pemasok terbesar dunia. “Kami telah mengumumkan terciptanya jawara batubara Indonesia… yang akan menjadi pemasok batubara thermal terbesar ke China”, ujar Rothschild.
Pada tahun 2009, total impor batubara China mencapai 126 juta ton, atau melonjak hingga 3 kali lipat dibandingkan tahun 2008. Selain batubara, Rothschild juga mengincar sejumlah bahan tambang berharga lain di Indonesia seperti tembaga, emas, bijih besi, timbal, molybdenum, seng. Rothschild berharap bisa mendapatkan bahan-bahan tambang itu dari anak usaha PT Bumi Resources Tbk (BUMI), yakni PT Bumi Resources Mineral (BRM). Anak usaha ini juga akan memberi Vallar akses ke Afrika.
BRM sendiri juga akan segera mencatatkan sahamnya di lantai bursa dengan harga saham ditetapkan sebesar Rp 635 per saham. Sejauh ini pemesanan saham BRM telah mengalami kelebihan permintaan (over subscribe) mencapai 5 kali dengan pesanan senilai US$ 1 miliar. Selain memiliki 6 tambang, BRM juga membawahi Bumi Resources Japan Company Ltd, perusahaan pemasaran batubara dan mineral yang berdiri di bawah hukum negara Jepang. Hingga 30 Juni 2010, total nilai aset BRM tercatat sebesar Rp 18,705 triliun.
Pendapatan BRM sebesar Rp 62,780 miliar pernah diperoleh dari bumi Jepang. Pendapatan lain-lain tercatat sebesar Rp 413,758 miliar, terutama disumbangkan dari dividen 18% yang diterima BRM dari NNT. Untuk laba bersih tercatat sebesar Rp 174,686 miliar. Seperti diketahui, PT Bakrie Brothers Tbk (BNBR) menggelar aksi korporasi menggemparkan dengan melakukan tukar guling saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) dengan Vallar milik Rothschild, keluarga bankir terkaya di dunia. BNBR menandatangani perjanjian jual beli dengan Vallar Plc untuk melepaskan 5,2 miliar saham BUMI di Rp 2.500 untuk mendapatkan 90,1 juta saham baru Vallar, dimana BNBR akan menerima 50,5 juta saham baru di Vallar seharga GBP 10 per saham. Rothschild juga mengambil alih 75% saham PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU). Harga akuisisi saham BRAU akan dilakukan pada Rp 540. PT Bukit Mutiara, anak usaha Recapital Advisors melepaskan 75% sahamnya di PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU) dan akan memperoleh dana tunai Rp 6,596 triliun dan 24,9% saham Vallar Plc, perusahaan milik keluarga Rothschild.
Pelepasan 75% saham BRAU ini akan dilakukan melalui 2 cara. Sebesar 35% saham BRAU akan dibayar tunai pada harga Rp 540 per saham senilai Rp 6,596 triliun, sedangkan 40% saham BRAU akan ditukar guling dengan 52,2 miliar saham Vallar Plc. Usai transaksi ini, BNBR akan menjadi induk usaha Vallar Plc, sedangkan Vallar Plc akan menjadi pemegang 25% saham BUMI.
Setelah transaksi, Vallar berganti nama menjadi Bumi Plc. Dengan rampungnya transaksi dimaksud, Bakrie akan menjadi pemegang saham terbesar pada Bumi PLC serta berhak menunjuk posisi-posisi kunci di jajaran Direksi dan Manajemen Bumi PLC, khususnya posisi Chairman, CEO dan CFO di Vallar.
Dengan demikian Bakrie akan secara langsung maupun tidak langsung memegang kendali manajemen dan operasi di BUMI. Transaksi ini ditangani oleh Credit Suisse sebagai penasihat keuangan BNBR. Secara tidak langsung, grup Bakrie dan Recapital pemilik Berau akan ikut tercatat di Bursa London.
Namun Rothschild lewat Vallar Plc ternyata punya ‘rencana busuk’, sehingga rela berbuat demikian. Mereka mempunyai agenda besar untuk menguasai perusahaan tambang dengan berbagai macam cara.
2011: Direktur Eksekutif Indonesian Resources Studies, Marwan Batubara mengatakan, potensi kerugian negara dari kontrak karya pertambangan dengan PT Freeport diperkirakan mencapai Rp 10.000 triliun. Marwan mengklaim, PT Freeport selama ini hanya membayar royalti sebesar 1 persen. Padahal, sesuai aturan, PT Freeport harus membayar royalti kepada pemerintah sebesar 3 persen. Selain itu, ada dugaan pajak yang dibayarkan kepada pemerintah terlalu kecil dibandingkan dengan keuntungan yang diperoleh perusahaan tambang Amerika itu.
Marwan Batubara menambahkan, kontrak karya pertambangan dengan PT Freeport merupakan salah satu kontrak karya yang merugikan Indonesia. Karena itu, pemerintah harus menegosiasi ulang kontrak karya tersebut. Salah satu poin penting yang harus dimasukkan dalam negosiasi ulang adalah penempatan wakil dari pemerintah Indonesia sebagai salah satu direktur. Posisi ini penting agar Indonesia tidak selalu dirugikan dalam setiap kebijakan yang diambil PT Freeport.
Sementara itu, Anggota Komisi VII DPR, Chandra Tirta Wijaya mengatakan penerimaan PT Freeport Indonesia yang mengoperasikan tambangnya di Tembagapura, Papua masih tiga kali lipat lebih besar daripada penerimaan pemerintah melalui pajak, royalti, dan dividen yang diberikan PT Freeport selama ini. “Penerimaan pemerintah dari pajak, royalti, dan dividen PT Freeport jauh lebih rendah dari yang diperoleh PT Freeport,” kata Chandra di gedung DPR. Menurutnya, sejak tahun 1996 pemerintah Indonesia hanya menerima 479 juta dolar Amerika Serikat, sedangkan Freeport menerima 1,5 miliar dolar Amerika Serikat. Kemudian, di tahun 2005, pemerintah hanya menerima 1,1 miliar dolar Amerika Serikat. Sedangkan pendapatan Freeport (sebelum pajak) sudah mencapai 4,1 miliar dolar Amerika Serikat. Chandra menjelaskan, PT Freeport sejauh ini hanya memberikan royalti bagi pemerintah senilai 1 persen untuk emas, dan 1,5 persen-3,5 persen untuk tembaga. Royalti ini jelas jauh lebih rendah dari negara lain yang biasanya memberlakukan 6 persen untuk tembaga dan 5 persen untuk emas dan perak.
Yang jelas perusahaan tambang asal Amerika Serikat (AS), Freeport-McMoran, sudah mengumumkan kondisi force majeure untuk pengapalan produk pertambangan dari tambang emas dan tembaga di Indonesia. Pengumuman kondisi force majeure itu, berarti Freeport bisa menghindari denda biasanya karena gagal memenuhi kewajiban sesuai kontrak. Masalah kerusuhan di Freeport sangat dimungkinkan juga tidak jauh dari modus untuk memenangkan renegosiasi oleh Freeport.
Pada tahun ini juga, Eggi Sudjana, seorang pengacara dan mantan aktifis HMI, menerbitkan buku “SBY Antek Yahudi-AS? Suatu Kondisional Menuju Revolusi”. Dalam buku tsb, Eggi mengatakan:
*) Penandatanganan Joint Operating Agreement (JOA) Blok Cepu (15-3-2006) yang menetapkan ExxonMobil pada posisi puncak dalam organisasi pengelola Blok Cepu setelah sebelumnya juga dilakukan Kontrak Kerja Sama (KKS) pada 17-9-2005 (KKS memperpanjang keikutsertaan ExxonMobil dalam pengelolaan Blok Cepu hingga 2035) menunjukkan betapa kuatnya pengaruh Amerika Serikat dengan paham neoliberalisme dan kapitalisme mereka dalam percaturan ekonomi Indonesia.*) Freeport diperpanjang masa kontraknya selama 95 tahun ke depan di masa Presiden SBY yang mana hal ini dapat diduga sebagai salah satu bentuk kompensasi Pemerintah SBY kepada Amerika Serikat untuk didukung penuh menjadi Presiden Republik Indonesia, atau bertujuan agar tidak diganggu oleh jaringan Yahudi-Amerika Serikat selama SBY menjabat Presiden dan tetap langgeng menjadi antek Amerika Serikat?.*) Hampir seluruh sumber daya alam milik bangsa/rakyat Indonesia sudah tergadaikan. Dengan demikian, terjadilah kemiskinan struktural sebagai akibat dari kebijakan Pemerintah SBY yang bercirikan neoliberalisme dan kapitalisme serakah. Semua itu tentulah dibawah kendali Amerika Serikat melalui paham Kesepakatan Washington (Washington Consensus).
Intisari mengenai isi buku “SBY Antek Yahudi-AS?” karya Eggi Sudjana, dapat dilihat melalui link media.kompasiana.com/buku/2012/05/26/sby-antek-yahudi-as/.
Indonesian Capital Market Directory 2011 mencatat bahwa Vallar Investments UK memiliki 29,18% saham BUMI resource. Masih tersisa 68,54% saham public yang dapat diperebutkan oleh siapa saja. Terdapat beberapa motif untuk menurunkan harga saham, diantaranya adalah menyebarkan isu negatif ke pasar.
2012: Dan benar saja, PT Bumi Resources Tbk (BUMI) mendapat hantaman serius dari bapaknya sendiri, Bumi Plc. Perusahaan investasi asal London ini berniat mengaudit kinerja operasi dan keuangan BUMI karena menemukan keganjalan. Banyak konspirasi yang melatarbelakangi aksi Bumi Plc.
Salah satu yang paling santer terdengar, Rothschild sedang ‘bermain-main’ dengan anak usahanya di Indonesia ini untuk tujuan tertentu. Langkah Bumi Plc, yang didalangi Rothschild, kabarnya dimulai dari surat kaleng yang berasal dari Jakarta.
Surat tersebut menyebut adanya kejanggalan atas kinerja perusahaan batu baranya di Indonesia. Bumi Plc langsung memberi pernyataan kepada publik untuk melangsungkan audit investigasi. Sontak saja, saham Bumi Plc dan BUMI langsung melorot pada awal pekan.
Analis PT Lautandhana Securindo, Willy Sanjaya mengatakan, sebagai perusahaan global dan tercatat di Bursa London, Bumi Plc seharusnya tidak mengambil langkah terburu-buru. Apalagi sumbernya tidak relevan. “Ini dari surat kaleng yang dikirim Jakarta. Ini ada apa? Menurunkan harga BUMI dengan maksud apa?” kata Willy di Jakarta, Jumat (28/9/2012). Pengumuman audit BUMI oleh Bumi Plc ini, lanjut Wily, menjadi sulit ‘dicerna’ mengingat awalnya Rothschild melalui Vallar Plc yang ngebet masuk sebagai pemegang saham. “Rothschild pasti telah melalui proses uji tuntas (due dilligence), dan jika menemukan kejanggalan tidak mungkin perusahaan tetap nafsu membeli saham BUMI di 2010. Waktu ambil alih BUMI tentu sudah melewati due dilligence. Masak nggak ketahuan, ada aspek penyimpangan”, tambahnya.
Wily meminta investor tidak terpancing dan ikut menurunkan harga saham BUMI. Tentu ada skenario besar dalam aksi Bumi Plc kali ini. “Selama BUMI masih beroperasi, KPC tetap berproduksi tentu tidak masalah. Investor harus jeli”, tegasnya.
Pengamat Ekonomi Universitas Pancasila, Agus S. Irfani mengatakan hal senada. Agus menduga ada permainan dari Bumi Plc sendiri untuk mendapatkan saham BUMI di harga rendah. “Logikanya begini, kalau pemilik perusahaan melihat adanya penyelewengan, umumnya dilakukan peneguran secara tertutup, karena memang selayaknya pemilik menjaga citra perusahaannya. Dalam kasus ini, kenapa malah di-blow up ke publik melalui media massa? Saya mencurigai ada permainan Bumi Plc sendiri disini, untuk menurunkan harga saham BUMI lalu membelinya dari bawah”, jelas Agus saat dihubungi. Menurut Agus, kemunduran CEO Bumi Plc, Ari Saptari Hudaya menunjukkan bahwa benar sedang terjadi perselisihan kembali antara kelompok usaha Bakrie dengan Rothschild di Bumi Plc. “Ini mengingatkan kita Nathaniel Rothschild, pendiri Bumi Plc, sempat berupaya take over posisi CEO beberapa waktu lalu. Rothschild ingin mendepak orang-orang Bakrie dari Bumi Plc”, papar Agus.
Selama periode 19 – 24 September 2012, harga saham Bumi Plc anjlok tajam hampir 200%. Penurunan tajam ini jauh lebih besar dari penurunan harga-harga saham serupa di bursa London. Saham Xstrata, Rio Tinto, Anglo American dan Glencore, masing-masing hanya turun 5,37%, 3,82%, 4,72% dan 3,02% pada periode yang sama. “Kelihatannya isu ini dihembuskan untuk mendapatkan harga murah. Itu terlihat dari pemberitaan terkini dari Bumi Plc yang berencana menjual kepemi-likannya di BUMI”, jelas Agus.
Pada awal 2012, Freeport mengajukan perpanjangan kontrak (untuk ke sekian kalinya) hingga 2041, padahal kontraknya baru akan habis 2021. Sebagaimana diketahui bahwa tambang emas PT Freeport Indonesia di Papua adalah yang terbesar di dunia, baik dari sisi luas area maupun produksi per tahunnya. Menurut Thompson Reuters dan Metals Economics Group yang dilansir CNBC (19/3/2012), tambang dengan luas 527.400 hektar itu pada tahun 2011 lalu memproduksi emas sebanyak 1.444.000 ons atau 40.936 kg.
Menurut pihak Freeport, jumlah cadangan emasnya sekitar 46,1 juta troy ounce. Bila dihitung dengan acuan harga emas sekarang yang sudah menyentuh kisaran Rp 550.000 per gram, maka jumlah cadangan emas Freeport itu mencapai Rp 1.329 trilyun.
Jubir HTI, Muhammad Ismail Yusanto mengatakan: “Beberapa tahun lalu saya pernah berjumpa dengan salah seorang Vice President (VP) Freeport. Saat itu ia menceritakan bahwa Freeport baru saja menginvestasikan 125 juta USD (sekitar Rp 1,1 trilyun) untuk kegiatan pengembangan eksplorasi yang dilakukan jauh keluar area kerja mereka sekarang ini hingga mencapai puncak Soekarno.
Hasilnya, sangat mengejutkan. Di sana ditemukan emas yang kandungannya jauh lebih besar dari apa yang mereka dapatkan selama ini yaitu 200.000 ounce emas/hari!
Tentu saja mereka tidak mau kehilangan peluang yang sangat menggiurkan itu. Rencananya, mereka akan menggerus emas yang sangat melimpah itu dengan metode penambangan bawah permukaan, alias tambang tertutup.
Bila itu dilakukan, tidak akan ada orang yang tahu, kecuali mereka yang ikut masuk ke dalam terowongan-terowongan itu.”
Indonesian for Global Justice lewat websitenya (http://www.igj.or.id) mengatakan:
“Freeport-Mc MoRan Copper & Gold Inc., adalah perusahaan tambang internasional yang bergerak di bidang produksi tembaga, emas, dan molybdenum yang berkantor pusat di Phoenix, Arizona, Amerika Serikat. Freeport adalah perusahaan publik penghasil tembaga terbesar di dunia, produsen emas terbanyak di dunia, dan penghasil utama molybdenum (logam yang digunakan pada campuran logam baja berkekuatan tinggi, produk kimia, dan produksi pelumas).
Freeport menguasai daerah pertambangan dengan kontrak jangka panjang yang tersebar secara geografis di empat benua. Mulai dari pegunungan di Papua, Indonesia, hingga gurun-gurun di barat daya Amerika Serikat, gunung api di Peru, daerah penghasil tembaga tradisional di Chile, dan peluang baru menggairahkan di Republik Demokrasi Kongo.
Freeport mengisi penuh gudang emasnya melalui beberapa anak perusahaan utama yaitu PT Freeport Indonesia, Freeport-McMoRan Corporation, dan Atlantic Copper. PT Freeport Indonesia (PT FI) beroperasi di kompleks tambang Grasberg, daerah dataran tinggi di Kabupaten Mimika, Papua, yang merupakan tempat pertambangan terluas di dunia dan penghasil tembaga dan emas terbesar di dunia.
Tidak hanya itu, lokasi Grasberg sendiri berada di jantung suatu wilayah mineral yang sangat melimpah, dimana kegiatan eksplorasi yang berlanjut akan membuka peluang untuk terus menambah cadangan tembaga dan emas yang berusia panjang kepada Freeport. Ini terbukti dengan rilis yang ada di PT FI bahwa tambang Grasberg mengandung cadangan tembaga yang dapat diambil terbesar di dunia dan cadangan tunggal emas terbesar di dunia.
Dengan kandungan emas yang besar di Papua tersebut, pemerintah hanya mendapatkan 9,36 persen saham. Sedangkan untuk menaikkan kepemilikan saham di Freeport, pemerintah terbentur dengan Peraturan Pemerintah (PP) No. 20 Tahun 1994 tentang kepemilikan saham dalam perusahaan yang didirikan dalam rangka Penanaman Modal Asing (PMA), yang dibuat pada era Orba ala Soeharto. Dimana dalam PP tersebut menerangkan bahwa perusahaan asing tidak diwajibkan untuk mendivestasikan sahamnya. Hal ini berbeda dengan yang berlaku pada PT Newmont Nusa Tenggara (NNT), dimana PT NNT diwajibkan mendivestasikan sahamnya kepada pemerintah Indonesia, walaupun tetap dengan harga pasar.
Dengan demikian, walaupun Freeport masih menjadi pemasok utama logam di dunia hingga puluhan tahun kedepan, pemerintah tetap tidak mendapatkan keuntungan yang maksimal. Selain itu selaku pemimpin industri logam, Freeport memiliki keahlian dalam teknologi produksi untuk menghasilkan logam tembaga, emas, perak dan molybdenum; dimana semua teknologi tersebut diolah melalui pabriknya yang berada di negara asal Freeport yaitu Amerika Serikat.
Hal ini membuat negara asal tambang seperti Indonesia hanya menjadi tempat pengambilan bahan baku saja, sedangkan keuntungan besar dari industri pengolahannya yang menyerap banyak tenaga kerja, transfer teknologi, dan keuntungan dari penjualan bahan jadi, tidak dapat dinikmati. Bahkan informasi hasil produksi utamanya yaitu emas, tidak dapat diketahui persisnya sama sekali, terserah pada laporan Freeport saja, sedangkan pemerintah “terpaksa” menerima, dan rakyatnya “dipaksa” pemerintah untuk diam”.
Rentetan kejadian diatas menunjukkan bagaimana Rothschild beserta konco-konconya, telah menguasai Indonesia dalam bidang ekonomi, bahkan telah merambah bidang agama. Ini terlihat pula dari pernyataan ustadz Zulkarnain El-Madury tentang Nahdlatul Ulama (NU) yang merupakan ormas Islam terbesar di Indonesia.
Dalam statusnya di FB, ustadz Zulkarnain El-Madury mengatakan:
“Kalau NU harus hidup dari ketiak Israel, itu tentunya sangat memalukan. Ada dua lembaga NU yang pernah menjadi simbol pluralisme model NU, untuk bisa bertahan hidup dan tetap makan serta agar dipandang loyal. Gus Dur semasa hidupnya pernah kerjasasama dengan Israel, mendirikan Yayasan Simon Peres (nama mantan PM Israel), yang sekarang dilanjutkan anak- anaknya. Ini yang benar benar Yahudi. Bahkan pada masa pemerintahannya, Gus Dur bersikeras kerjasasama dan ingin membuka kedutaan di kedua belah pihak. Gus Dur pun menuduh Muslim yang tidak setuju sebagai manusia yang tidak berbudaya.
Yeni Wahid dengan kelompoknya mendirikan Wahid Institute., Wahid Institute yang sengaja didirikan untuk membela non Muslim mendapat dukungan dana dari Yahudi. Ini tentunya sebuah kejahatan seorang muslim atas nama Islam. Karena Wahid Institute adalah sebuah lembaga yang kerjanya mengacak-ngacak Islam, melindungi gereja, dan kerjasama dengan kelompok-kelompok non Muslim, serta merendahkan Islam. Wahid Institute ini menjadi lembaga obral janji kepada Non Muslim, dan selalu mengambil hati Non Muslim.”
Demikianlah sejarah “kotor” Dinasti Rothschild. Informasi tentang Rothschild tersebut, sementara sebagiannya lagi diperoleh dari berbagai sumber, seperti buku “The Synagogue of Satan” karangan Andrew C. Hitchcock, serta e-book “Sejarah Dinasti Rothschild” yang dapat diunduh gratis di: http://www.mediafire.com/?xcx2lzlu11hddxn.