“Sebenar benar perkataan adalah kitabullah(alquran) dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad Shallallahu Alaihi Wassalam..”(HR.Muslim)
Mereka adalah bangsa perusak yang Allah keluarkan di akhir zaman. Mereka..alhamdulillah yg dulu terkurung oleh benteng/tembok yang dibuat oleh Dzulqarnain seorang raja yang shalih, bukan Iskandar Dzulqarnain Al Maqduny/Alexander The Great from Macedonia (356-323 SM) http://asysyariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=591
Mereka (Ya’juj n Ma’juj) adalah keturunan TURK (1)dari Yafits bin Nuh yang juga menurunkan raja-raja hebat dalam sejarah dari keturunannya, mereka adalah anak-anak paman mereka. Saudara mereka dari bangsa Mongol dan Turk dibiarkan Allah subhanahu wa ta’ala di luar dinding sedangkan Ya’juj dan Ma’juj di dalam dinding(Hari Kiamat Sudah Dekat, hal 121).
Adapun tanda kiamat kubra/besar (dapat dipastikan setelah tanda ini keluar maka kiamat), di antaranya disebutkan dalam hadits Hudzaifah bin Usaid Al-Ghifari radhiyallahu ‘anhu:
اطَّلَعَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَيْنَا وَنَحْنُ نَتَذَاكَرُ. فَقَالَ: مَا تَذَاكَرُوْنَ؟ قَالُوا: نَذْكُرُ السَّاعَةَ. قَالَ: إِنَّهَا لَنْ تَقُوْمَ حَتَّى تَرَوْنَ قَبْلَهَا عَشْرَ آيَاتٍ. فَذَكَرَ الدُّخَانَ وَالدَّجَّالَ وَالدَّابَّةَ وَطُلُوْعَ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا وَنُزُوْلَ عِيْسَى ابْنِ مَرْيَمَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ وَيَأَجُوْجَ وَمَأْجُوْجَ وَثَلاَثَةَ خُسُوْفٍ خَسْفٌ بِالْمَشْرِقِ وَخَسْفٌ بِالْمَغْرِبِ وَخَسْفٌ بِجَزِيْرَةِ الْعَرَبِ وَآخِرُ ذَلِكَ نَارٌ تَخْرُجُ مِنْ الْيَمَنِ تَطْرُدُ النَّاسَ إِلَى مَحْشَرِهِمْ
Rasulullah melihat kami ketika kami tengah berbincang-bincang. Beliau berkata: “Apa yang kalian perbincangkan?” Kami menjawab: “Kami sedang berbincang-bincang tentang hari kiamat.” Beliau berkata: “Tidak akan terjadi hari kiamat hingga kalian lihat sebelumnya sepuluh tanda.” Beliau menyebutkan: “Dukhan (asap), Dajjal, Daabbah, terbitnya matahari dari barat, turunnya ‘Isa ‘alaihissalam, Ya’juj dan Ma’juj, dan tiga khusuf (dibenamkan ke dalam bumi) di timur, di barat, dan di jazirah Arab, yang terakhir adalah api yang keluar dari Yaman mengusir (menggiring) mereka ke tempat berkumpulnya mereka.” (HR. Muslim no. 2901)
Al Qur’an dua kali menyebutkan kata “Ya’juj dan Ma’juj”. Pertama, di
surat Al Kahfi ayat 94-100, yang berbunyi:
“Mereka berkata:
Hai Dzulqarnain, sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj itu orang-orang yang membuat
kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran
kepadamu, supaya membuat dinding antara kami dan mereka? “Dzulqarnain berkata:
‘Apa yang telah dikuasakan oleh Rabbku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik,
maka bantulah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat), agar aku membuatkan
dinding antara kalian dan mereka, berilah aku potongan-potongan besi.’ Hingga
apabila besi itu telah sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah
Dzulqarnain: ‘Tiuplah (api itu).’ Hingga apabila besi itu sudah menjadi (merah
seperti) api, diapun berkata: ‘Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar
kutuangkan ke atas besi panas itu.’ Maka mereka tidak bisa mendakinya dan mereka
tidak bisa (pula) melubanginya. Dzulqarnain berkata: ‘Ini (dinding) adalah
rahmat dari Rabbku, maka apabila telah datang janji Rabbku Dia akan
menjadikannya hancur luluh; dan janji Rabbku itu adalah benar.’ Kami biarkan
mereka di hari itu bercampur aduk antara satu dengan yang lain, kemudian ditiup
lagi sangkakala, lalu Kami kumpulkan mereka itu semuanya.”
http://www.mobot.org/MOBOT/Research/caucasus/images/Caucasus_Borders4.jpg
#Kemunculan Ya`juj dan
Ma`juj merupakan satu dari tanda-tanda kiamat
besar#
Kedua,
حَتَّى إِذَا فُتِحَتْ يَأْجُوجُ وَمَأْجُوجُ
وَهُمْ مِنْ كُلِّ حَدَبٍ يَنْسِلُونَ. وَاقْتَرَبَ الْوَعْدُ الْحَقُّ فَإِذَا
هِيَ شَاخِصَةٌ أَبْصَارُ الَّذِينَ كَفَرُوا يَاوَيْلَنَا قَدْ كُنَّا فِي
غَفْلَةٍ مِنْ هَذَا بَلْ كُنَّا ظَالِمِينَ
“Hingga apabila dibukakan
(dinding) Ya`juj dan Ma`juj, dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat
yang tinggi. Dan telah dekatlah kedatangan janji yang benar (hari berbangkit),
maka tiba-tiba terbelalaklah mata orang-orang yang kafir. (Mereka berkata):
‘Aduhai, celakalah kami, sesungguhnya kami adalah dalam kelalaian tentang ini,
bahkan kami adalah orang-orang yang zhalim’.” (Al-Anbiya`: 96-97)
Itulah dua ayat Qur’an yang menyebutkan tentang Ya’juj dan Majuj. Ayat 94 surat Al Kahfi berbicara perihal Ya’juj dan Ma’juj di masa lalu. Tentang sifat mereka yang suka membuat kerusakan di dunia, sampai kemudian Dzulqarnain membuat benteng yang menghalangi mereka, dan mereka tidak mampu bangkit lagi semenjak zaman Dzulqarnain itu, juga zaman-zaman setelahnya. Sementara surat Al Anbiya berbicara dengan jelas tentang Ya’juj dan Ma’juj di masa depan dan perihal kebangkitannya ketika mendekati hari Kiamat. Kalimat pada ayat surat Al Anbiya yang berbunyi, “dan mereka turun dengan cepat dari seluruh penjuru yang tinggi.” Menunjukkan besarnya kekuatan, jumlah personel yang mereka miliki, dan kerasnya ekspansi yang mereka lakukan.
Dari Zainab bintu Jahsyi radhiyallahu ‘anha bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bangun dari tidurnya seraya berkata: “La ilaha illallah, celakalah orang-orang Arab, karena keburukan yang telah dekat. Telah terbuka pada hari ini dari dinding Ya`juj dan Ma`juj seperti ini.” –dan Sufyan (seorang perawi) melingkarkan tangannya dalam bentuk angka sepuluh– Kemudian saya (Zainab) berkata: “Ya Rasulullah, apakah kita akan binasa meskipun bersama kita ada orang-orang shalih? Beliau menjawab: “Ya, ketika al-khabats(kemaksiatan) semakin banyak jumlahnya.”(2)
Bahkan dalam hadits yang berasal dari An-Nawwas bin Sam’an radhiyallahu ‘anhu (dalam Shahih Muslim) disebutkan kemunculan Ya`juj dan Ma`juj ini dalam satu rangkaian dengan kemunculan Dajjal, Isa bin Maryam, lantas muncul Ya`juj dan Ma`juj. Semua peristiwa tersebut adalah peristiwa-peristiwa yang akan mendahului terjadinya hari kiamat. Nampaklah bahwa peristiwa demi peristiwa jelang hari kiamat merupakan peristiwa yang tersusun bagai marjan dalam satu untaian tali. Al-Imam Ahmad rahimahullahu meriwayatkan dari Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Tanda-tanda hari kiamat (bagaikan) marjan yang disusun dalam untaian tali. Bila tali itu putus, maka terikutlah sebagian pada sebagian (lainnya).”(3)
-
Ya`juj dan Ma`juj merupakan anak keturunan Nabi Adam ‘alaihissalam
(manusia). Dalil yang menunjukkan mereka dari anak cucu Adam adalah hadits yang
diriwayatkan Al-Imam Al-Bukhari rahimahullahu dari Abu Sa’id Al-Khudri
radhiyallahu ‘anhu dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau
bersabda:
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Wahai Adam.” Adam menjawab: “Aku sambut panggilan-Mu dan dengan bahagia aku penuhi perintah-Mu, segala kebaikan berada di tangan-Mu. Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Keluarkanlah utusan (penghuni) neraka.” Adam bertanya, “Apa utusan (penghuni) neraka itu?” Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Dari setiap 1.000 orang ada 999 orang.” Maka, ketika itu anak-anak kecil rambutnya beruban, yang hamil melahirkan kandungannya, dan kamu lihat manusia mabuk padahal mereka tidak mabuk, akan tetapi karena adzab Allah Subhanahu wa Ta’ala yang teramat keras. Para shahabat bertanya, “Siapa satu yang selamat dari kita itu, wahai Rasulullah?” Beliau jawab, “Bergembiralah, karena kamu hanya seorang sedang dari kalangan Ya`juj dan Ma`juj seribu orang.” (Shahih Al-Bukhari, Kitab Al-Anbiya` Bab Qishshah Ya`juj wa Ma`juj)
Ada hadits marfu’(disandarkan pada nabi) yang menyebutkan bahwa Ya`juj dan Ma`juj adalah keturunan Nuh, sedangkan Nuh –tidak dipungkiri lagi– adalah keturunan Adam dan Hawa.
Berdasar hadits ini pula, Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullahu menyatakan bahwa Ya`juj dan Ma`juj adalah keturunan manusia. Kata beliau, “Hadits ini jelas sekali menyatakan bahwa Ya`juj dan Ma`juj adalah keturunan Adam.”
Demikian pula Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullahu dalam Tafsiru Surati Al-Kahfi menyebutkan bahwa dengan hadits ini kita mengetahui kesalahan mereka yang berpendapat Ya`juj dan Ma`juj bukan berujud seperti manusia. Sebagian mereka sangat pendek dan sebagian lagi sangat tinggi tubuhnya. Sebagian telinganya terpentang dan yang lain berlipat. Semuanya merupakan dongeng Israiliyat. Tidak boleh kita membenarkan (begitu saja), bahkan harus dikatakan bahwa sesungguhnya mereka termasuk bani Adam (manusia), hanya saja mereka kemungkinan berbeda seperti perbedaan (di antara) manusia karena keadaan lingkungannya.
Kemungkinan yang paling besar dari Ya’juj n Ma’juj adalah seperti keturunan Turk yang lain -wallahu a’lam- yaitu seperti hadits nabi beriku:
Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah
bersabda:
“Tidak akan terjadi hari Kiamat
hingga kaum muslimin memerangi bangsa Turk, yaitu kaum dimana wajah-wajah mereka
seperti tameng yang dilapisi kulit, mereka memakai (pakaian) yang terbuat dari
bulu dan berjalan (dengan sandal) yang terbuat dari bulu.”(4)
Wajah seperti
tameng yang dipakaikan padanya kulit adalah pengibaratan karena muka yang
membundar lebar dan menonjolnya pipi bagian atas.(5)
Juga diriwayatkan dari hadits Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Akan terbuka (dinding) Ya`juj dan Ma`juj sehingga mereka keluar sebagaimana yang difirmankan Allah ‘dari setiap ketinggian mereka bergerak dengan cepat’. Lalu mereka menguasai bumi. Dan kaum muslimin menjauhi mereka sehingga tinggallah kaum muslimin di kampung dan benteng-benteng mereka, lalu mereka kumpulkan hewan-hewan ternak bersama mereka. Sehingga tatkala mereka (Ya`juj dan Ma`juj) lewat di sebuah danau(danau Thabariyah/Tiberias di Palestina berdasarkan hadits ttg Dajjal),
- Mereka terisolir di antara dua gunung, dan benteng yang mengisolir itu berasal dari besi yang bercampur dengan tembaga.
Dalam hadits An-Nawwas bin Sam’an radhiyallahu ‘anhu disebutkan bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala memberitahukan kepada Isa ‘alaihissalam akan keluarnya Ya`juj dan Ma`juj yang tidak ada seorang pun mampu memerangi mereka, dan Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan Isa ‘alaihissalam menjauhkan kaum mukminin dari jalan yang ditempuh Ya`juj dan Ma`juj seraya berfirman: “Kumpulkan hamba-hamba-Ku ke gunung Ath-Thur.” (lihat Asyrathu As-Sa’ah, Yusuf Al-Wabil hal. 369)
Berdasarkan hadits An-Nawwas bin Sam’an radhiyallahu ‘anhu dalam Shahih Muslim, maka akan nampak bahwa kemunculan Ya`juj dan Ma`juj bersamaan masa dengan kehadiran Al Masih Isa ‘alaihissalam setelah terbunuhnya Al Masih Dajjal oleh Al Masih Isa alaihissalam.
Keluarnya Ya`juj dan Ma`juj pada akhir zaman, belum terjadi. Sebab, hadits-hadits yang shahih menunjukkan bahwa Ya`juj dan Ma`juj keluar setelah Isa ‘alaihissalam turun ke bumi. Namun tanda-tanda keluarnya telah ada sejak jaman Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Disebutkan dalam Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Telah mulai terbuka hari ini dari dinding Ya`juj dan Ma`juj sebesar (lubang) ini.” Rasulullah membuat ingkaran dengan dua jarinya, ibu jari dan jari telunjuk. (HR. Al-Bukhari dari Zainab bintu Jahsyin radhiyallahu ‘anha) [Lum’atul ‘Itiqad, hal. 108-109]
Sumber :
Hari Kiamat Sudah Dekat oleh Yusuf bin Abdillah bin Yusuf Al
Wabil, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir
http://asysyariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=590
http://asysyariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=595
http://asysyariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=594
http://asysyariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=589
http://asysyariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=593
notes:
1) Bangsa yang merupakan keturunan Yafits bin Nuh dan dari
keturunan inilah Ya’juj dan Ma’juj berasal
2) Hadits ini diriwayatkan oleh
Al-Imam Ahmad rahimahullahu dalam Musnad-nya no. 26145, 26148; Al-Imam
Al-Bukhari rahimahullahu dalam Kitab Ahaditsul Anbiya` no. 3346
3) (Musnad
Ahmad 12: 6-7, hadits no. 7040. Ahmad Syakir rahimahullahu berkata, “Sanadnya
shahih.” Al-Haitsami rahimahullahu berkata, “Hadits ini diriwayatkan Ahmad dan
di dalamnya terdapat Ali bin Zaid yang bagus haditsnya.” Majma’uz Zawaid, 7/321.
Lihat Asyrathu As-Sa’ah, Yusuf Al-Wabil, hal. 246)
4) Shahih Muslim, Al Fitsn
wa Asyraatus Saa’ah (XVIII/37, Syarh An Nawawi)
5) An Nihaayah fi Ghariibil
Hadiits (III/122), Syarh an Nawawi li Shahiih Muslim (XVIII/36-37)